NovelToon NovelToon
The End: Urban Legend Jepang

The End: Urban Legend Jepang

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: SkyMoon

Urban legend bukan sekadar dongeng tidur atau kisah iseng untuk menakuti. Bagi Klub Voli SMA Higashizaka, urban legend adalah tantangan ritual yang harus dicoba, misteri yang harus dibuktikan.

Kazoi Hikori, pemuda kelahiran Jepang yang besar di Jerman. masuk SMA keluarganya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, namun tak pernah menyangka bergabung dengan klub voli berarti memasuki dunia gelap tentang legenda-legenda Jepang. Mulai dari puisi terkutuk Tomino no jigoku, pemainan Hitori Kakurenbo, menanyakan masa depan di Tsuji ura, bertemu roh Gozu yang mengancam nyawa, hingga Elevator game, satu per satu ritual mereka jalani. Hingga batas nalar mulai tergerus oleh kenyataan yang mengerikan.

Namun, ketika batas antara dunia nyata dan dunia roh mulai kabur, pertanyaannya berubah:
Apakah semua ini hanya permainan? Atau memang ada harga yang harus dibayar?

maka lihat, lakukan dan tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkyMoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

noppera-bo

"Noppera-bo adalah yokai yang biasa menyamar sebagai, wanita muda, pria tua, ataupun orang terdekat kita. Ciri-ciri Noppera-bo itu tidak memiliki wajah, atau wajahnya rata seperti yang kita lihat. Noppera-bo sering muncul di tempat sepi seperti sungai, pengunungan, hutan. Noppera-bo tidak untuk mencelakakan tapi sekedar menakut-nakuti."

Reinoka menceritakan tentang legenda Noppera-bo. Hantu tanpa wajah yang Mereke lihat di hutan.

"Kenapa sih kita harus melihat hantu!" Miyo sedikit kesal karena terus-terusan melihat hal yang tidak kasat mata.

"Itu kan tujuan kita," Reinoka tersenyum tanpa dosa. Dia dan hal mistis sepertinya tidak bisa dipisahkan.

Mereka menatap sinis Reinoka. "Bagaimana kalau kita celaka!" Protes Miyo.

"Aku tidak memaksa kalian ikut, lihat lah aku punya rekaman Noppera-bo."

Reinoka memamerkan rekaman saat di hutan dan ternyata Noppera-bo terekam walaupun hanya sekelebat.

Suikari semakin mengeratkan pelukannya pada Miyo. Dia sangat takut bagaimanapun sosok itu berada di tempat disampingnya.

"Miyo-chan aku takut."

"Sudahlah lupakan Noppera-bo, bukannya kita akan ke festival Matsuri. Dan kita belum membeli yukata!" Reinoka heboh karena dia tidak membawa yukata dan belum membelinya. Sedangkan festival akan dimulai nanti malam.

"Kau benar, lupakan saja hantu bodoh itu! Ayo# kita berbelanja!" Eri mencoba untuk menyemangati dan melupakan kejadian saat di hutan. Sebenarnya dia juga takut tapi jangan berlarut-larut.

Walaupun wajah mereka masih terlihat khawatir dan ketakutan apalagi Suikari, tapi mereka juga harus membeli yukata mau tidak mau mereka harus pergi ke pusat pembelanjaan Yamanashi.

*****

Malam pun tiba, mereka sudah tampil cantik dengan yukata. Suikari memakai yukata pink dengan motif bunga sakura, Miyo dengan warna biru tua dengan motif ikan koi, Eri dengan yukata ungu dengan motif bunga teratai, Reinoka memakai yukata warna Sage dengan motif bunga sakura putih, dan Nao memakai yukata hitam dengan motif bunga dandelion.

Mereka pergi menuju desa Takayama dimana festival Matsuri di adakan.

Lentera merah dan emas menghiasi jalanan, bendera warna-warni, kios makanan yang menjajalkan segala makanna lezat. Takoyaki, yakisoba, kakigori, Taiyaki dan berbagai makanan dijual di sana. Suara tawar-menawar terdengar riuh, bercampur dengan suara musik festival dengan tawa anak-anak yang terdengar riang.

"Wah ternyata ramai sekali," Reinoka memandang takjub tempat yang mereka datangi.

"Ayo aku ingin membeli takoyaki," Reinoka menunjuk stand takoyaki dan berjalan riang ke arahnya, yang lain hanya mengikuti Reinoka dari belakang. Karena terlihat menggugah selera mereka semua membeli takoyaki isi gurita.

Rasanya sangat lezat dengan katsuobushi yang sangat berlimpah.

"Benar-benar enak," Reinoka paling menyukai takoyaki terlihat dari wajah kegirangan tanpa beban.

"Aku tidak menyangka di desa kecil ini ada perayaan yang semeriah ini," ucap Nao.

"Kau benar," sahut Miyo.

Mereka memperhatikan pejalan kaki sambil menikmati takoyaki. Kejadian di hutan seolah hilang dari ingatan. Mereka benar-benar menikmati perayaan Matsuri malam ini.

Setelah makanan habis mereka kembali berjalan ke salah satu kedai yang menjual Hoto, hidangan mie khas Yamanashi.

