Perjalanan seorang pemuda bernama Cassius dalam mencari kekuatan untuk mengungkap misteri keruntuhan kerajaan yang dulu merupakan tempat tinggalnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mooney moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekalahan yang mengobarkan api
Perasaan itu semakin terasa jelas ketika Cassius menemukan sebuah bioma yang benar-benar tampak berbeda dari bagian lain hutan. Di sekelilingnya, pohon-pohon raksasa dengan akar merambat keluar dari dalam tanah serta sulur yang bergerak seolah-olah menunggu untuk menyergap dirinya, mengelilingi setiap jejak langkah Cassius. Tanaman-tanaman yang lebih aneh dan lebih besar dari sebelumnya, dan kabut yang tebal seolah-olah hutan ini sendiri sedang menyambutnya—namun dengan cara yang penuh peringatan.
Saat Cassius mencoba melangkah lebih dalam ke area rawa, tanpa disadarinya ada sosok yang mendekat dengan cepat. Sosok yang melayang dengan cepat menuju Cassius itu perlahan menampakan dirinya dari dalam kabut yang tebal. Rupanya itu adalah dryad, namun ini bukanlah dryad seperti yang biasa ia dengar dalam cerita. Dryad yang berdiri di hadapannya memiliki kulit yang lebih gelap dan pucat menyerupai kayu halus yang pecah-pecah, mata yang hitam gelap dan yang paling mencolok adalah aura gelap yang mengelilinginya.
Cassius menyipitkan matanya mencoba memastikan bahwa yang dilihatnya dari kejauhan memanglah sosok dryad "Itu benar-benar dryad kan..? tapi kenapa terlihat sangat berbeda..? perasaanku juga mulai tidak nyaman."
Dryad ini bukanlah makhluk yang lemah lembut atau penuh dengan kedamaian alami seperti yang biasanya dikaitkan dengan mereka. Ada sesuatu yang salah, sesuatu yang gelap dalam dirinya. Begitu dia melihat Cassius , dryad itu langsung menatapnya dengan tatapan tajam. Lalu, tanpa peringatan ia mengangkat tangannya yang panjang dan bercabang, seperti ranting pohon yang terbelah. Tanah di sekitarnya berguncang, dan akar-akar besar merambat keluar, melilit kaki Cassius dalam sekejap.
Cassius yang waspada mengaktifkan loomb-nya dengan sigap, dryad itu bergerak lebih dekat lagi menuju Cassius yang tidak bisa bergerak sembari ujung jari nya membentuk seperti ranting yang tajam dan dengan cepat menghujamkannya tepat di dada Cassius.
“(chrakk)... ghekk....” jarinya menembus melewati tubuh Cassius dengan mudah.
Cassius yang tidak menyangka tindakan dryad itu hanya bisa bertahan sambil memegangi benda yang menembus tubuhnya. "apa yang-... ghlerkk.. " darah lagi-lagi mengalir dari mulutnya sebelum dia selesai bicara.
Seketika dryad itu mematahkan jarinya yang menancap di tubuh Cassius, lalu melayang pergi tanpa menatap ke belakang seolah memastikan kematian Cassius. Sesaat kemudian potongan jari yang menancap di tubuh Cassius mengelurkan akar yang tumbuh memancar dari dalam, akar-akar itu menembus keluar dari dalam tubuhnya hanya dalam sekejap mata.
Dalam keadaan terdesak dan tidak bisa bergerak untuk pertama kalinya setelah beberapa waktu Cassius merasakan ketidak berdayaan, pergerakannya benar-benar dihentikan dan tubuhnya kaku akibat akar yang menembus dari dalam tubuh.
“sial... apa-apaan dryad itu... aku tidak bisa bergerak, aku harus cari cara..” gumamnya dengan sedikit merasa panik dalam hati.
Setelah berpikir keras, Cassius teringat dengan sihir api dasar fireball. Dengan hanya satu tangan yang masih bisa bergerak, dia segera merapal mantra, membuat api lalu mengarahkannya ke akar-akar yang menahanya. Perlahan tapi pasti ia mulai membakar akar-akar itu hingga kehilangan kelembabannya dan mulai mengering, meskipun butuh waktu yang sangat lama sampai bisa terbakar atau setidaknya jadi lebih rapuh, hanya inilah satu-satunya cara yang bisa dia lakukan untuk melepaskan diri. Untungnya dryad itu hanya sendiri dan langsung pergi setelah dia mengira sudah menghabisi Cassius dalam sekali serang, entah apa jadinya jika ada lebih dari satu. Mungkin saja Cassius bisa kehilangan nyawa.
