"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...
Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.
Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.
karya Triza cancer.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MISI PEMBUNUH BAYARAN
Suasana malam di Masion Dewantara kini terasa hangat, setelah makan malam mereka berpindah ke ruang tamu, Rian membuka koran melihat berita bisnis, Riana membuka majalah melihat perkembangan mode. Dan Thalia dengan laptopnya, menggerakan jari memasukan kode-kode rumit untuk ia retas.
Thalia mendesah melihat apa yang ia temukan. Membuat Rian yang sedang membalikan koran menatapnya "Ada apa princes..? "
"Biasa Dad kerjaan, kali ini targetnya saudara tiri klien, saat lia baca datanya menjijikan sekali target ini, selain tamak, menyiksa keluarga dia juga suka melecehkan perempuan." Papar Thalia membaca setiap data yang Ia retas.
"Berati dia pantas jadi targetmu sayang.." Ucap Riana membelai surai putrinya.
"Hemm.. Aku pastikan dia akan pulang ke asalnya malam ini.. " Gumam Thalia tersenyum smrik. Senyum seorang Tata yang membuat semua bergetar hanya mendengar namanya.
Rian menatap Thalia dalam "Princes.. Tetap hati-hati, meskipun kamu si Tata pembunuh bayaran no 1 di dunia, kamu tetap manusia tetap seorang wanita. Gak pernah tau takdir kedepannya seperti apa, daddy takut kamu terkena sial saat misimu itu."
Thalia bangkit menghampiri Rian dan memeluk ayahnya itu, "Daddy makasih nasehatnya, lia akan selalu mengingat pesan daddy.."
"Lia mau siap-siap dulu ya cup.. Cup.. selamat malam mommy, daddy love you all... "Thalia berjalan ke arah kamar, setelah mengecup kedua pipi orang tuanya.
Di dalam kamar Thalia segera memakai peralatannya. Pistol perak bergambar bintang, pisau-pisau kecil dan tak lupa permen racikannya dengan berbagai rasa. " Baiklah Tuan Aris sampai bertemu dengan Tata si cantik namun mematikan ini.. "lirihnya.
Thalia beranjak menuju garasi, kali ini ia akan menggunakan mobil sportnya kembali menuju lokasi yang di kirimkan anggota bayangan SOD. Tak lama Thalia sampai di sisi barat Hotel, tempat dimana target berada.
"Malam Nona.. "Sapa Bimo.
"Hem.. Bagaimana kak?"
Bimo menyerahkan paper bag pada Thalia, "Semua sudah siap nona.. "
Thalia mengangguk menerima paper bag dari Bimo, dan segera melangkah ke sisi hotel tempat karyawan berada. Sebelum berbelok Thalia menatap Bimo kembali "Jangan bergerak sebelum aku perintahkan."
Bimo mengangguk mengerti, Thalia selalu ingin menghabisi targetnya sendiri tanpa bantuan siapapun, tapi Bimo akan selalu memantau Thalia, selain karena tugas dari big bosnya Rian Dewantara, Bimo juga khawatir pada Thalia yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
Thalia masuk ke ruangan karyawan saat pintu terbuka dan muncul Thalia, semua menunduk hormat, tidak ada yang menyapanya walaupun ada beberapa yang saling berbisik.
"Kata manager ada karyawan baru, apa dia orangnya?"
"Sepertinya iya.. Tapi ingat jangan cari masalah sama dia, atau kita gak bisa lihat matahari besok."
Mereka saling berbisik, hingga Thalia membuka bajunya dan terlihat tang top, serta short pant, semua karyawan wanita melotot bukan terpesona oleh body Thalia, namun senjata yang terlihat memenuhi tubuhnya.
"Kenapa kalian lihat gue.. "Ucap Thalia datar membuat semua beringsut keluar ruangan.
" Yah kenapa mereka kabur.., cuma nyapa mereka."Gumam Thalia tersenyum mengerikan.