"Udara dingin memang cocok untuk menyantap Hoto," Eri tersenyum kegirangan menghirup aroma dari Hoto yang tersaji di hadapannya.

Mereka menyantap makanan dengan khidmat, rasa hangat gurih memenuhi tenggorokan mereka.

"Setelah ini bagaimana jika kita bertarung, siapa yang bisa menangkap ikan koi akan di traktir makan sepuasnya oleh yang kalah. Kita akan menangkapnya dalam waktu sepuluh menit. Setuju?" Reinoka mengajukan ide untuk taruhan menangkap ikan.

Mereka berpikir sebentar, Eri mengangkat tangannya. "Aku setuju."

Suikari hanya mengangguk disusul dengan teriakan setuju dari Nao dan Miyo.

"Oke setelah ini kita ke penangkapan ikan koi!" Reinoka paling bersemangat.

Mereka kembali makan. Setelah selesai mereka berjalan ke stand kingyo-sukui. Permainannya mudah mereka hanya perlu menangkap ikan menggunakan saringan poi atau saringan yang terbuat dari kertas. Tentu saja kertas sangat rapuh jika terkena air. Di situlah tantangannya.

Setelah membayar mereka di berikan masing-masing lima poi untuk mencoba menangkap. Perlu kesabaran ekstrak dalam permainan ini.

Reinoka, Eri, Suikari, Miyo dan Nao fokus untuk mendapatkan ikan koi menggunakan poi.

Selama lima menit mereka mencoba dan mencoba tapi tidak ada yang berhasil.

Nao berteriak frustasi. "Kenapa sudah sekali!" Yang lain hanya tertawa, Reinoka fokus menangkap ikan dengan cepat walaupun terus-menerus poi dia sobek. Sepertinya Reinoka juga sama frustasi.

Mereka baru bermain tiga menit, tiba-tiba orang asing yang mereka bermain bersorak karena Suikari berhasil mendapat ikan. Tidak heran karena di antara Suikari yang paling kalem dia mampu bersabar dan mengendalikan emosinya.

Yang lain bersedih karena artinya mereka harus mentraktir Suikari jajan malam ini. Miyo melihat isi dompetnya yang hanya beberapa koin yang tersisa di sana. Selain akan mendapatkan makanan gratis Suikari juga diberi hadiah boneka kelinci besar oleh penjaga stand.

"Baiklah Ai-chan kau mau aku belikan apa, tapi jangan terlalu mahal aku sudah tidak memiliki uang," ucap Miyo memelas. Suikari hanya tersenyum. Oh, jangan salah walaupun dia pendiam tidak banyak bicara jika soal makan maka kebalikannya. Suikari terkenal suka makan banyak tapi anehnya tubuhnya tetap saja tidak melebar. Tetap cantik dengan bentuk tubuh proposal.

"Aku ingin Miyo-can membeli roti melon. Nao-chan susu coklat, Reinoka-chan Ringo ame, dan Eri senpai dango," Suikari tersenyum manis semuanya sudah tahu jika dia sedang memikirkan makanan. Mereka menghela nafas.

"Baiklah, kau tunggu di sini," Suikari mengangguk dan duduk di kursi yang tersedia di sana. Teman-temannya sudah berpencar membeli makanan yang dia inginkan.

Suikari hanya memeluk bonekanya sambil sesekali melihat orang yang berlalu lalang.

Beberapa menit mengunggu Suikari melihat Miyo menghampirinya dari arah kanan, Suikari sedikit binggung habis darimana Miyo jika dia kembalikan harunya dari depan. Apa dia dari toilet.

"Miyo-chan? Nani?"

"Ikut aku," Miyo berbicara dengan nada datar wajahnya pun tidak menunjukkan ekspresi apapun. Suikari kebingungan tapi dia tetap mengikuti Miyo dari belakang. Mereka berjalan, Suikari merasa semakin sepi dan masuk hutan Suikari menengok ke belakang melihat tempat diadakannya festival semakin tidak kelihatan.

"Miyo-chan sebenarnya kita mau kemana? Bukannya sebaiknya kita tunggu yang lainnya aku takut mereka mencari kita."

Miyo tiba-tiba berhenti, jujur jantung Suikari sudah mulai berdebar. Sebenernya apa yang akan Miyo tunjukkan kenapa dia harus masuk ke dalam hutan.

Miyo membalikan badannya, tepat dihadapan Suikari Miyo dengan wujud yang tidak rata tidak memiliki wajah berdiri tegak. Suikari mematung, air matanya turun deras. Dengan sisa tenaga dia berlari kembali ke tempat dia duduk. Di sana sudah ada Miyo dan yang lainnya.

Mereka mengernyit keheranan melihat Suikari yang berlari sambil nangis. Miyo buru-buru menghampiri dan memeluk sahabatnya.

"Doushita no Ai-chan?"

Suikari masih menangis sesenggukan. "Pulang, aku mau pulang."

"Kenapa mau pulang kita baru sebentar di sini?" Ucap Reinoka sedikit agak kesal.

"Noppera-bo aku melihatnya lagi, dia membawaku ke hutan," mereka terkejut.

"Kita harus pulang!" Tegas Miyo, semua orang mengangguk, tak memikirkan apapun lagi mereka bergegas pulang.

To be continued

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!