Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 11
Davin memandangi wajah Karina yang tampak pucat dan rapuh. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Ia tak menyangka bahwa menghindari Karina dalam setengah hari sudah membuat Karina tampak terpuruk.
"Karina.." lirih Davin sembari mengusap rambut Karina.
Kepalanya tertunduk sembari memegang tangan Karina dengan erat, seolah jika tidak memegangnya Karina akan semakin buruk.
Davin tidak bisa terus menjauhi Karina. Ia harus memikirkan cara bagaimana memenuhi tanggung jawabnya pada ibunya dan juga menjaga Karina selalu.
Suara rintihan dan sesekali batuk dari Karina membuat Davin mendongakkan kepalanya. Tubuhnya mencondongkan ke arah Karina untuk melihat lebih jelas diliputi kekhawatiran.
"Hey.. Hey aku disini. Mau minum sesuatu?" tawar Davin dengan lembut meski seluruh tubuhnya bergetar karena kecemasan.
Karina hanya menggelengkan kepalanya dengan gerakan lambat, matanya mulai berkaca-kaca menatap Davin.
air mata Karina menarik perhatian Davin lebih cepat. Ia menangkup pipi Karina dengan lembut, menghapuskan air mata yang mengenang disudut matanya.
"Kenapa menangis?" suara Davin serak dan memohon untuk Karina agar berhenti menangis.
Davin benci melihat Karina sedih dan menangis.
"Aku bahagia karena kak Davin masih peduli kepadaku." bisik Karina hampir tak terdengar. Ia menggenggam tangan Davin seolah takut kehilangan lagi.
"Aku disini.. Selalu bersamamu, jangan takut Karina. Maafkan aku karena sedikit mengabaikanmu." sahut Davin dengan menyesal, matanya terasa panas menahan air mata karena sudah mengecewakan Karina.
"Jangan tinggalkan aku." pinta Karina dengan memohon, ia tak bisa kehilangan Davin.
"Aku selalu bersamamu." Davin menjawab lagi menyajikan, matanya merah dan menunjukkan tekadnya untuk tidak lalai lagi pada Karina.
Hening, ruang perawatan hanya di isi dengungan lembut pendingin ruangan dan bau steril.
Karina hanya menatap mata Davin, apakah pria itu benar-benar bersungguh-sungguh kepadanya. "Meski itu kau harus menjauh sedikit dari Selena?"
Pertanyaan itu membuat Davin mematung. Ia bingung harus bagaimana menjawabnya—selena tanggung jawabnya, calon tunangannya.
Ia juga berjanji kepada ibunya untuk selalu didekat Selena dan memperbaiki hubungan mereka. Namun Davin tidak bisa melihat Karina menderita sendirian.
Melihat keraguan dimata Davin, air mata mulai menetes dengan mudah membasahi pipi Karina.
Ia tak menyangka Davin akan berpaling darinya dengan cepat. Ia tidak bisa kehilangan Davin, Davin miliknya.
genggaman Davin semakin mengencang ditangan Karina. "Kau ragu.. Kau membiarkan Selena mengambil alih dirimu. Untuk apa kau menolongku jika kau akhirnya berada disisi dia?! kau mengkhianati ku kak, aku sungguh kecewa kepadamu. Mana janjimu untuk selalu bersamaku?"
Ledakan amarah Karina membuat Davin kewalahan, karena ia terbiasa Karina bersikap manis dan perhatian. Ini berbeda dan membuatnya bingung
"Aku berusaha Karina!" bentak Davin pada akhirnya menyesal dengan cepat karena berhasil membuat Karina tersentak dan tampak ketakutan.
"Oh ya ampun.." bisiknya lelah, Davin mengulurkan tangannya untuk mendekap Karina kedalam pelukannya.
tangannya mengelus lembut pinggang Karina dengan gerakan menenangkan. sesekali mengelus rambut Karina dengan penuh kasih sayang seolah seperti benda rapuh.
"Dengar oke? Aku akan berusaha membagi waktu di antara kalian berdua.. Namun aku akan lebih sering menghabiskan waktu bersamamu." bisik Davin menenangkan, sedikit membujuk Karina agar mengerti.
Ia meleraikan pelukan untuk melihat wajah Karina agar mengerti, tangannya terangkat menangkup pipi Karina.
hatinya teriris melihat mata Karina yang merah dan dipenuhi air mata. Davin berharap bisa membalikkan senyuman dan binar Dimata Karina.