Thalia keluar ruangan dan mendorong Troly yang sudah bimo siapkan, "Kamar nomor 200 di ujung lantai dua".Lirih Bimo. Thalia mengangguk dan mengkode untuk mengaktifkan interkom.
Thalia menyusuri koridor, dan menaiki lift ke tempat tujuannya. "Kak apa dia sendiri..di dalam kamar?. " Thalia bertanya pada bimo lewat interkom.
"Tidak Nona.. Dia tidak sendiri, ada beberapa bodyguard bayaran yang menemaninya."
"Baiklah.. "
Thalia kembali melangkah dan mengetuk kamar nomor 200 di depannya.
"Tok... Tok.. Tok.. "
"Room service.. " Teriak Thalia.
Saat pintu terbuka Thalia segera mendorong troly kedalam, dan saat mendongak Thalia terdiam.
Deg...
Thalia segera mengembalikan ekspresinya, dengan senyuman manis ala Thalia. "Ngapain juga si tembok ada di sini, apa dia teman target gue?." Gumam Thalia dalam hati melihat Athar yang akrab dengan Aris.
Athar yang sedang mengobrol dengan Aris tak kalah terkejut, Athar menatap Thalia dengan tatapan tajamnya. "my Queen.."
gumam Athar dalam hati, Athar tidak suka melihat Thalia memakai seragam karyawan hotel yang seksi.
Thalia menunduk sopan, meletakkan nampan berisi makanan di meja, sementara matanya mengamati sekeliling dengan cepat, menganalisis posisi tubuh, jarak, dan kemungkinan serangan kilat. Namun fokusnya buyar saat mendengar suara berat penuh godaan dari Aris.
“Hmm… pelayan baru, ya? Manis juga. Sini, dek… bantu bukain jas abang, ya?” katanya sambil menatap Thalia dari ujung kaki hingga kepala.
Thalia memaksa senyum tipis, tapi dalam hatinya sudah menandai target dengan label busuk tingkat dewa. Lia sabar, sabar… jangan tikam dulu sebelum waktunya.
Namun Aris malah bangkit dari sofa menatap Thalia mesum membuat Athar mengepalkan tangannya. "Apa malam ini kamu bisa menemaniku cantik?"Tanya Aris yang akan memegang dagu Thalia. Namun suara Athar menghentikannya.
"Tunggu.. "Athar bangkit menghampiri mereka.
"Dia karyawan yang menggangguk, biarkan aku menghukumnya terlebih dahulu"Ucap Athar. Suaranya datar tapi tajam, seolah setiap kata bisa memotong urat saraf siapa pun yang coba menggodanya.
Aris mendengus dan memutar bola matanya. “Santai aja, Athar. Aku cuma bercanda.”
Tapi tangan Aris masih berusaha menyentuh pergelangan tangan Thalia, dan di situlah tubuh Athar langsung bergerak lebih cepat dari kedipan mata.
Thalia menatap pemandangan itu dengan senyum menahan tawa. "Waduh, Tembok mode pelindung aktif lagi. Padahal belum sempat gue kasih racun makanan sama minumannya."gumamnya pelan.
Athar menoleh tajam ke arah Thalia, “Kamu bilang apa barusan?”Thalia tersentak, pura-pura kikuk sambil tersenyum kaku. “Ehehe, saya bilang... eee... nasinya masih panas, hati-hati tangan Tuan.”
Athar segera menarik Thalia keluar kamar, dan membuka kamar di sebrangnya.
"Brak.. " pintu kamar tertutup,
Thalia berusaha menepis tangan Athar.
“Hei, Tembok! Lo tahu gak, lo baru aja ngacauin misi penting gue.!” desisnya dengan nada tertahan.
Athar menghela napas dalam, mendekat pelan hingga jarak mereka tinggal sejengkal. “Misi apa.. ? Ngebunuh orang kan."Senyuman maut Athar keluarkan membuat Thalia memerah, namun Thalia segera berkata kembali semakin galak untuk menutupi gugupnya.
