Sepuluh bulan lalu, Anna dijebak suaminya sendiri demi ambisi untuk perempuan lain. Tanpa sadar, ia dilemparkan ke kamar seorang pria asing, Kapten Dirga Lakshmana, komandan muda yang terkenal dingin dan mematikan. Aroma memabukkan yang disebarkan Dimas menggiring takdir gelap, malam itu, Anna yang tak sadarkan diri digagahi oleh pria yang bahkan tak pernah mengetahui siapa dirinya.
Pagi harinya, Dirga pergi tanpa jejak.
Sepuluh bulan kemudian, Anna melahirkan dan kehilangan segalanya.
Dimas dan selingkuhannya membuang dua bayi kembar yang baru lahir itu ke sebuah panti, lalu membohongi Anna bahwa bayinya meninggal. Hancur dan sendirian, Anna berusaha bangkit tanpa tahu bahwa anak-anaknya masih hidup. Dimas menceraikan Anna, lalu menikahi selingkuhan. Anna yang merasa dikhianati pergi meninggalkan Dimas, namun takdir mempertemukannya dengan Kapten Dirga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. waktu terus berlalu
Dua bulan telah berlalu sejak kabar duka tentang hilangnya Kapten Dirga di medan tugas. Dua bulan pula Anna hidup di antara keyakinan dan kekosongan, keyakinan bahwa Dirga masih hidup dan kekosongan karena rumah ini kini hanya diisi suara tawa kecil dan tangis dua bayi kembarnya yang baru mulai belajar berdiri sambil berpegangan pada perabotan.
Rumah dinas itu tampak sunyi sore itu.
Angin berhembus lembut melalui jendela ruang keluarga, membawa aroma bubur bayi yang baru saja Anna hangatkan.
Alvaro dan Almira sedang berusaha berdiri sambil memegang sofa jatuh, tertawa, bangkit lagi. Anna tersenyum, memotong pisang untuk mereka.
Tapi ketenangan itu buyar saat suara deru mobil mewah berhenti tepat di depan rumah.
Bukan mobil bawahan Dirga, bukan mobil staf militer. Mobil itu jauh lebih mahal, dengan pengawal berseragam hitam turun lebih dulu. Anna langsung menggendong kedua bayinya naluri melindungi muncul otomatis.
Pintu rumah diketuk keras. Bukan ketukan biasa tetapi lebih seperti perintah. Dengan hati-hati Anna membuka pintu dan matanya langsung terpaku.
Seorang wanita elegan berdiri di sana.
Cantik, rapi, dengan riasan tipis nan mahal. Rambutnya disanggul sempurna. Di lehernya menggantung liontin berlambang keluarga kolongmerat berpengaruh.
Di belakangnya berdiri empat pengawal. Wanita itu tersenyum namun bukan senyum ramah. Senyum yang dingin, berkuasa.
Asmiranda Pradipta. Nama yang sangat dikenal putri pejabat tinggi, kolongmerat yang diberi hak istimewa di mana pun ia berada.
Anna langsung waspada.
“Aku boleh masuk, kan?” Nada suaranya bukan bertanya, tetapi lebih seperti memerintah. Anna diam sejenak, lalu membuka pintu sedikit. Asmiranda masuk tanpa menunggu izin lebih lanjut.
Ia menatap sekeliling rumah seolah sedang menilai properti yang ingin dia beli.
“Aku sudah dengar … kau tinggal di sini selama dua bulan,” katanya sambil berjalan pelan. “Rumah Kapten Dirga … rumah calon suamiku.”
Jantung Anna langsung berdegup keras.
Anna menguatkan diri. “Maaf, maksud Anda?”
Asmiranda menoleh dengan angkuh, matanya tajam.
“Kau tidak perlu pura-pura tidak tahu. Mengenai Kapten Dirga … dia dan aku memiliki hubungan yang sudah diatur keluarga kami sejak lama ... sebelum orang tua Kapten Dirga, meninggal. Kami apaya pasangan,"
Ia mendekat. “Setelah dia kembali dari tugas, dia akan menikah denganku.”
Anna memegang bayi-bayinya lebih erat.
“Aku tidak pernah mendengar itu dari Kapten Dirga.”
Asmiranda tersenyum kecil, sinis.
“Ya, tentu saja. Dia tidak akan membicarakan hubungan kami dengan orang … seperti kau.”
Kata itu menusuk, namun Anna menahan amarahnya. Asmiranda melanjutkan,
“kedatanganku ke sini hanya untuk memberimu peringatan. Kau tidak punya tempat di rumah ini. Tidak dalam hidup Kapten Dirga. Tidak dalam rencana keluarganya.”
Anna mengangkat dagunya meski tangannya gemetar.
“Aku percaya hanya pada apa yang Kapten Dirga katakan sendiri. Selama dia tidak menemuiku dan mengatakan itu langsung … aku tidak akan pergi dari sini.”
Asmiranda menghela napas, seolah Anna hanyalah gangguan kecil.
“Bagus sekali kau berani bicara begitu, tetapi sayangnya…”
Ia mendekat hingga jarak wajah mereka hanya sejengkal.
“Aku tidak butuh persetujuanmu.”
Anna tetap tidak mundur.
“Bawa Kapten Dirga ke sini,” kata Anna tegas. “Biarkan aku mendengar dari mulutnya sendiri bahwa dia ingin aku pergi dari sini. Bukan malah berpura-pura mati di Medan perang,”
Asmiranda menatap Anna lama, mencoba membaca ketegaran yang tidak ia harapkan dari wanita sederhana seperti itu. Lalu, ia tersenyum, tersenyum seolah baru menemukan permainan menarik.
“Baiklah.” Ia berdiri tegak, memanggil salah satu pengawalnya.
“Aku akan bawa Kapten Dirga ke sini.”
Matanya menatap ke arah bayi-bayi Anna.
“Dan saat aku datang lagi … kau harus bersiap meninggalkan tempat ini.”
Asmiranda berjalan keluar dengan anggun namun mengancam, lalu berkata sebelum masuk mobil,
“selamat menikmati hari-hari terakhirmu di rumah ini, Anna.”
Mobil itu pergi meninggalkan aroma parfum mahal dan tekanan yang menyesakkan dada. Anna menutup pintu dengan tangan gemetar, lalu memeluk kedua anaknya erat-erat.
Jika Asmiranda benar-benar bisa membawa Dirga kembali, lalu selama ini Dirga ada di mana, hidup atau disembunyikan atau mungkin Dirga sengaja memanipulasi kematiannya demi meninggalkan Anna. Itulah yang saat ini Anna pikiran, Anna menatap jendela, hatinya berdenyut kuat.
Perasaan aneh muncul campuran takut dan harapan.
“Mas Dirga … tolong buktikan siapa yang benar. Siapa yang harus ku percaya sekarang?"
ayo basmi habis semuanya , biar kapten dirga dan anna bahagia
aamirandah ksh balasan yg setimpal dan berat 🙏💪
kejahatan jangan dibiarkan terlalu lama thor , 🙏🙏🙏
tiap jam berapa ya kak??
cerita nya aku suka banget🥰🥰🙏
berharap update nya jangan lama2 🤭🙏💕