NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Seharusnya Ada

Cinta Yang Tak Seharusnya Ada

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Pengganti / Balas Dendam / Cinta setelah menikah
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: SunFlower

Setelah kematian istrinya, Nayla. Raka baru mengetahui kenyataan pahit. Wanita yang ia cintai ternyata bukan hidup sebatang kara tetapi ia dibuang oleh keluarganya karena dianggap lemah dan berpenyakitan. Sementara saudari kembarnya Naira, hidup bahagia dan penuh kasih yang tak pernah Nayla rasakan.
Ketika Naira mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya, Raka melihat ini sebagai kesempatan untuk membalaskan dendam. ia ingin membalas derita sang istri dengan menjadikannya sebagai pengganti Nayla.
Namun perlahan, dendam itu berubah menjadi cinta..
Dan di antara kebohongan, rasa bersalah dan cinta yang terlarang, manakah yang akan Raka pilih?? menuntaskan dendamnya atau menyerah pada cinta yang tak seharusnya ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#11

Happy Reading...

.

.

.

Sudah dua bulan sejak Naira pertama kali membuka kedua matanya dan sejak hari itu pula ia mulai menjalani kehidupan yang tidak bisa ia pilih. Kehidupan yang diberi oleh seseorang yang bahkan terasa asing baginya, Raka.

Hari-hari pertama setelah pulang dari rumah sakit dipenuhi rasa canggung dan kebingungan. Namun kehadiran Jingga, bocah kecil berusia satu tahun yang memanggilnya “Mama”, membuat segala ketakutan itu perlahan mereda. Seolah mereka berdua terikat satu sama lain. Jingga melekat pada tubuhnya seperti bayangan. Anak itu selalu mencari, selalu mengikuti ke mana pun ia pergi.

Tapi meski rumah itu perlahan terasa hangat, ada sesuatu yang selalu saja mengusik ketenangan Naira, pandangan Raka.

Ada kehangatan tapi juga dingin. Setiap kali Raka memandangnya seolah menyimpan sesuatu yang tak Naira mengerti.

Pagi itu suara langkah kecil Jingga berdentum-dentum di lantai kamar. Seperti biasa, bocah itu bangun lebih dulu lalu memanjat tubuh Naira dengan semangat seolah tenaganya tidak pernah habis.

“Mama… Mama bangun…” rengek Jingga sambil menepuk pipinya pelan.

Naira membuka mata perlahan dan tersenyum melihat wajah kecil itu menunduk di atasnya. “Pagi, sayang. Kenapa kamu sudah bangun? Ini masih pagi." Ucap Naira sambil merengkuh tubuh gembil Jingga.

Jingga membalas pelukkan Naira. "Jingga mau mama."

“Tunggu sebentar. Mama bangun dulu, ya.”

Namun saat Naira hendak bangun, Jingga tiba-tiba berteriak kecil saat mendengar suara langkah kaki Raka. “Papa!”

Naira ikut menoleh ke arah pintu. Di sana berdiri Raka dengan kemeja kerja setengah dikancingkan dan dasi di tangannya. Rambutnya masih sedikit basah setelah mandi. Wajahnya tampan, tapi tatapannya… tatapan itu lagi- lagi tidak bisa Naira dipahami.

Raka tersenyum kecil pada Jingga. “Sini, nak.”

Jingga melepaskan pelukkannya pada Naira. Ia turun dari tempat tidur lalu berlari ke arahnya. Raka mengangkat tubuh mungil itu dengan mudah, lalu memeluknya ke dada.

"Kenapa kamu sudah bangun?" Pertanyaan yang sama seperti yang Naira tanyakan. Raka menciumi pipi putrinya.

“Jingga mau mama, papa” Jawab Jingga.

Raka tersenyum kecil. “Kamu kan sudah setiap hari bersama mama sayang.” Ucap Raka. Senyuman itu segera lenyap ketika tatapannya bertemu dengan Naira.

Untuk beberapa detik, mereka hanya saling menatap. Naira merasakan perutnya mengencang, entah karena gugup atau karena sesuatu yang lain.

“Kamu sudah bangun?” tanya Raka datar.

“Iya…” jawab Naira pelan.

“Ayo sarapan di bawah. Turunlah kalau sudah siap.” Nada suaranya terdengar biasa saja. Tidak dingin, tapi juga tidak hangat.

