*Ini adalah lanjutan dari Kultivasi Raja Bayangan, jadi baca dulu jilid pertama sebelum ke novel ini...
Liu Yuwen adalah seorang kultivator jenius yang pernah lahir di dunia, ia mencapai puncak beladiri sampai dijuluki sebagai kultivator tiada tanding karena hampir tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Di puncak kekuatannya, Liu Yuwen tidak menyangka ia justru akan tewas oleh sebuah racun yang diberikan adiknya.
Racun itu membuat Liu Yuwen terbunuh, dalam kematianmya rasa marah dan dendam menguasai hatinya karena pengkhianat sang adik, Liu Yuwen berjanji akan membalas kejahatan adiknya jika diberi kesempatan.
Nyatanya kesempatan itu terwujud saat Liu Yuwen terbangun di tubuh seorang anak kecil berusia sepuluh tahun.
Liu Yuwen yang mengerti dirinya hidup kembali tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk berencana membalaskan dendamnya pada sang adik, meski kekuatan kembali kesemula namun selama dirinya terus berlatih, Liu Yuwen yakin bisa mencapai puncak kekuatannya seperti di kehi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 26 — Harus Terlibat
"Nona Hua, bukankah Saudagar Mu sudah memberitahu agar anda tidak ikut campur masalah orang lain seperti ini lagi..."
Seseorang yang datang di samping gadis itu terlihat mengeluh sambil menghela nafas panjang. Ia merupakan kultivator pelindung yang menjaga gadis tersebut, dia biasanya muncul ketika ada situasi yang serius.
"Paman Shan, jika aku diam saja maka kakek itu akan berada dalam masalah. Tentu saja aku tak bisa berdiam diri..." Gadis yang memiliki marga Hua melipat tangan di dada, menolak di salahkan.
Paman Shan menggaruk kepalanya, tidak berniat berdebat dengan gadis itu lebih jauh, terutama ketika ia menyadari tidak akan menang saat beradu mulut dengannya.
Tatapan Paman Shan kemudian beralih ke lima orang yang menjadi lawan Nona Hua sebelumnya. Mereka sudah mengambil jarak dan menatap Paman Shan dengan penuh kewaspadaan.
Kelima orang itu sadar pria yang dipanggil Paman Shan oleh gadis itu memiliki kekuatan yang jauh di atas mereka, kemampuan Paman Shan memang sudah berada di ranah Alam Raga.
"Saudara-saudara sekalian, bisakah anda memberi muka padaku dan Nona Hua serta melupakan kejadian ini..." Paman Shan tersenyum hangat pada mereka namun kelima orang itu justru merasa terancam dengan senyuman tersebut. "Aku akan lebih senang jika kalian tidak memperpanjang masalah ini dan mungkin aku tidak akan membawa perkara ini lebih jauh."
Perkataan Paman Shan memang terkesan sopan namun kelima orang yang menjadi lawan bicaranya sadar bahwa mereka sedang diancam olehnya.
Kelima orang itu saling pandang, mereka tidak yakin bisa menang melawan Paman Shan meski mengeroyoknya sekalipun. Kelimanya berniat mengakhiri konflik namun tiba-tiba ada suara dari kerumunan.
"Oh, benarkah? Aku justru ingin memperpanjang masalah ini lebih serius."
Raut wajah Paman Shan menjadi buruk mendengar suara tersebut, seseorang dibalik kerumunan kemudian menampak diri, dia seorang pria yang memiliki badan besar dan juga berotot keras.
"Apa yang kalian tunggu, serang gadis itu lagi, masalah dia biar aku yang mengurusnya!" Ucap pria berotot itu pada lima orang sebelumnya.
Kelima orang itu menyeringai lebar, mereka mengenali pria berotot tersebut. Tanpa pikir panjang mereka kembali menyerang gadis itu secara bersamaan.
Paman Shan mengumpat, ia ingin membantu namun pria berotot sudah lebih dulu menghadang langkahnya, ekspresi Paman Shan semakin memburuk saat mengetahui pria berotot tersebut memiliki kekuatan yang sedikit di atasnya ketika keduanya bertukar serangan.
Tidak ada lagi ketenangan yang tersisa di wajah Nona Hua, melihat kultivator pelindungnya sedang disibukkan oleh lawannya sementara dirinya dalam keadaan terpojok, jelas bukan situasi yang berada dalam kendali gadis tersebut.
Dalam waktu singkat saja, gadis itu sudah cukup kewalahan menghadapi musuhnya, nafasnya memburu dan ia merasa sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.
"Tamat riwayatmu-!"
Salah satu dari lima orang itu berteriak lantang sambil mengayunkan goloknya ke arah leher gadis tersebut.
Nona Hua tersenyum tipis, ia memejamkan matanya karena sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk menahan serangan tersebut. Nona Hua menunggu rasa sakit yang membuatnya terbunuh namun setelah beberapa detik, rasa sakit itu tak kunjung datang.
