Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merebut kembali kota Huyin
Di ruangan penjara yang terbilang cukup nyaman tetap akan terasa menyesakkan jika terus di tinggali tanpa bisa melihat dunia luar. Cahaya di ruangan hanya di hasilkan dari obor yang menyala. Juga dari cahaya matahari yang menerobos melalui celah ventilasi udara pada dinding di bagian atas.
Di atas tempat tidur Lei Guiying merebahkan tubuhnya. Gadis itu sudah mulai tidak nyaman terus berada di satu ruangan pengap bersama suaminya. Dia masih harus melewati satu malam lagi agar bisa keluar dari penjara. "Aaahhh..." Bangkit dengan malas. "Suamiku, bisakah aku pergi keluar?" Tersenyum dengan paksaan.
"Tunggu hingga besok pagi," ujar Shui Long Yin yang tengah santai duduk di kursi dengan membaca dokumen resmi di tangannya. Dia hanya melirik untuk beberapa detik saja lalu melanjutkan melihat dokumen di tangannya. Kepulan asap panas dari tungku kecil perapian. Perlahan membuat air di dalam teko menjadi mendidih. Pria muda itu menuangkan beberapa helai pucuk teh ke dalamnya dan membiarkannya untuk beberapa saat.
Keadaan yang sangat membosankan itu terus berlanjut hingga malam hari. Lei Guiying berlatih pedang untuk mengusir rasa bosan yang sudah menekan dirinya. Tepat di pertengahan malam suara langkah kaki terdengar sangat riuh dari luar. Tidak selang lama pengawal Yu Ji datang bersama para pengawal kekaisaran.
"Pangeran kesembilan," ujar pengawal Yu Ji memberikan hormat. "Jalur sudah saya bersihkan. Anda dan Selir Li bisa keluar."
Shui Long Yin berjalan keluar dari penjara di ikuti istrinya juga semua pengawal yang ada di bawah kendalinya. Mereka langsung mengamankan situasi kota yang semakin tidak karuan. Pertempuran tidak bisa terhindarkan. Pangeran kesembilan membawa semua pasukannya untuk segera mengambil alih kota Huyin sebelum pagi tiba. Lei Guiying mendapatkan tugas membobol masuk kediaman Walikota untuk menyelamatkan pemimpin kota itu. Pengawal Yu Ji bertugas memblokir pintu masuk gerbang utama menuju kota. Dan Shui Long Yin bersama sebagian pasukan lainnya pergi menuju kearah bukit di luar kota untuk menyelamatkan warga.
Mereka semua harus bergerak dengan cepat agar ketepatan sasaran tidak akan meleset. Orang-orang dari Ratu Chu Hua juga tidak akan dapat mengirimkan informasi menuju Ibu Kota.
Setelah berhasil membobol masuk ke dalam kediaman Walikota. Gadis itu langsung menyelamatkan Walikota Ruan dari penjagaan yang sangat ketat. Setiap langkah yang ia ambil selalu bisa mendapatkan nyawa musuh.
Begitu juga Shui Long Yin yang telah berhasil menyelamatkan warga kota dalam waktu singkat. Di malam itu kota Huyin menjadi kota pembantaian massal. Darah segar mengalir seperti sungai kecil memenuhi setiap jalur utama juga jalur kecil. Mayat-mayat berjejer tidak tentu arah memadati kota.
Ddreeemm...
Ddreemmm...
Genderang kemenangan di tabuh berulang kali memberikan tanda jika kota Huyin berhasil di rebut paksa dari genggaman musuh.
Sekitar jam sepuluh pagi rombongan pangeran kesembilan pergi dari kota Huyin. Shui Long Yin memberikan kewenangan kepada Walikota Ruan untuk menstabilkan kembali kota Huyin.
Di dalam kereta yang melaju Lei Guiying duduk tenang menyandarkan tubuhnya. Kini dia kembali menjadi Selir Li yang sangat patuh pada suaminya. "Perjalanan kembali pasti akan lebih melelahkan." Merenggangkan tubuhnya.
"Anggap saja sebagai pelatihan umum," ujar Shui Long Yin dengan menutup kedua matanya lalu menyandarkan tubuhnya.
Di hari yang sama,
Ibu Kota, Istana Negara.
Di ruangan kamar dengan balutan kain sutra menggantung indah di antara penyangga ruangan. Wanita dengan mahkota di atas kepalanya duduk menatap dingin kearah pria yang tengah berlutut di hadapannya. Hanya satu lambaian tangan pelan.
