Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DESA WINGIT
Amora memacu kudanya tak terlalu cepat, namun juga tak lambat. Yang jelas, dia masih bisa menikmati pemandangan disekitarnya yang selama ini tak pernah dia lihat.
Maklum saja, seumur hidup, Amora hanya berada di kota kecil Erthra. Jika saja dia tak nakal dan sering kabur secara diam-diam dari kediaman, mungkin yang dia ketahui hanya sekitar mansion dan kawasan perniagaan yang tak jauh dari rumahnya serta kantor pemerintahan dimana ayah dan kakaknya bekerja.
Kini bisa berada di luar kota Erythra, membuat semangatnya berkobar. Cita-citanya untuk menjelajahi dunia pun kembali tumbuh.
Rambut ekor kudanya berkibar seiring pergerakannya diatas kuda, serta senyum cerianya secerah mentari pagi, terbit. Membuat siapa saja yang melihatnya akan langsung jatuh dalam pesonanya.
Pohon besar dan tinggi yang berada ditepi jalan, seolah menjadi teman perjalanan Amora, dimana daunnya yang bergoyang terkena angin, melambai-lambai kearahnya, seolah menyapanya setiap kali gadis cantik itu melewatinya.
Begitu juga dengan hewan liar yang kebetulan berpapasan dengannya dalam perjalanan, seolah melakukan hal yang sama, tersenyum ramah sebelum berbalik arah dan meneruskan perjalanan mereka.
Tampaknya, kekuatan alam yang Amora miliki membuat setiap makhluk hidup, seolah menyambutnya dengan ramah.
Aura yang Amora bawa cukup hangat dan bersahabat, sehingga siapapun yang ada disekitarnya akan mendapatkan energi positif yang terpancar keluar dari tubuhnya.
Namun, ketenangan Amora terganggu ketika sebuah kekuatan kegelapan perlahan terasa dan bau busuk mulai tercium, meski sangat samar.
Amora kembali mengingat perkataan Marry mengenai keberadaan satu desa yang bisa dijadikan jalan tembus agar bisa cepat sampai ke kota kelahirannya.
Sayangnya, desa tersebut sudah dua tahun terakhir, banyak ditinggalkan oleh warganya yang memilih untuk pindah dari desa tersebut.
Nama desa itu pada awalnya adalah desa Yosan, namun karena ada mahkluk haus darah yang tinggal dan meneror warga maka nama desa itu pun berubah menjadi desa wingit (angker).
Dijuluki seperti itu karena siapapun yang melewati desa itu tak akan pernah bisa selamat.
Bahkan para penduduk desa, sudah banyak yang pindah ke desa lain yang terletak di dibalik gunung karena tak tahan dengan teror dan pembunuhan yang terus menimpa anggota keluarga mereka jika terus berada dalam desa yang seperti terkena kutukan hingga membuat warganya mati satu persatu setiap malam.
Saat ini, hanya ada beberapa orang tua yang enggan meninggalkan rumah dan ladang mereka sehingga memutuskan untuk tetap tinggal dan menjaga tanah leluhur mereka.
Itupun jumlahnya tak banyak, hanya sekitar dua puluh orang saja. Orang-orang tua ini tak merasa takut karena para makhluk haus darah ini tak berani menyantroni rumah mereka.
Entah kenapa, mereka sendiri tidak tahu. Yang jelas, setiap kali matahari hampir tenggelam atau terdengar suara geraman yang cukup kuat, mereka akan segera masuk kedalam rumah dan menguncinya dari dalam.
Mereka baru akan keluar ke esokan harinya, ketika sang surya telah menampakkan sinarnya. Untung saja ladang yang merupakan sumber makanan mereka tak dirusak oleh makhluk keparat itu sehingga warga yang menetap tak sampai kelaparan.
Para pejabat terkait, yang seharusnya bertanggung jawab atas keberlangsungan desa tersebut terkesan angkat tangan.
Mereka tak ada yang berani masuk kedalam desa tersebut setelah para prajurit yang ditugaskan untuk menyelidiki penyebab kematian yang melanda desa, tak ada satupun yang kembali. semuanya mati dimakan hewan buas itu.
Akibat kejadian tersebut, maka tak ada lagi yang berniat datang sehingga permasalahan ini pun segera ditutup karena tak ada yang berani menangani kasus yang menimpa desa.
Lagipula, sudah hampir seluruh warga desa wingit telah pindah, membuat alasan pemerintah untuk mengabaikan kasus tersebut dan menutupnya semakin besar.
Tap tap tap....
Amora memacu kudanya secara perlahan sambil menatap ke sekitarnya dengan waspada.
Semakin dekat gerbang desa, semua makhluk hidup seakan lenyap tanpa bekas. Bahkan pepohonan pun tak ada yang bergerak, seolah mereka menjadi patung dalam sekejap.
"Aura ini, begitu pekat dan sangat busuk", guman Amora sambil mengernyitkan hidung, menghalau bau busuk yang berusaha menerobos masuk keindera penciumannya.
Bau busuk yang sama, seperti yang Amora cium pada Diego, orang kepercayaan Marques Boryet
Orang yang telah membunuh teman-temannya dengan sadis hingga tubuh mereka menghitam dan membusuk. Membuat jasadnya hancur sehingga tak bisa dikebumikan dengan layak.
