Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Erlin terdiam, mengusap wajahnya dengan kasar sambil memejamkan mata. Hatinya kembali diselimuti keraguan. Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Rosalinda dan mengapa kalimat terakhir yang diucapkan oleh wanita itu menimbulkan seribu pertanyaan yang membingungkan hatinya? Membuatnya kembali dilanda dilema. Apakah memihak Rosalinda adalah keputusan yang tepat?
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku ikut campur dengan urusan Nyonya Rosalinda? Sebenarnya apa yang lagi direncanakan sama Nyonya?" ucapnya dalam hati. Setelah beberapa saat, dia menyalakan mesin mobil dan melaju meninggalkan tempat itu.
***
Erlin akhirnya tiba di pabrik dengan mengendarai mobil BMW berwarna hitam yang ia parkir bersama mobil lainnya yang sudah tiba terlebih dahulu di sana. Namun, wanita itu tidak segera keluar dari dalam mobil, duduk di jok depan seraya memegangi stir mobil dengan perasaan dilema.
"Ya Tuhan, rasanya males banget ketemu sama si Candra," gumamnya, kembali mengingat kebersamaan Candra dengan Viona membuat moodnya berantakan.
Meskipun begitu, ia harus tetap menjalankan perintah Rosalinda, mendampingi Candra dan melaporkan apa saja yang dilakukan oleh pria itu. Dengan wajah malas, wanita berambut panjang yang diikat rapi di ujung kepala, dengan stelan formal berwarna itu pun membuka pintu mobil lalu melangkah keluar.
"Ibu Erlin!" seru seorang pria dari kejauhan seketika mengejutkan Erlin yang hendak melangkah.
"Siapa yang manggil aku dengan sebutan Ibu?" gumamnya, menoleh ke arah sumber suara.
Raut wajah Erlin seketika berubah kesal saat melihat Bram berjalan menghampirinya dengan senyum lebar. Pria itu bahkan sedikit membungkuk memberi hormat saat tiba tepat di depan Erlin.
"Selamat siang, Ibu Erlin. Anda ke sini pasti mau bertemu sama Pak Candra, 'kan?" tanyanya, ramah dan sopan, menggunakan bahasa formal membuat Erlin geli sendiri.
Erlin tersenyum sinis. "Tumben kamu sopan kayak gini?" tanyanya dengan dingin.
"Kebetulan, saya baru dari ruangan Pak Candra. Mari saya antar Anda ke sana, Bu."
Erlin menatap Bram dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan kening dikerutkan. Sikap Bram benar-benar berubah 180° sejak Rosalinda memanggilnya ke hotel dan memarahinya sedemikan rupa. Pria itu tunduk dan takluk setelah mengetahui siapa Rosalinda dan Candra yang sebenarnya. Padahal, perubahan sikap Bram tidak ada kaitannya dengan Rosalinda, melainkan karena permintaan Apandi sang ayah yang mengetahui bahwasanya Candra adalah putra dari Askara Wijaya, salah satu orang terkaya di negara Indonesia dan pemilik PT Sejahtera Abadi.
"Si Bram kesambet setan apa sih? Perubahannya drastis banget. Sebesar itu pengaruh Nyonya Rosalinda," ucap Erlin dalam hati.
"Jangan panggil aku Ibu. Aku bukan Ibu kamu dan aku juga masih terlalu muda untuk dipanggil Ibu," tegur Erlin dengan datar.
"Hmm ... saya panggil Anda Mbak Erlin aja kalau gitu, boleh?"
Erlin hanya menganggukkan kepala seraya membuang muka ke arah samping.
"Anda pasti belum tau di mana ruangan Pak Candra, 'kan? Mau saya antar?" tawar Bram masih dengan senyuman ramahnya.
"Gak usah, aku tau di mana ruangan Candra," jawab Erlin datar, lalu hendak melangkah meninggalkan area parkir.
"Tunggu, Mbak Erlin," pinta Bram membuat Erlin sontak menahan langkah kakinya.
"Ada apa lagi, Bram? Belum cukup cari mukanya? Kalau kamu pikir dengan kamu bersikap baik seperti ini bisa membuat kamu terlihat baik di mata saya, kamu salah, Bram," ujar Erlin dengan dingin. "Kesan pertama kita ketemu tidak akan pernah aku lupakan. Paham?"
