NovelToon NovelToon
Gara-gara Kepergok Pak Ustadz

Gara-gara Kepergok Pak Ustadz

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Slice of Life
Popularitas:16.3k
Nilai: 5
Nama Author: Imelda Savitri

"Nikah Dadakan"

Itulah yang tengah di alami oleh seorang gadis yang kerap di sapa Murni itu. Hanya karena terjebak dalam sebuah kesalahpahaman yang tak bisa dibantah, membuat Murni terpaksa menikah dengan seorang pria asing, tanpa tahu identitas bahkan nama pria yang berakhir menjadi suaminya itu.

Apakah ini takdir yang terselip berkah? Atau justru awal dari serangkaian luka?

Bagaimana kehidupan pernikahan yang tanpa diminta itu? Mampukan pasangan tersebut mempertahankan pernikahan mereka atau justru malah mengakhiri ikatan hubungan tersebut?

Cerita ini lahir dari rasa penasaran sang penulis tentang pernikahan yang hadir bukan dari cinta, tapi karena keadaan. Happy reading dan semoga para readers suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kaan dan Rian

Di lantai teratas gedung pencakar langit, tersembunyi sebuah kantor luas bergaya minimalis yang memancarkan selera tinggi dari sang pemilik. Dinding kaca di sisi kanan menyuguhkan panorama kota metropolitan yang sibuk, bersamaan dengan cahaya matahari yang menyorot masuk melewati tirai tipis yang tersibak sebagian.

Rak buku berisi jurnal-jurnal ekonomi dan strategi bisnis memenuhi salah satu sisi ruangan, sementara pohon hias berdiri anggun di pojok kiri ruangan, menghadirkan nuansa segar di tengah atmosfer yang dingin dan berkelas.

Di tengah ruangan, terdapat meja kerja panjang berwarna hitam legam, permukaannya mengilap sempurna. Beberapa dokumen tersusun rapi, di samping laptop tipis dan ponsel bermerk mahal yang sesekali menyala.

Sang pemimpin duduk di balik meja itu, sosoknya tenang namun memancarkan wibawa. Ia tampak fokus menatap layar ponselnya, jemarinya bergerak pelan, seolah dunia di sekelilingnya tak ada artinya.

Tok! Tok!

Tiba-tiba, dua ketukan terdengar dari arah pintu.

"Masuk." Ucapnya datar, dengan penuh wibawa.

Tak berapa lama pintu pun terbuka. Menampilkan seorang pria dengan setelan jas rapi masuk ke dalam, sembari membawa tablet digital. Ia adalah kepala HRD perusahaan, yang langsung menghentikan langkahnya tepat beberapa meter di depan meja sang CEO.

“Pak, sekretaris baru anda sudah tiba. Apa ingin saya panggilkan sekarang?”

Tak ada jawaban. Sang CEO masih tenggelam dalam layar ponselnya, tak menoleh maupun menunjukkan reaksi. Membuat sang kepala HRD itu pun terdiam, dan masih berdiri sopan sambil menanti.

Beberapa menit telah berlalu dalam keheningan yang kaku, seolah udara pun ikut terpaku. Kepala HRD berdiri tegak, dan mencoba menebak apa yang begitu menyita perhatian bosnya yang terlihat fokus menatap layar ponselnya saat itu.

Sampai di detik berikutnya, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Sang HRD seketika terkejut ketika melihat senyuman tipis yang tiba-tiba terukir di wajah sang CEO, sebuah ekspresi langka dari pria yang dikenal dingin dan tak pernah menunjukkan emosi, kecuali saat memenangkan negosiasi bisnis bernilai miliaran.

“Pak…” HRD itu memanggil lagi, kali ini suaranya sedikit lebih tinggi.

Sang CEO akhirnya mengangkat kepalanya, matanya tampak belum sepenuhnya terlepas dari pikiran yang sempat mengganggunya.

"Ah, yeah? Ada apa?” Tanyanya ringan, seolah baru tersadar akan keberadaan orang lain di ruangan itu.

Dengan sabar, HRD itu mengulang kembali, “Sekretaris baru anda sudah datang. Apakah boleh saya persilakan masuk sekarang?”

Barulah sang CEO meletakkan ponselnya perlahan di atas meja, lalu mengangguk kecil.

“Ya, silakan.”

"Baik, pak.” Ucap HRD sambil sedikit melirik layar ponsel sang CEO sebelum akhirnya berbalik pergi.

Sekilas, ia sempat melihat isi layar tersebut, yakni sebuah video seekor anak monyet yang tengah belajar menggunakan ponsel pintar.