"Selena calon tunanganku, aku tidak bisa mengabaikannya lagi. Seluruh keluarga ku mengharap ku untuk menjadikan Selena menjadi menantu di keluarga Prasetya."
Davin menatap mata Karina berharap wanita itu mengerti maksudnya.
Meski secara tak sadar Selena baginya hanyalah sebuah alat untuk memperluas kekuasaan keluarganya.
Davin tidak tahu apakah ia mencintai Selena atau tidak. Pikiran dan hatinya terbelah dua.
Karina mengangguk dengan pasrah. Ia ingin Davin semuanya namun keadaan dan kondisi sangat mustahil, tapi setidaknya Davin akan berusaha untuk dirinya.
"Aku mengerti, tapi jangan abaikan aku lagi kak. Kumohon?" pintanya meminta kepastian lagi dengan tanpa ragu Davin mengangguk kepalanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hujan deras mengguyur sekolah Northern academy. Selena menggulir ponsel nya menjelajahi sosial media didalam mobil.
Seharusnya mereka sudah pulang sejak pukul 2 jam yang lalu. Namun ia harus menunggu davin, ia menduga sesuatu.
Davin tak tahan jarak yang ia berikan untuk Karina. Selena sudah menebak dari awal, Davin tidak patuh kepadanya.
Benar saja—Davin rela menggendong Karina dari gedung sampai ke gerbang dekat parkiran.
"Pria bodoh yang mudah diperalat." bisik Selena tak habis pikir, ia membukakan pintu mobil untuk Karina.
Meski Selena juga tak ingin satu mobil dengan Karina.
Tapi dia ada rencana lain.
Davin menaruh Karina di sebelah Selena. Namun dengan segera Selena berpindah menjadi duduk disebelah supir.
"Kak Selena kenapa pindah?" tanya Karina pura-pura polos, namun ia juga senang hanya duduk berduaan dengan Davin.
Selena menghela nafas, menatap pandangannya pada luar jendela dengan bosan. "Aku tak ingin bajuku basah karenamu." suara Selena tenang namun tajam.
Davin mengunci pintu mobil menyuruh sopir untuk jalan. Perlahan mobil berjalan ditengah hujan deras, mata Davin menatap Selena. Membaca apakah Selena kecewa atau tidak?
namun Selena tampak tenang tanpa emosi apapun. Itu artinya Selena tidak marah ataupun kecewa kan?
Davin merasakan sedikit kelegaan karena mereka bertiga tidak ada perdebatan hari ini. Selena juga tampak tenang, tidak memicu perdebatan.
Yang artinya Davin sedikit melangkah dengan jalan yang benar, ia bisa memperhatikan Karina dan Selena sekaligus.
"Selena aku beli coklat, kau mau? ini kesukaanmu sayang." Davin menjulurkan sekotak coklat ke kursi depan untuk Selena ambil.
Davin tersenyum kecil, berharap Selena menerimanya.
Selena melirik Davin sejenak menatap coklat ditangan Davin, ia memaksakan tersenyum. Senyuman yang tampak manis bagi Davin
"Terimakasih sayang." balas Selena dengan suara ringan dan sedikit ceria. Menerima coklat itu seperti hadiah
Davin hanya mengangguk, ia suka bagaimana sifat Selena kali ini. tampak lembut dan tidak memicu konflik meski tadi siang Selena mempermalukan dirinya didepan teman-teman kelas dan seluruh murid.
Ia senang Dengan perubahan Selena, tanpa tahu Selena hanya menarik-ulur emosi Davin.
Karina cemberut sembari menarik tangan Davin untuk meminta perhatian. "Aku.. Aku juga suka coklat kak Davin.. Kau tak membelikannya untukku?" tanya Karina penuh harap, matanya membesar.
Davin menggaruk tengkuknya, ia hanya beli satu. "Aku hanya beli satu Karina. Tapi aku akan membelikannya untukmu kapan-kapan." janji Davin berharap Karina mengerti.
Selena menoleh kebelakang mengulurkan tangannya yang mengenggam coklat, menawarkannya. "Kau bisa ambil milikku Karina, aku tak apa-apa. Kau tampak iri dan ingin ya? Aku berikan." tawar Selena dengan suara lembut dan ceria meski ada kata-kata mengejeknya.
Mata Karina melotot, ia benci bagaimana Selena mengucapkan dengan nada manis meski kata-kata nya menusuk. Namun tatapan Davin menyuruhnya untuk mengambil saja tanpa membuat masalah lagi.
Dengan enggan Karina mengambilnya, kaku. "Terimakasih."