Joanna terbangun dari tidurnya dan seketika dia terjaga di masa sepuluh tahun ke depan, melintasi waktu dan mendapati dirinya harus menikahi pria beranak satu yang merupakan kakak iparnya bernama Javiero.
Mungkinkah pernikahannya akan bahagia dengan Javiero, sedangkan dia dikirim untuk mengemban misi rahasia dari organisasi pengendalian siluman.
Joanna datang ke masa depan karena dia mendapat tugas rahasia dari organisasi, mencari Kruze dan memburunya untuk ditangkap serta dibawa pulang kembali ke masa mereka hidup, sebab Kruze telah mencuri pusaka Luchnos milik organisasi pengendalian siluman yang ditakutkan Kruze akan menjadi siluman terkuat dengan tujuan untuk menguasai dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Berselisih Itu Pasti, Bukan.
Joanna beringsut pelan dari posisinya berdiri untuk mencoba pergi.
Namun, Javiero kembali melihatnya saat dia berpaling ke arah Joanna.
"Kau akan kemana ? Kabur dari ku diam-diam ?", kata Javiero yang masih memegang senjata apinya.
"Tidak...", sahut Joanna sambil melirik ke arah jam tangan miliknya.
Jam tangan Joanna menunjukkan pewaktu yang telah dia setel pada waktu tertentu akan berakhir pada menit 00.10.00.
Artinya kamera pengawas seluruhnya di gedung pemerintahan Ottawa akan kembali aktif dan menyala seperti semula.
"Gawat... Pewaktu akan berakhir beberapa menit lagi... Dan aku harus secepatnya keluar dari gedung ini sebelum penjaga keamanan melihat ku disini... !?"
Batin Joanna dalam hatinya dengan hati was-was.
Masih terlihat Javiero tidak berniat pergi dari ruangan arsip ini, membuat Joanna terpaksa mengambil keputusan cepat.
SRET... !
Joanna langsung meraih lengan Javiero, mengunci tangannya agar tidak bergerak dan melepaskan senjata apinya berupa pistol revolver.
DOR !
Tanpa sengaja Javiero menarik pelatuk pistol revolvernya sehingga menembak secara asal ke arah lain.
Pistol revolver terlepas dari tangan Javiero saat Joanna berhasil menarik paksa tangannya.
PLEK !
"Jatuh !", teriak Joanna kemudian.
Joanna menjepit tubuh Javiero lalu membantingnya ke atas lantai.
BRUK !
Cepat-cepat Joanna membekuk kedua tangan Javiero hingga dia tidak dapat bergerak lagi.
Posisi Javiero saat ini berada di bawah Joanna yang sedang sibuk memborgol kedua tangan Javiero ke arah lemari besi.
CEKLEK !
Javiero tersentak kaget lalu mengumpat kesal.
"Sialan... !!!", ucapnya saat melihat kedua tangannya terborgol erat ke lemari besi arsip.
Joanna tidak bereaksi terhadap ucapan Javiero dan tetap membiarkan Javiero berada disana.
"Hai, kau ! Apa yang kamu lakukan !?", kata Javiero terkejut ketika dirinya dengan mudah di lumpuhkan oleh wanita asing itu.
"Maaf, aku terpaksa melakukannya karena aku tidak ingin tertangkap oleh orang-orang disini...", sahut Joanna.
Joanna kemudian memasukkan pistol revolver milik Javiero ke dalam sarungnya yang tersimpan di balik jas.
"Hah... !?", sahut Javiero sembari tertawa.
Melirik ke arah Joanna yang berdiri di dekatnya.
"Lalu kau akan membiarkan ku ditangkap oleh penjaga keamanan disini agar aku di jebolskan ke penjara, begitu !?", lanjut Javiero.
"Tidak... Aku tidak bermaksud demikian...", sahut Joanna.
Joanna menatap sejenak ke arah Javiero lalu melanjutkan ucapannya.
"Meski aku meninggalkan mu, pasti kau akan baik-baik saja sebab aku tahu kau memiliki kemampuan luar biasa yang sengaja tidak kamu tunjukkan...", ucap Joanna.
"Apa maksud perkataan mu ?", sahut Javiero dengan mengernyitkan keningnya.
"Kau bisa ada di gedung pemerintahan Ottawa dengan mudah melewati seluruh pengawasan di gedung ini, itu menandakan kau adalah orang yang sangat hebat !"
Joanna mencoba mempertegas ucapannya seraya menatap serius Javiero.
"Ucapan mu sangat mengesankan, nona...", kata Javiero.
"Aku yakin bahwa kamu bisa segera melepaskan diri mu dari borgol itu dan pergi dari sini dengan mudah karena kau mampu", ucap Joanna.
"Oh, iya !?", jawab Javiero seraya mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi.
"Tentu saja, aku tidak ingin kamu tertangkap oleh penjaga keamanan disini tapi aku juga tidak ingin kamu menahanku lama-lama disini", kata Joanna.
"Omong kosong...", timpal Javiero lalu memalingkan wajahnya.
"Maaf, aku harus pergi dan terpaksa meninggalkan mu disini... Sebentar lagi kamera pengawas akan aktif kembali karena itu aku harus segera pergi...", lanjut Joanna.
"Baiklah, baiklah, aku mengerti !", sahut Javiero sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Pergilah !"
Joanna berdiri mematung dengan menatap ke arah Javiero yang ada di lantai dengan kedua tangan terborgol erat di lemari besi arsip.