Naira hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Tanpa menunggu jawaban, Raka berbalik sambil menggendong Jingga.

Naira hanya bisa menatap punggung mereka yang menjauh. Ada sesuatu di dada Naira yang terasa janggal—hangat, namun diselimuti kabut tebal yang tak bisa ia pahami sampai sekarang.

.

.

.

Di meja makan pagi tampak seperti pagi biasa. Naira menyiapkan roti panggang sedangkan bi Sumi menyiapkan telur mata sapi dan susu hangat. Jingga duduk di kursinya sendiri, memukul-mukul meja sambil menunggu makanannya.

“Papa Jingga mau susu coklat,” pintanya.

“Minum yang putih saja. Lebih sehat,” jawab Raka.

“Tapi papa…” rengek Jingga.

“Minum yang putih,” ulang Raka.

Jingga akhirnya mengangguk pelan. “Baik…”

Naira menyodorkan cangkir kecil itu. “Minum ya, sayang.” ucapnya sambil mengusap kepala Jingga penuh sayang.

Jingga langsung menerimanya tanpa protes. “Telima kasih Mama…”

Senyum kecil muncul di bibir Naira. Tapi senyum itu segera memudar saat ia menoleh pada Raka dan mendapati pria itu sedang menatapnya. Tatapannya datar, seperti menilai.

“Rotinya tidak hangus hari ini,” ucap Raka tiba-tiba.

“Aku… mencoba mengikuti resep dari internet,” jawab Naira kikuk.

“Hm.” Raka hanya mengangguk tipis.

Hanya itu. Tidak ada pujian. Tidak juga kritik.

Tapi entah mengapa kata-kata itu terasa seperti pujian terbesar yang pernah ia terima darinya.

Siang harinya, Naira bermain bersama Jingga di taman belakang. Bi Sumi sesekali membantu mengawasi, tapi Naira lebih banyak menghabiskan waktu sendiri dengan anak itu.

Bi Sumi menatap Naira intens.

FLASH BACK ON

Raka duduk di ruang tamu yang sejak tadi terasa terlalu sepi. Tangannya saling menggenggam. Ia sengaja menunggu Bi Sumi selesai merapikan meja makan.

“Mas Raka...” Panggil Bi Sumi pelan membuyarkan lamunan Raka.

Raka menarik napas panjang. “Bi.. Ada yang ingin aku bicarakan.." Ucap Raka. "Ini tentang Naira. Tentang siapa dia sebenarnya.”

Bi Sumi berhenti bergerak. “Naira?”

Raka menatapnya lama sebelum akhirnya berkata pelan, “Naira itu… saudara kembar Nayla, Bi.”

Bi Sumi langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Mas serius? Kembaran mbak Nayla."

“Aku juga baru tahu beberapa waktu lalu bik.” ujar Raka, suaranya penuh tekanan. “Semua ini disembunyikan soleh orang tua kandungnya Nayla." Raka menjeda ucapannya. "Dan Naira… dia tumbuh di keluarga lain yang… mungkin bukan keluarga baik, Bi.”

Bi Sumi menelan ludah, ekspresinya berubah iba. “Terus… kecelakaan itu bagaimana? Apa hubungannya?”

Raka mengusap wajahnya, terlihat lelah. “Kecelakaan itu aku sendiri juga tidak tahu bi. Aku tidak sengaja menemukannya lalu membawanya ke rumah sakit. Dokter mengatakan padaku ada lebam- lebam biru di beberapa bagian tubuhnya. Kata dokter kemungkinan juga kalau Naira mengalami kekerasan.” Raka menggigit bibirnya. “Aku tidak bisa diam, Bi. Aku cuma… aku cuma pengin melindungi dia. Aku tidak bisa membiarkan saudara kembar Nayla menderita.” Jelas Raka.

“Ya Allah…” Bi Sumi duduk perlahan, seperti lututnya melemas. “Kasihan sekali anak itu…”

Raka mencondongkan tubuh. “Makanya aku butuh bantuan Bi. Aku butuh Bi Sumi untuk diam. Jangan cerita ke siapa-siapa dulu. Bahkan ke tetangga atau saudara. Aku takut kalau orang yang nyakitin dia tahu dia masih hidup… mereka akan mencari dia.”