Ssleppp...
Panah melesat dari luar ruangan masuk menuju kedalam dan langsung menembus punggung hingga ke bagian jantung.
Bbruuu...
Darah segar menyembur dari tenggorokan pria itu. Dia Jenderal utama dalam misi penggulingan tahta Kaisar saat ini. Namun semua gagal karena wanita itu telah berada di situasi buntu. Untung saja dia berhasil mundur sebelum terlambat. Dan tahtanya masih dapat di pertahankan untuk sementara waktu. "Peliharaan yang hanya mengerti soal makanan tanpa bisa bekerja untuk majikan. Tidak perlu di pertahankan." Dia melambaikan tangannya untuk kedua kalinya.
Para pengawal di luar ruangan masuk ke dalam untuk mengambil mayat dari pria itu. Tubuh yang telah berlumuran darah di seret keluar. Setelahnya para pelayan wanita dengan sigap membersihkan semua sisa darah yang telah menempel di lantai.
"Sedikit saja noda darah tersisa nyawa kalian sebagai gantinya," ujar Ratu Chu Hua dengan nada biasa. "Huhh..." Menghela nafas. "Setelah kembali aku akan memberikan hadiah kepulangan. Dia pasti akan sangat senang." Memainkan cincin permata di jari manisnya.
Seorang pelayan wanita masuk, "Yang Mulia, Tuan muda Jian Huan telah datang."
"Biarkan dia masuk," ujar Ratu Chu Hua menyetujui.
"Baik." Pelayan wanita berjalan keluar kembali memanggil orang yang telah menunggu di luar ruangan.
Sesampainya di dalam ruangan Tuan muda Jian Huan memberikan hormat. "Yang Mulia."
Senyuman tipis terlintas di wajah cantik wanita yang tengah duduk di atas tahtanya. "Aku sudah menetapkan tanggal pertunangan kalian berdua. Tuan muda Jian apa kamu masih tidak menyetujuinya? Putriku sangat menyukai mu."
Dengan tetap menundukkan kepalanya Tuan muda kedua Jian Huan terdiam sejenak. Hela nafas tertekan di dada. Senyuman terpaksa harus dia perlihatkan seperti nyata. "Jika saya tidak menyetujuinya. Keluarga Jian tidak lagi memiliki tempat berteduh di Ibu Kota. Yang Mulia, hamba bersedia."
Ratu Chu Hua mengambil cangkir berisi teh hangat di dalamnya. Dia menyodorkan kedepan, "Menantu, kamu bisa meminumnya."
Salah satu pelayan wanita ingin maju.
"Biarkan menantuku yang mengambilnya." Ratu Chu Hua mengangkat tangan kanannya memberikan perintah.
"Baik." Pelayan wanita melangkah mundur.
Senyuman Tuan muda kedua Jian Huan seperti terlepas dari wajahnya. Dia menelan ludah pahit di tenggorokannya lalu berjalan lebih dekat.
"Tetap pada posisi yang aku tetapkan. Keluargamu tentu akan aman," kata Ratu Chu Hua di saat Pria muda itu akan meraih cangkir di tangannya.
"Baik," Sautnya setelah mengambil cangkir. Dia mundur kebelakang menuju tempat semula. Baru meminum teh dari cangkir yang terasa sangat sulit di telan. "Emmm..." Dia hampir saja memuntahkan teh yang sudah meluncur dari tenggorokannya. Rasa tidak nyaman semakin kuat. Kerutan kening menahan sakit tidak lagi mampu di kendalikan. Tuan muda kedua Jian Huan bersimpuh di lantai menekan dadanya kuat. Meskipun begitu pria muda itu masih harus tetap bersikap tenang. "Terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia Ratu." Bersujud. Tuan muda kedua Jian bangkit memberikan hormat lalu keluar dari ruangan.
"Yang Mulia, bagaimanapun juga dia hanyalah tuan muda tanpa kekuasaan. Tuan putri bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari dirinya," ujar pelayan wanita yang telah mengikuti Ratu Chu Hua selama puluhan tahun lamanya.
Wanita di atas tahtanya itu membenarkan gaun emasnya dan berkata, "Racun yang aku berikan akan dapat membuat dia menjadi seperti yang aku dan putri ku inginkan."
lanjut up lagi thor