"Kalau lo udah tau, ya udah sana minggir jangan halangin gue buat bunuh orang jahat, Gue cuma ngelakuin apa yang pantas dia terima."cerocos Thalia.
"Hem.. Gue ikut.. "
Thalia menatapnya sinis "Ikut apaan dah.. Ini bukan main petak umpet Athar, udah awas minggir..jangan nyusahin" Thalia mulai kesal karena Athar masih memojokannya.
"Gue gak mau lihat lo di tatap pria lain.. "
Thalia memutar bola matanya. “Drama banget sih. Emang kenapa kalau gue di tatap pria lain, toh gak bakal berkurang kecantikan gue ini."Cerocos Thalia sambil memanyunkan bibirnya.
"Cup.. Gue cemburu.. " Ucap Athar dengan kecupan singkat di bibir Thalia membuat Thalia melotot, terdiam kaku dan reflek menutup bibirnya.
"ATHARRRR... PUTRA MANGGALA, LO UDAH REBUT KESUCIAN BIBIR GUE... " Teriak Thalia malah membuat Athar tertawa.
"Tampan.. " Gumam Thalia dalam hati. "Heh tembok ngapain lo malah ketawa, lo harus tanggung jawab karna udah cium gue".Nyalang Thalia bertolak pinggang meskipun pipinya sudah memerah.
Athar menghentikan tawanya menatap Thalia. "Tanggung jawab?gue kan belom jebol lo.. "lirihnya dengan senyum menggoda, Thalia semakin melotot mendengar perkataan frontal Athar, dengan sekuat tenaga Thalia menendang Athar dan keluar kamar.
"Kayaknya si tembok udah gila deh, aaa... Dia udah cium gue.. " Thalia membenarkan penampilannya, dan berusaha mengatur nafas sebelum kembali ke kamar Aris.
Athar menahan senyum tipis dan berbisik lirih "Ayo kita tuntaskan.." Bisik Athar.
Thalia mendelik "Ngapain lagi..? "
"Bantuin kerjaan kamu sayang.. " Ucapan lembut Athar yang mengalun di telinganya, membuat Thalia salting kembali. Dalam hati Thalia sudah menjerit ingin sekali dia menenggelamkan Athar yang terus menggodanya."Awas ya lo tembok.. Gue balas semuanya.. "
Pintu terbuka dan Dor... Dor... Dor
Thalia menembak beberapa bodyguard yang ada. Aris yang sedang mengangkat pistolnya ke arah Thalia tersentak saat di tembak Athar.
"Aaaa... Apa kalian sekongkol untuk menyerangku?." Tanya Aris menatap Athar dan Thalia.
Athar mendekat ke arah Thalia dan memeluk pinggang rampingnya. "Aku hanya membantunya, menghilangkan sampah".
Thalia melirik tajam ke arah Athar, alisnya naik tinggi sementara pistol di tangannya masih terarah ke arah dada Aris yang kini meringis kesakitan sambil menahan tangannya yang berdarah.
“Peluk-peluk di waktu kayak gini? Serius, Tembok?!” desis Thalia kesal sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Athar.
Tapi bukannya mundur, Athar justru semakin erat menahannya dan berbisik di telinganya dengan nada datar namun protektif,
“Tenang, gue cuma pastiin lo gak nekad nembak kepala orang di depan saksi.”
Thalia mendengus, menendang kaki salah satu bodyguard yang mencoba bergerak.
BRAK!..
Pria itu langsung jatuh tak sadarkan diri. “Saksi apaan, udah pada ketakutan tuh. Lagian, gue gak pernah gagal bersihin target.”
Aris menatap mereka dengan mata melotot penuh amarah. “Kalian... pengkhianat! saya gak akan diem! saya punya koneksi..”
DOR!..