Mengingat tragedi berdarah tersebut, bukannya memutar kudanya untuk berjalan ke arah yang berbeda sehingga tak perlu melewati desa wingit tersebut, Amora justru memacu kudanya dengan cepat agar segera sampai ke desa yang banyak dihindari orang, dimana gerbang desa wingit semakian lama semakin terlihat besar seiring langkah kudanya bergerak mendekat.
Namun begitu gerbang desa wingit terlihat, laju kuda Amora dihentikan oleh seorang pria tua tepat didepan gapura masuk desa.
"Anak muda, sebaiknya kamu berbalik arah dan berjalan memutar untuk sampai kedesa sebelah",ujarnya sambil memberikan petunjuk arah melalui jari telunjuknya.
"Memangnya kenapa kek, jika saya melewati desa ini? Bukankah akan lebih dekat sampai ke desa sebelah melalui jalur desa wingit daripada saya harus berjalan memutari gunung? Kebetulan saya sedang terburu-buru ", tanya Amora pura-pura polos.
Pria tua itu mengambil nafas dalam beberapa kali dan menghembuskannya secara perlahan.
"Desa ini tak aman untuk dilalui, demi keselamatan nyawamu… ", ucapan pria tua itu terhenti karena tiba-tiba ada suara geraman yang sangat kuat terdengar dari dalam desa.
Tak ingin pemuda didepannya menjadi korban, pria tua itupun segera menyuruh Amora untuk pergi.
"Cepat pergi, sebelum terlambat!", ucapnya dengan tubuh bergetar ketakutan sambil berlari masuk kedalam rumahnya yang berada tak jauh dari gapura gerbang desa.
Begitu sampai didalam rumah, pria tua itu langsung menguncinya dengan rapat dari dalam, meninggalkan Amora yang masih terdiam didepan gapura dengan ekpresi penasaran.
"Bau busuknya semakin menyengat. Aku rasa iblis ini keluar untuk mencari mangsa", guman Amora menyeringai lebar.
Apa yang Amora pikirkan benar adanya, serigala hitam yang telah dirasuki iblis tersebut memang keluar dari sarangnya setelah mencium aroma manis darah Amora yang membuat air liurnya terus menetes.
Amora memacu kudanya masuk kedalam desa yang sangat sunyi karena warga yang tersisa segera mengamankan diri didalam rumah begitu auman keras tersebut terdengar
Beberapa orang tampak mengintip dari jendela setelah mendengar suara tapak kuda yang datang memasuki desa.
“Siapa pemuda itu? kenapa dia nekat masuk kedesa padalah sudah diperingatkan didepan gapura?”, batin beberapa orang yang melihat aksi nekat Amora dengan wajah antara bingung dan kasihan.
Mereka sudah bisa menebak akhir hidup pemuda tersebut hari ini. Tanpa mereka tahu, jika bukan Amoralah yang akan mati, tapi serigala liar yang dirasuki iblis itulah yang akan binasa.
Penampilan Amora yang maskulin dengan topeng yang menutupi separuh wajahnya, membuat semua orang merasa jika dirinya seorang pria.
Hal itu tentu saja membuat perjalanannya akan lebih muda, mengingat jika dia berpenampilan seperti perempuan, itu akan sedikit menghambat laju perjalanannya mengingat, pengembara perempuan lebih banyak mendapatkan gangguan didalam perjalanan ketimbang pengembara pria.
Grrrr.....
“Ternyata kamu gadis kecil. Kita akhirnya berjumpa lagi”, ucap sang serigala, berkomunikasi melalui matanya.
Amora menatap sejenak serigala hitam dengan badan lima kali lebih tinggi dari tubuh manusia normal.
Diapun turun dari atas kudanya, dan mulai mengamati serigala besar berwarna hitam yang tampak familiar baginya.
Setelah mengamati dengan seksama, tatapan mata dan suara batin serigala tersebut, Amora tak akan lupa. Dia adalah serigala liar yang ada di dalam hutan yang bertarung dengannya pada saat usianya sekitar empat tahun.
Akibat luka perkelahian tersebut, Amora menemukan sebuah gua dan bertemu dengan Solan, gurunya.
Amora yang melihat musuh lamanya ada dihadapannya, menyeringai sinis. “Ternyata kamu serigala payah itu”, ujarnya dengan senyum mengejek.
“Seperti ucapanku terakhir kalinya. Begitu kita bertemu lagi, aku akan menghabisimu”, imbuhnya.
Keduanya berkomunikasi melalui tatapan mata, sehingga tak ada yang bisa mendengar percakapan yang terjadi antara manusia dan serigala iblis tersebut.
Amora tak menyangka, baru saja dia turun gunung, sudah bertemu dengan serigala yang telah bermutasi akibat ulah orang yang memiliki kekuatan hitam untuk mengacau.
Karena misinya untuk membawa kedamaian didunia, maka Amora pun tak akan segan lagi untuk menghancurkan serigala mutasi tersebut agar rencana besar seseorang yang sengaja menempatkannya didesa wingit ini gagal total.
“Baiklah, demi kedamaian manusia, aku akan melenyapkan semua hal yang berkaitan dengan iblis dan hal-hal yang berhubungan dengan praktek sihir kegelapan, dengan bantuan kekuatan cahya dan alam yang aku miliki”, batinnya penuh tekad.