Nona Hua membuka matanya lalu kemudian ia terkejut saat menemukan ada seorang pemuda yang sedang memunggunginya dan menahan ayunan golok itu dengan kedua jari.
Tidak hanya Nona Hua, tetapi kelima orang yang menjadi lawannya juga ikutan kaget. Dihadapan mereka, pemuda itu seperti muncul di ruang hampa.
Liu Yuwen menyipitkan matanya lalu mengeraskan kekuatan jarinya untuk menghancurkan mata golok tersebut hingga berkeping-keping.
Sebelum lawannya bereaksi Liu Yuwen melepaskan pukulan kuat ke arah perut orang tersebut.
Orang itu jatuh berlutut sambil memegang perutnya sebelum memuntahkan darah segar. Beberapa detik kemudian orang tersebut melebarkan matanya saat menyadari tindakan Liu Yuwen terhadapnya.
Semua berlangsung begitu cepat, empat orang yang tersisa hendak mengambil jarak dari Liu Yuwen namun langkah mereka sedikit terlambat. Liu Yuwen menghilang dari pandangan keempatnya lalu muncul tepat di dekat mereka, ia kemudian melepaskan pukulan lainnya ke arah perut mereka satu persatu.
Satu pukulan cukup membuat lawannya bertekuk lutut, jika tidak sedang dalam kerumunan, Liu Yuwen sebenarnya tidak akan segan menghabisi mereka namun situasinya memungkinkan ia untuk tidak bertindak demikian.
"Apa kau ingin membawa ini lebih jauh lagi?" Tatapan Liu Yuwen terlihat dingin, maksud ucapannya tertuju pada pria berotot.
Liu Yuwen mengumpat dalam hatinya, baru saja beberapa menit yang lalu ia mengatakan pada Yuanyin untuk menjaga sikap namun belum satu jam keduanya di Kota Avion, Liu Yuwen harus menghadapi kejadian seperti ini.
Liu Yuwen tidak bisa tinggal diam saat gadis itu akan kehilangan nyawanya, disisi lain dirinya juga cukup kesal karena kerumunan di sekitarnya tidak ada yang mau membantu gadis tersebut padahal mereka mampu melakukannya.
Pria berotot itu berhenti menyerang Paman Shan saat melihat kemunculan Liu Yuwen, Paman Shan memanfaatkan waktu tersebut untuk memisahkan diri dari lawannya.
Nafas Paman Shan memburu, ia cukup kerepotan menghadapi pria berotot tersebut sebelumnya.
"Anak muda, kau seharusnya tidak ikut terlibat, apa kau buta atau tidak mengetahui situasinya?" Pria berotot memang terkejut dengan kemunculan Liu Yuwen tetapi ia masih terlihat tenang.
Liu Yuwen tidak membutuhkan penjelasan dari perkataan pria berotot itu, ia menyadari selain pria di depannya, ada beberapa kultivator yang berada di kerumunan sedang memancarkan nafsu membunuh. Liu Yuwen menebak mereka satu komplotan dengan pria berotot tersebut.
Meski mereka berusaha menutupi nafsu membunuh namun Liu Yuwen bisa merasakannya lewat indranya yang telah terlatih.
"Tidak perlu banyak bicara, kita selesaikan masalah ini dengan cepat! Aku tidak punya waktu berhadapan dengan kalian..."
Sambil berkata demikian, Liu Yuwen memberi instruksi agar Paman Shan membawa gadis yang dipanggil Nona Hua itu untuk kabur dari sini.
"Tapi Saudara, anda bisa-..."
"Aku hanya mengatakannya sekali, jika kau ingin gadis itu hidup, bawa sekarang juga!" Potong Liu Yuwen dengan tegas.
Paman Shan menutup mulutnya, melihat tatapan Liu Yuwen yang dingin ia langsung menurut. Secara diam-diam ia membawa gadis yang bersamanya untuk meninggalkan tempat itu.
"Kau pikir aku akan diam saja!" Pria berotot itu melotot melihat Paman Shan hendak melarikan diri.
"Kau boleh mencobanya." Liu Yuwen memberi tanda dengan jarinya agar pria berotot itu maju.
"Terlalu arogan!"
Pria berotot itu mendengus kesal, ia melompat ke arah Liu Yuwen sambil melepaskan pukulan.
Liu Yuwen menyambut tinju lawannya dengan telapak tangan, ketika pukulan itu mengenai dirinya, tubuh Liu Yuwen sedikit bergeser satu sentimeter.
"Oh, kau ternyata kuat juga..." Liu Yuwen sedikit terkejut.
Mata pria berotot itu melebar, ia tidak percaya dengan apa yang disaksikannya. Kemampuan fisik adalah kekuatan andalan dirinya sebagai seorang kultivator, dia tidak memahami pukulan yang ia kerahkan dengan seluruh tenaganya itu seolah angin lalu dihadapan Liu Yuwen.