Begitu ia berhasil melepaskan diri setelah terperangkap cukup lama, ia bergegas meninggalkan tempat itu dengan beberapa akar masih yang masih mencuat dari dalam tubuhnya. Cassius memutuskan untuk mundur dan mencari tempat yang lebih aman, jauh dari bioma dengan energi alam yang terlampau pekat itu.
“untuk sementara sepertinya aku tidak bisa melewati tempat itu, aku butuh kekuatan yang bisa mengatasi mahluk-mahluk seperti itu dengan lebih efektif.”
“jika saja aku bisa melakukan sihir yang lebih kuat dari sekedar fireball” ungkapnya sambil berjalan sembari mencabut sisa-sia akar yang tertancap ditubuhnya.
Cassius menghela napas dalam “sekarang sebaiknya aku segera menentukan rute lain dulu... mungkin kali ini aku masih beruntung.”
Ia melangkah pelan sembari mecari rute lain menyusuri hutan, rasa sakit dari akar yang menusuk tubuhnya dari dalam masih terngiang meskipun beberapa sudah dicabut. luka-luka yang sempat diderita sudah sepenuhnya sembuh berkat loomb Regeneration, tetapi rasa frustasi di dalam hatinya justru semakin menguat. Kekalahan yang dirasakannya barusan bukanlah fisik. Itu adalah kekalahan dalam jiwanya, dalam tekadnya.
Cassius menggenggam pergelangan tangannya, di mana loomb-nya terletak. Tanda keemasan itu berkilau samar dalam remang-remang hutan, seperti simbol dari potensi yang belum terwujud sepenuhnya. Keinginannya untuk lebih kuat, untuk bisa menghadapi ancaman seperti yang baru saja dia alami dengan lebih efisien, mendorongnya untuk meresapi batas-batas yang belum pernah ia jelajahi.
Dia berhenti sejenak dan menatap langit yang mulai gelap, langit yang hampir tertutup rimbunnya pohon yang menjulang tinggi. Cassius lebih meyakinkan dirinya bahwa untuk bisa menjadi lebih kuat, ia harus menantang dirinya lebih jauh lagi. Kejadian barusan—serangan dari makhluk yang diselimuti energi alam itu—hanya menunjukkan satu hal, untuk bertahan di tempat seperti ini, untuk melawan segala sesuatu yang ada di dunia ini, dia membutuhkan lebih banyak kekuatan.
Dibakar oleh rasa frustasinya, Cassius terus berjalan ke arah barat. Ia berpikiran bahwa dengan menuju arah barat ia bisa memutari area yang dipenuhi energi alam yang terlampau pekat itu. Namun hal yang tidak diketahui Cassius adalah di sebelah barat hutan terdapat area gunung berapi aktif yang dihuni banyak spesies reptil berukuran besar hingga ukuran raksasa. Dan gunung berapinya merupakan sarang para Wyvern, kebanyankan hewan disana juga telah berevolusi jadi elemental beast dikarenakan beberapa flame core yang muncul akibat banyaknya gunung berapi baru yang terbentuk dalam seratus tahun belakangan.
Gunung berapi itu dulu merupakan sarang Galrath sebelum menyandang nama –The Holy Ashes- [sang abu suci], sisa-sisa energi Galrath yang tertinggal setelah dia pergi akhirnya mengundang mahluk lain untuk datang dan menyerap apa yang ada dan menjadikan tempat itu sebagai milik mereka. Meskipun hanya energi sisa, kenyataanya apa yang mereka serap mampu membuat mereka menjadi sebuah ancaman yang mengerikan bahkan untuk sebuah negara besar.
Sepanjang perjalanan Cassius ke arah barat, tentu saja seperti yang diharapkan dari hutan pilgrum, dia bertemu berbagai mahluk buas dan mahluk elemental. Namun, kali ini sedikit berbeda, kini Cassius tak segan-segan lagi untuk memakan apapun yang dia temui. Dia berpikiran dengan melakukan hal itu tubuhnya akan semakin berkembang dan beradaptasi dari luar dan dalam. Rasa panas yang selalu timbul setiap dia memakan hal yang tidak wajar tak lagi ia hiraukan, baginya sekarang yang terpenting adalah menjadi semakin kuat bagaimanapun caranya.