Peluru dari Thalia menembus meja di depannya, membuat Aris spontan diam dengan wajah pucat.“Yah, ngomong dikit aja udah bikin kuping gatal,” ucap Thalia santai, meniup moncong pistolnya.
Athar menatapnya dari samping dengan nada separuh lelah, separuh kagum. “ lo itu barbar sekaligus elegan dalam waktu bersamaan. Gue bingung harus marah apa kagum.”
Thalia menatapnya sinis, “Cih, jangan gombal di jam kerja. Gue masih fokus ngebasmi kecoak elit ini.”
Ia kemudian berjalan perlahan mendekati Aris yang kini gemetar.“Tenang aja, Tuan Aris. saya gak disuruh nyiksa. saya cuma disuruh ngasih pelajaran terakhir.”
Aris menatap Thalia tak percaya, “Kamu pikir kamu siapa hah...”Bentak Aris.
Thalia menunduk, menatapnya tajam, dan dengan suara dingin ia berbisik,
“Namaku Tata. Si pembunuh bayaran nomor satu di dunia.”
Aris langsung menelan ludah keras-keras. Tapi sebelum Thalia sempat menarik pelatuk, tangan Athar menahan pistolnya.
“Cukup.”
Thalia menoleh, tatapannya tajam seperti ingin menembak Athar kali ini. “Lo lagi-lagi ngerecokin misi gue deh...”
Athar balas menatapnya tanpa gentar. “Kita gak perlu ngebunuh dia. Ada cara lain buat nyiksa orang kayak dia.”
Thalia menatapnya lama, mencoba membaca keseriusan di mata Athar.“Tembok, lo makin lama makin banyak gaya, deh.”
Dan tak lama Jeck membawa beberapa waria kedalam kamar. "Bos ini pesanan anda."
Thalia melotot menatap para waria dan menatap Athar yang malah mengangguk. "Ayo kita tinggalin, atau lo mau nonton.. " Goda Athar menaikan alisnya.
"Gak ya...Nih kasih kalau mereka udah selesai." ucap Thalia memberikan permen racikannya.
"Awasi dan lakukan perintahnya".Datar Athar menepuk bahu Jeck, dan menyusul Thalia yang sudah menghilang.
Setelah Thalia dan Athar meninggalkan kamar hotel, suasana hening mencekam. Aris beringsut panik, mencoba menekan luka di tangannya, keringat bercucuran membasahi wajahnya.
Namun sebelum ia sempat melangkah keluar, beberapa sosok misterius berpakaian nyentrik masuk ke kamarnya. Wajah mereka tersenyum sinis, tatapan mereka tajam seperti pisau.
"Mari bermain tuan.. " Ucap salah satu dari mereka. Aris mundur ketakutan, tapi sosok-sosok itu hanya tertawa kecil, mereka menerkam Aris dan melakukan apa yang di perintahkan Athar.
Beberapa menit kemudian Jeck masuk kedalam kamar, Ia meletakkan sejumlah uang di meja untuk para eksekutor tadi, lalu menatap tubuh Aris yang kini nyaris tak sadarkan diri.
Sebelum pergi, Jeck mengeluarkan permen kecil yang diberikan Thalia. dan bergumam,
“Permen sekecil ini…memang apa efeknya.. "
Duaarr... Jeck terjengkit kaget dan menatap tubuh Aris yang mulai melepuh. Jeck melotot tak menyangka efek permennya begitu hebat.
Ia pun keluar, melaporkan pada Athar melalui ponselnya,“Tuan, target sudah dilenyapkan. Dan tampaknya Nona punya cara yang lebih mematikan dari dugaan kita. Sungguh dia mengerikan.”
Athar yang masih mengikuti Thalia menatap punggung gadis itu."Dia memang mengerikan, dan semakin membuatku jatuh hati.. "
thalia salting yaa gemeshh 🤭😁
semangat 💪💪💪
sangat bikin perut kram, ngakak🤣🤣🤣