Alisnya terangkat sedikit. Ekspresi bingung pun menghiasi wajah kepala HRD, pikirannya sibuk menakar apakah pria di depannya benar-benar tersenyum hanya karena video semacam itu. Namun menyadari tugasnya belum selesai, ia pun segera membenahi sikap, dan memberi anggukan singkat, lalu melangkah keluar untuk memanggil sekretaris baru.

Sementara itu, Kaan kembali memfokuskan perhatiannya pada layar ponselnya. Ia kembali memutar video seekor anak monyet kecil duduk di pangkuan pemiliknya, dengan memasang ekspresi polos dan penasaran sewaktu jari telunjuknya tampak kaku, ketika berusaha menggulir layar ponsel seperti yang diajarkan.

Kaan menatap lekat-lekat sosok anak monyet itu.

Sampai akhirnya sekelibat bayangan Murni melintas di pikirannya.

Ia kembali teringat ketika dirinya saat itu tengah mengajari Murni menggunakan ponsel pintar yang baru saja ia belikan. Murni menunduk penuh fokus saat memegang ponsel barunya. Jemarinya tampak kaku diikuti ekspresi tegang di wajahnya ketika jarinya menyentuh layar ponsel yang mulus itu.

Wajahnya menegang setiap kali ia salah menyentuh sesuatu. Bahkan suara “ih” kecil dari bibirnya saat salah tekan seolah masih terngiang jelas di pikiran Kaan.

Kaan mendadak menyunggingkan senyum kecil, tak sadar pada dirinya sendiri.

“Hah... Ada apa denganku?" gumamnya pelan.

Tanpa sadar, Kaan menekan tombol like pada video itu, lalu menggulir layar ke bawah, berpindah ke video berikutnya. Ia nyaris tenggelam dalam dunia maya, hingga suara engsel pintu yang berderit tiba-tiba memecah lamunannya.

Detik berikutnya, pintu terbuka dan menampilkan sosok HRD yang masuk terlebih dahulu, diikuti oleh seorang pria muda berpakaian rapi dan berpenampilan sopan. Terlihat dari raut wajahnya menyiratkan kegugupan, sekaligus kilau antusiasme yang tak bisa disembunyikan di matanya.

“Pak, ini sekretaris baru anda." Ucap sang HRD sembari menoleh ke belakang, memberi isyarat agar pria itu memperkenalkan diri.

Namun sebelum pria itu sempat mengucapkan sepatah kata pun, tubuhnya mendadak kaku. Ia berdiri mematung di meja sang CEO, seolah waktu membeku sesaat. Kedua alisnya berkerut dalam, bersamaan dengan kedua matanya yang membulat sempurna, ketika tatapannya terpaku menatap sosok sang CEO seperti baru saja melihat sesuatu yang mustahil.

“Pak Kaan?!” Serunya, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Kaan yang tadinya santai langsung meletakkan ponselnya ke meja dan mendongak dengan alis naik sebelah. Tatapannya jatuh pada sosok pria yang sudah sangat ia kenali.

Beberapa saat berlalu dalam keheningan sebelum akhirnya Kaan membuka suara.

“Ya... Perkenalkan dirimu. Rian.”

Rian masih tampak terkejut, meskipun ia berusaha menyamarkan ekspresi gugupnya. Jantungnya berdegup cepat, seakan-akan seluruh kenangan tentang pertemuan pertamanya dengan Kaan tiba-tiba kembali melintasi ingatannya.

Pertemuan pertama Rian dengan Kaan terjadi dua tahun lalu, di sebuah jalanan sepi saat senja mulai turun. Saat itu, Kaan tengah berdiri di depan mobilnya yang mogok, dengan kap mesin terbuka dan ekspresi frustasi di wajahnya. Tangannya sudah dipenuhi bercak-bercak oli, namun penyebab kerusakan masih belum ia temukan.

Hingga tiba-tiba, suara deru motor berhenti di dekatnya berhasil menarik perhatian Kaan. Seorang pria muda bertubuh ramping dan berjaket lusuh segera melepas helmnya dan menatap ke arah Kaan dengan rasa ingin tahu.

“Mobilnya kenapa, mas?” Tanya pria itu sembari berjalan mendekatinya, dan pria itu adalah Rian.

Kaan mengangkat bahunya, lalu menghela napas berat.

“I don't know, mobil saya tiba-tiba mati. Saya juga tidak tahu bagian apa yang rusak.” Jelasnya.

Rian menatap mesin yang terbuka itu sejenak.

“Boleh saya lihat?” Tanya nya tanpa ragu.

Kaan yang sempat merasa ragu, pada akhirnya mengangguk ketika melihat tatapan meyakinkan di mata Rian.