Bi Sumi menatap Raka dengan mata berkaca-kaca. “Mas Raka… saya ini cuma pembantu. Tapi saya ikut sayang sama Naira. Kalo Mas minta saya diam, saya diam. Saya dukung apa pun yang Mas lakukan. Demi anak itu.”

Raka mengangguk pelan, terasa lega meski sedikit. “Terima kasih bik."

Bi Sumi tersenyum kecil walau wajahnya tetap cemas. “Tapi Mas… mulai sekarang kita harus hati-hati. Anak itu sudah cukup menderita. Jangan sampai ada yang menyakitinya lagi.”

Raka hanya tersenyum.

FLASH BACK OFF

Naira baru saja hendak menggendong Jingga ketika matanya menangkap Raka berdiri di balkon lantai dua. Pria itu bersandar pada pagar besi, menatap mereka dari kejauhan.

“Ayah!” Jingga langsung memanggil sambil melambai kecil.

Raka tidak membalas lambaian itu. Ia hanya diam, menatap mereka berdua… lebih tepatnya menatap Naira, seolah sedang mencoba mempertimbangkan sesuatu.

Malam itu setelah menidurkan Jingga, Naira turun untuk mengambil air. Begitu membuka kulkas, Raka tiba-tiba muncul dari arah belakang. Naira hampir menjatuhkan gelasnya.

“Ya tuhan.. Kamu mengagetkanku. Aku kira kamu sudah tidur,” Ucap Naira sedikit gugup.

Raka berjalan mendekat, berdiri cukup dekat untuk membuat Naira mundur selangkah.

“Kau terlihat berbeda malam ini,” ucap Raka sambil menatap wajahnya.

“Ber… berbeda bagaimana?”

“Entahlah.” Raka menggeleng pelan. “Mungkin aku hanya belum terbiasa melihatmu tersenyum begitu sering.”

Jantung Naira berdetak makin cepat. “Apa itu… buruk?”

“Aku tidak bilang begitu.”

Tapi nadanya tidak jelas. Senyumnya pun tidak jelas.

Beberapa detik hening.

“Aku tahu kamu masih berusaha menyesuaikan diri,” kata Raka akhirnya, suaranya lebih rendah. “Tapi jangan memaksa dirimu terlalu keras. Kamu tidak harus… segera mengingat semuanya.” Lanjut Raka.

Raka menatapnya beberapa detik, sebelum akhirnya memalingkan wajah. “Tidurlah. Sudah malam.” Lagi- lagi ia berjalan pergi tanpa menunggu jawaban.

Naira berdiri membeku di dapur, memegang gelas yang kini terasa dingin di tangannya. Dan entah mengapa, hatinya ikut menjadi dingin.

Hari demi hari berlalu seperti itu. Raka selalu ada, selalu memperhatikan, selalu memastikan Naira baik-baik saja…

Tapi pada saat yang sama ia juga memberi jarak diantara mereka. Naira merasa seperti hidup dalam dua dunia.

Satu dunia hangat bersama Jingga, penuh tawa dan pelukan kecil. Dan satu dunia lain yang gelap, di mana Raka berdiri seperti bayangan yang tidak pernah bisa ia jangkau.

Namun meski begitu, ia tetap bertahan. Karena ketika Jingga menggenggam jarinya sambil memanggilnya “Mama”, seluruh kegalauannya itu terasa lebih ringan.

Dan meski Raka sering dingin, ada saat-saat tertentu ketika tatapan pria itu berubah… tatapan yang membuat hati Naira berdetak, meski ia tidak tahu alasan sebenarnya.

Sementara Raka… tetap memilih untuk menyimpan rahasia yang lebih dingin dari seluruh sikapnya. Rahasia yang semakin lama justru semakin menusuk hatinya.

.

.

.

Jangan lupa tinggalkan jejak..

1
Tutuk Isnawati
kasihan jingga
Tutuk Isnawati
berarti dua2 emg krg perhatian dan kasih sayang ortu pa jgn2 mreka bkn ank kndung
Tutuk Isnawati
iya bwa pergi aja kyanya tunangan nya nai jg jahat
chochoball: padahal raka juga jahat lohhh
total 1 replies
Tutuk Isnawati
semangat thor.
Tutuk Isnawati
trus hamil ank siapa dong naira
chochoball: Hayoooo anak siapa?
total 1 replies
Tutuk Isnawati
semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!