Tiba-tiba hatinya berdesir pelan saat melihat pria yang telah menjadi satu dengan dirinya terlihat sungguh memprihatinkan.
"Kenapa !?", tanya Javiero seraya menoleh ke arah Joanna.
Mereka saling berpandangan tetapi bukan lagi pandangan mesra yang ada melainkan pandangan saling curiga diantara keduanya.
"Kenapa kamu masih disini ? Hah ? Apa yang kau tunggu ?", kata Javiero masih dengan nada kesal.
Tatapan Javiero terlihat jelas jika dia sedang tidak senang.
"PERGI !!!", teriak Javiero.
Joanna tersentak seraya mundur lalu berdiri diam.
"Kenapa kamu belum pergi !? Tinggalkan aku !", ucap Javiero dengan nada tinggi.
Joanna masih termenung seraya berpikir tentang nasib Javiero jika dia tinggalkan di ruangan arsip sendirian lalu tertangkap.
Bayangan Luvena yang terbaring di ranjang rumah sakit mendadak muncul di kepala Joanna.
DEG !
Degup jantung Joanna seakan-akan berhenti berdetak.
Refleks, tangan Joanna yang memakai sarung tangan hitam terangkat ke atas dadanya.
"Luvena... !?"
Ucapnya dalam hati kecilnya serta terpejam rapat.
"PERGI !!!", teriak Javiero bersungut-sungut penuh emosi.
Joanna yang agak tidak sabaran langsung melepaskan borgol dari lemari besi dengan cekatan.
CEKLEK ! CEKLEK ! CEKLEK !
Memborgol kedua tangan Javiero dengan ke arah depan dengan gerakan sangat cepat seraya menarik paksa Javiero yang masih tampak kebingungan.
"Ayo, Jalan !", perintah Joanna.
"Apa !?", kata Javiero yang tampak keberatan.
"Ayo, Jalan, kata ku ! Apa kamu masih tidak mengerti ucapanku !?", sahut Joanna.
"Untuk apa kamu menyuruh ku pergi dari sini ! Biarkan saja aku tertangkap oleh petugas keamanan di sini ! Bukankah itu yang kamu inginkan !?", ucap Javiero.
"Terserah apa yang kamu katakan !", kata Joanna. "Tapi yang mau tahu bahwa sekarang ini, kita harus pergi !", sambungnya.
"Kenapa kamu berubah pikiran sekarang ?", tanya Javiero.
"Dan kenapa kamu masih saja terus bertanya ???", sahut Joanna yang mulai kesal.
"Bukankah tadi kamu berniat meninggalkanku disini sendirian..., supaya aku tertangkap oleh pihak keamanan gedung ini...", sindir Javiero.
"Aku sudah katakan pada mu, kalau aku tidak berniat seperti itu. Dan kenapa kamu masih tidak mempercayai ku !?", jawab Joanna.
"Oho... Ho... Ho... Ho... !!!", sahut Javiero.
Sikap Javiero mulai mengesalkan Joanna, selalu saja bersikap memberontak.
"Apa ketampanan ku telah membuat mu tertarik pada ku ?", ucap Javiero.
"Simpan ucapan mu untuk dirimu sendiri !", kata Joanna sambil mengerutkan dahinya.
"Jujurlah ! Bukan masalah jika kamu tertarik pada ku...", kata Javiero.
"Bagaimana bisa kamu berpikiran seyakin itu dengan rasa percaya diri yang teramat tinggi ???", ucap Joanna.
"Hal wajar terjadi, nona", kata Javiero.
"Apa kamu sedang melucu ?", sahut Joanna.
Joanna mulai kehabisan kesabarannya saat mendengar ucapan Javiero yang terkesan mengolok-olok Joanna Hamilton.
"Ayo, Jalan !", kata Joanna acuh sambil mendorong tubuh Javiero. "Cepatlah jalan !", sambungnya.
"Tu--tunggu... Tunggu... Biarkan aku bernafas sejenak !", sahut Javiero.
"Bernafas ??? Apa selama ini kamu tidak bernafas atau menghirup udara ?", kata Joanna.
Joanna terus mendesak Javiero dengan mendorongnya untuk berjalan tetapi pria tampan itu masih saja berdiri bertahan dan hanya berjalan selangkah.
"Kenapa kamu tidak sabaran ?", kata Javiero.
"Waktu kita tinggal sedikit di sini ! Kamera pengawas akan aktif sebentar lagi ! Apa kau ingin kita tertangkap disini ?", sahut Joanna.
"Tentu saja tidak, aku sama dengan mu, tidak ingin tertangkap oleh siapapun disini, nona", ucap Javiero.
"Yah, kalau begitu, segeralah berjalan, tuan !", sahut Joanna.
"Apa itu perlu ?", kata Javiero menimpali ucapan Joanna.
"Jangan bercanda ! Dan segeralah jalan, kata ku !", ucap Joanna seraya mengeluarkan pistol Glock 17 miliknya dari dalam sarungnya.
Tanpa banyak kata, Joanna langsung mengarahkan pistol Glock 17 miliknya ke arah Javiero.
"JALAN !!!", perintah Joanna agak memaksa.
Javiero langsung terdiam ketika wanita asing yang merupakan Joanna menodongkan pistol Glock 17 tepat ke arah dirinya.
Terpaksa Javiero Lincoln mematuhi perintah wanita yang tidak dikenalnya yaitu Joanna untuk segera berjalan keluar dari dalam ruangan arsip gedung pemerintahan Ottawa.
lanjut lah..
Good Job author ❤️