Selama beberapa menit, Rian mengamati bagian dalam kap mesin. Sesekali ia menyentuh komponen tertentu, mengetuk-ngetuk ringan, dan mengamati detail dengan penuh konsentrasi.

Lalu, tiba-tiba, ia berseru pelan, “Nah, ini dia. Kabelnya ada yang longgar.”

Ia menoleh ke arah Kaan sambil mengangkat alis. “Saya bisa benerin, kalau mas nggak keberatan.”

Kaan menatapnya, ragu. “Kamu yakin bisa?”

Rian tersenyum kecil penuh percaya diri. “Yakinlah. Percaya aja sama saya, saya dulu pernah kerja di bengkel mobil dan motor. Mas tenang aja, mobilnya bentar lagi bakalan hidup.”

Entah kenapa, nada tenangnya dan sorot matanya yang mantap membuat Kaan yang sempat ragu dan waspada mulai merasa yakin juga.

Dan momen singkat di pinggir jalan itu menjadi awal dari banyak pertemuan mereka berikutnya. Obrolan ringan berubah menjadi diskusi panjang, dan pertemuan kebetulan berganti menjadi sebuah kebiasaan. Perlahan-lahan mereka menjadi akrab, seperti dua orang yang tak sengaja dipertemukan takdir.

Namun Rian tak pernah tahu siapa sosok yang sering duduk bersamanya di warung kopi, berbincang ringan soal hidup, atau tertawa bersama membahas topik-topik sepele di sela sore.

Dan alasan Rian tidak pernah tahu identitas Kaan yang sebenarnya, karena Kaan memilih menyembunyikan identitasnya pada pegawai biasa seperti Rian dan mengaku jika ia adalah pegawai biasa juga, yang bekerja di bagian manajemen administrasi.

Kaan sengaja menyembunyikan identitas aslinya karena ingin tahu dunia dari mata orang biasa, atau mungkin karena lelah akan formalitas yang membatasi.

Karena merasa sudah akrab, Rian pun sempat mengundang Kaan ke kampung halamannya untuk menghadiri pernikahannya. Kaan yang biasanya jarang bepergian, justru menyambut undangan itu itu dan berakhir bertemu dengan Murni untuk pertama kalinya.

Itu adalah pertemuan yang tak akan pernah Rian lupakan, karena ternyata kedekatan mereka berdua membawa dampak lebih besar daripada yang ia duga.

Hingga kini Rian akhirnya tahu sosok Kaan yang sebenarnya. Rian yang merasa sedikit bersalah dan malu karena sering bercanda tanpa tahu siapa sebenarnya Kaan, kini merasa sedikit canggung menghadapi kenyataan itu.

Setelah beberapa detik terdiam, Rian akhirnya bisa mengumpulkan keberanian dan melangkah mendekat, lalu mengulurkan tangannya.

"Pak, maaf... saya tidak tahu." Kata Rian dengan suara sedikit ragu.

"Saya minta maaf sebesar-besarnya atas candaan saya selama ini yang mungkin sempat menyinggung perasaan bapak. Dan... Dan soal traktiran yang seperti biasanya, saya bakal ganti!"

Kaan hanya menatapnya sejenak.

Kemudian Kaan berdiri lalu menyambut uluran tangan Rian dengan tenang. Ia menggenggamnya sejenak, lalu melepaskannya perlahan. Wajahnya tetap tenang, namun tatapannya tak menunjukkan kemarahan sedikit pun.

“Tidak perlu merasa bersalah Rian,” ucapnya pelan, namun tegas. “Kalau saya merasa terganggu, saya pasti sudah menyampaikannya sejak dulu.”

Ia berhenti sejenak, lalu menepuk ringan bahu Rian.

“Candaanmu justru membuat suasana lebih ringan. Saya menghargai kejujuran dan ketulusanmu selama ini. Dan soal traktiran, anggap saja itu bentuk penghargaan saya terhadap seseorang yang pernah membantu saya, dan juga sebagai teman.”

Kaan menghela napas pendek, lalu menambahkan, dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat, “Tapi kalau memang merasa perlu membalas, saya tunggu traktiran segelas kopi darimu.”

"Kalau begitu, ayo kita lanjutkan, ada banyak hal yang harus kita bahas.”

Meskipun Kaan bicara dengan santai, Rian masih merasakan ketegangan di antara mereka. Namun, di dalam hati, ia merasa lega karena Kaan tidak tampak marah atau kecewa. Sebaliknya, Kaan bahkan terlihat agak lebih santai, seolah tak ada yang berubah meski semuanya sudah terbongkar.