"Saya cuma mau minta maaf atas sikap kasar saya sama Anda, Mbak Erlin. Saya salah dan terlalu sombong. Padahal, di atas langit masih ada langit," jawab Bram, seraya membungkuk sebagai permohonan maaf.
Erlin menarik napas dalam-dalam dengan senyum sinis. "Oke, maaf kamu aku terima. Puas?" jawabnya, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan.
"Dasar tukang jilat. Heran deh, ko bisa orang kayak gitu masih dibiarkan kerja di perusahaan sebesar ini?" batin Erlin dengan kesal.
***
Erlin akhirnya tiba di depan ruangan Direktur. Hanya berdiri di depan pintu, menatap tulisan kapital dengan warna keemasan bertuliskan "RUANG DIREKTUR". Rasanya benar-benar malas untuk mengetuk pintu, hatinya masih dilanda rasa gelisah. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya? Mengapa rasanya benar-benar kesal setelah melihat kebersamaan Candra dengan Viona, mantan kekasihnya.
"Sumpah demi apapun, sebenarnya aku malas ketemu sama Candra," gumamnya seraya menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan dengan mata terpejam.
Erlin kembali membuka kedua mata, di saat bersamaan, pintu pun terbuka dan Candra berdiri tepat di belakang pintu. Erlin terkejut, jantungnya seketika berdebar kencang, antara kesal, kaget, gugup dan salah tingkah seolah melebur menjadi satu membuatnya mati kutu. Sementara Candra, pria itu seketika tersenyum lebar merasa senang. Menatap wajah Erlin dengan mata berbinar.
"Akhirnya kamu dateng juga, Er. Saya pikir kamu gak akan ke sini," serunya.
Erlin menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal seraya tersenyum canggung. "Nyonya Rosalinda memintaku buat mendampingi kamu. Hari ini 'kan hari pertama kamu kerja sebagian Direktur. Eu ... takutnya kamu belum ngerti apa aja yang harus dikerjain," jawabnya seraya melangkah memasuki ruangan.
Candra segera menutup pintu lalu berjalan tepat di belakang Erlin. "Saya punya kabar baik, Er," ucapnya.
Erlin menghentikan langkah lalu memutar badan, berdiri tepat di depan Candra. "Kabar baik apa? Kayaknya serius banget."
"Ternyata, Ayahnya si Bram teman dekatnya Ayah saya, Er."
Erlin mengerutkan kening. "Benarkah?"
"Apa aku harus melaporkan kabar ini sama Nyonya Rosalinda? Tapi, setelah mendengar ucapan Nyonya tadi, aku jadi kasihan sama Candra. Apa mungkin Candra cuma akan dimanfaatkan saja, setelah itu dia akan dikembalikan ke tempat yang seharusnya? Tapi, tempat apa yang dimaksud sama Nyonya? Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" batin Erlin kembali dilanda rasa dilema.
Candra tiba-tiba meraih lalu menggenggam telapak tangan Erlin membuat wanita itu terkejut sekaligus gugup. Kedua matanya nampak lekat memandang wajah Candra Wijaya.
"Kamu mau 'kan nemenin sama ketemu sama Ayahnya si Bram?" tanya Candra dengan suara lembut. "Jujur, saya ngerasa gak punya siapa-siapa lagi selain kamu, Er. Cuma kamu orang bisa saya percaya."
"Kamu 'kan masih punya Viona?" tanya Erlin dengan dingin seraya memalingkan wajah ke arah samping.
Candra mengerutkan kening, merasa bingung. "Viona? Eu ... kamu tau sendiri kalau saya sama dia itu udah putus dan saya juga udah move on dari dia, Er. Sejujurnya, saya lagi suka sama wanita lain dan saya harap dia pun punya perasaan yang sama seperti saya."
Erlin kembali menatap wajah Candra seraya melepaskan genggaman tangannya. "Ya udah, minta aja wanita itu buat nemenin kamu menemui ayahnya Bram. Lagian, aku gak bisa nemenin kamu, aku sibuk!"
"Wanita itu adalah kamu, Er. Saya suka sama kamu. Maukah kamu menerima perasaan saya?"
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