1
Nar Sih
siip lanjutt kakk
Ray Aza
jangan terlalu lama berkutat dgn konflik sayang, keburu pembacanya kabur nanti. konflik boleh tp hrs dibarengi alur cerita yg berkembang jg jgn berhenti dikonflik trs. nti kek cerita seblmnya, kelamaan di mslh klimak cerita malah ga dpt. pas tokoh utama menang mlh rasanya jd b aja
Lucy: oke deh, thanks masukannya🫶
total 1 replies
Nar Sih
ternyata org yg kelihatan baik ternyata musuh ,dan untung nya ada yg nolongin murni disaat yg tepat
Nar Sih
sebetul nya sku bingung dgn crita ini kak ,masih penasaraan dgn siapa kaan kok murni ikut jdi korban nya
Lucy: masih berlanjut kak
total 1 replies
Nar Sih
lamjutt kak ,msih binggung dgn sikap kaan
Lucy: siap kak
total 1 replies
Nar Sih
masih penasaran dgn siapa kaan yg sbnr nya kak thorr kok bnyk musuh nya
Nar Sih
aammin ,semoga ya kak ,bisa cpt dpt kerja nya,dan ditunggu lanjutan nya murni🙏
Lucy: makasih kak
total 1 replies
Nar Sih
lanjutt kakk👍
Lucy: makasih kak/Determined/
total 1 replies
Soeharto
kok jadi lebih seru bca komen nya🤣🤣
Lucy: ehehehehe
total 1 replies
Nar Sih
semoga murni baik,,sja ngk ada yg jht atau menganggu nya di saat sang suami gk ada
Nar Sih
pasti nih musuh mu dtg lgi kaan ,kmu hrus hti,,dan waspada ada istri lugu mu yg perlu kau jga
Nar Sih: siip kakk lanjutt
Lucy: Kayaknya Murni ini harus dimodifikasi lah🗿
total 2 replies
Nar Sih
murni cerminan istri yg soleha untuk mu kaan ,dia nurut apa kta suami dan patuh bersyukur lah kmu punya istri seperti murni ,walau pernikahan kalian mendadak ,dn blm ada rasa cinta ,tpi yakin lah rasa itu akan tumbuh dgn berjln nya waktu
Nar Sih
murni ,stlh ini kmu harus siap ,,jdi wanita tangguh msuk dlm keluarga suami mu yg bnyk memusuhi nya
Lucy: nah ini aku dalam masa persiapan kak buat mengotak-atik Murni/Determined/
total 1 replies
Nar Sih
murni pasti kaget begitu masuk rmh suami nya seperti masuk istana dogeng ,
Lucy: banget
total 1 replies
Ray Aza
yuuuuuhhhh.... peran murni makin tenggelam euy!
ga cocok msk ke circle kaan. 😅😅😅
aq plg ga suka sm tokoh pajangan yg bermodal baik hati & cantik aja tp ga pny kontribusi apa2 di alur cerita. 🤣🤣🤣
Lucy: nice, thanks sarannya😭🫰
Ray Aza: lha ampe eps 20 peran murni sbg tokoh utama blm keliatan sm sekali e. awal nongol mlh jd tokoh tertindas dibully sana sini, strata sosial rendah, pendidikan minim, pekerjaan pilu, fisiknya cantik ga sih? lupa diskripsinya. wkwkwkkk... artinya sejak awal ga kenotice jd hilang dr memori. terlalu berat manjat ke circle kaan. ayo sis km gembleng dl biar kek tokoh cewe di novel seblmnya. sdh ga jamannya cewek cm sebagai obyek
total 3 replies
Nar Sih
penasaran nih kak sbnr nya siapa kaan sbnr nya kak bnyk musuh dan siapa wanita itu
Nar Sih: siiap kak ,mohon up tiap hari ya kak👍🙏
Lucy: bakal terjawab di chapter selanjutnya
total 2 replies
Nar Sih
kira,,siapa pelaku pemembakan itu ya ,mungkin kah musuh kaan..hnya othor yg tau
Lucy: /Proud/
total 1 replies
Nar Sih
semagat y murni jgn sedihh ..suami mu pasti menjaga mu ,trus kira,,siapa yg telpon kaan ,semoga bukan org jht ya
Nar Sih
mungkin memang awal blm ada rasa antara kalian tpi ...yakin lah cinta pasti dtg pada kalian dgn berjln nya waktu ,murni kmu harus siap ikut i suami mu ya
Lucy: oke kak
Nar Sih: ditunggu bab selanjut nya kakk👍
total 3 replies
Nar Sih
dasar orang kok aneh lastri,iri dengki dgn saudara sendiri ,
Lucy: ya biasa kan kalau emak" rempong itu emang gitu kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!