NovelToon NovelToon
Tawanan Tuan De Santis

Tawanan Tuan De Santis

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Damien De Santis merupakan pembuat senjata dengan spesifikasi luar biasa. Dia jadi pemasok beberapa organisasi mafia Italia. Namun, dirinya dibuat jengkel, saat berurusan dengan Patrizio Mazza. Damien yang hilang kesabaran memutuskan menghabisinya, kemudian membawa pergi adik tiri pria itu yang bernama Crystal Guida Mazza.

Crystal dijadikan tawanan, hingga rahasia besar tentang gadis itu mulai terkuak. Damien bahkan rela melindungi, setelah mengetahui jati diri Crystal yang ternyata akan sangat menguntungkannya.

Siapakah sosok Crystal? Mengapa dia jadi incaran mafia lain? Lalu, apa alasan Damien mati-matian melindungi gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Calon Pemimpin

Sajian mewah di meja makan telah siap disantap. Namun, makan siang bersama tak juga dimulai karena Damien belum hadir di sana,

Raut tak nyaman tergambar jelas di wajah Emanuele. Dia khawatir sang putra tak jadi ikut bersantap siang bersamanya.

"Tuan Damien pasti kemari. Jangan khawatir, Tuan," ucap Santiago, yang bisa melihat jelas kegundahan di wajah sang majikan.

Belum sempat Emanuele menanggapi, Damien muncul dan langsung duduk di salah satu kursi.

"Maaf terlambat," ucap Damien, seraya menaikkan lengan T-shirt.

"Tidak apa-apa, Nak. Kau hanya terlambat sepuluh menit," balas Emanuele. Dia merasa lega karena sang putra sudah bergabung bersama mereka.

"Omong-omong, di mana asisten pribadimu? Kenapa tidak mengajaknya makan siang sekalian?" tanya Emanuele basa-basi.

"Tidak usah. Dia bisa makan siang nanti," sahut Damien datar, bahkan hanya menoleh sekilas pada sang ayah.

"Aku senang bisa makan siang bersama seperti ini. Biasanya, hanya kita berdua." Emanuele mengalihkan perhatian pada Santiago, yang langsung menanggapi dengan anggukan. "Ajak saja asisten pribadimu untuk bergabung bersama kita."

Damien tak mengatakan apa pun. Dia hanya menatap sang ayah, lalu beralih pada piring yang masih dalam posisi tertelungkup. "Tidak usah," tolaknya lagi.

Jika sudah seperti itu, Emanuele tak bisa memaksa. "Ya, sudah. Kita mulai saja makan siang ini."

Beberapa menit pertama, tak ada obrolan sama sekali di meja makan. Mereka bertiga larut dalam pikiran masing-masing, atau mungkin sungkan untuk memulai percakapan lebih dulu. Situasi seperti itu sungguh tak nyaman. Ketika kecanggungan bertahta, semua terasa jadi serba salah.

"Bagaimana jika kuadakan pesta pengesahan," cetus Emanuele, memecah kebisuan yang ada.

"Kuras𝚊, itu bukan ide buruk, Tuan," ujar Santiago menanggapi, kemudian mengalihkan perhatian pada Damien. "Bagaimana, Tuan Damien?" tanyanya.

"Apanya yang bagaimana?" Damien balik bertanya. Dia berpura-pura tak menyimak perbincangan antara Emanuele dengan Santiago.

“Ini acaraku, Santiago,” ucap Emanuele, yang tak ingin berdebat karena hal sepele.

Damien hanya menggumam pelan. Dia tak mengatakan apa pun. Dari bahasa tubuhnya, terlihat jelas rasa tak setuju akan ide sang ayah.

"Sangat penting memperkenalkanmu sebagai penerusku kepada semua orang. Mereka harus tahu siapa yang akan memimpin Kerajaan De Santis, setelah aku mengundurkan diri,” ucap Emanuele lagi, dengan ekspresi teramat serius.

Lagi-lagi, Damien tak menanggapi. Dia fokus menghabiskan makanan dalam piring.

“Apa yang Tuan Emanuele katakan memang benar. Kerajaan bisnis dan organisasi Keluarga De Santis jadi sorotan banyak pihak. Kurasa, dengan memperkenalkan Tuan Damien sebagai penerus, akan memberikan wajah serta rasa baru,” ucap Santiago.

“Dengan keahlian yang dimiliki Tuan Damien, akan sangat berguna dan pastinya bisa menarik banyak perhatian. Bukankah Tuan Luca Marchetti berniat menawarkan kerja sama kepada Anda?” Santiago mengarahkan perhatian sepenuhnya pada Damien.

“Aku belum memikirkan itu,” ucap Damien datar.

Santiago manggut-manggut. Seperti Emanuele, dia juga tak ingin banyak berdebat dengan Damien.

“Kau urus saja segala persiapan untuk pesta nanti,” titah Emanuele, setelah menyudahi santap siangnya. “Aku ingin semua selesai dalam waktu satu minggu. Lebih cepat akan lebih baik. Tak sabar rasanya untuk segera beristirahat di Korsika.”

“Aku belum memberikan keputusan,” protes Damien datar.

“Kau kembali untuk menggantikan posisiku. Namun, sampai saat ini, aku masih jadi pemimpin tertinggi. Itu artinya, aku yang memegang kendali atas segala hal. Kau harus tunduk pada peraturanku, hingga dirimu menduduki tahta kepemimpinan,” tegas Emanuele, seraya berdiri. Tanpa menunggu tanggapan dari Damien, dia langsung berlalu dari ruang makan.

Sepeninggal Emanuele, Damien dan Santiago saling pandang. Setelah memastikan tak ada yang mendengar perbincangan mereka, Santiago mulai bicara. “Pesta ini bisa menguntungkan Anda, Tuan,” ucapnya.

Damien memicingkan mata, mencoba mencerna ucapan Santiago. Sesaat kemudian, pria tampan bermata hazel itu tersenyum kecil. “Pastikan dia datang ke pesta nanti.”

“Jangan khawatir, Tuan. Aku yang diberi tugas untuk mempersiapkan pesta.” Santiago tersenyum penuh arti..

Damien mengangguk samar. Tanpa berkata apa-apa, dia beranjak dari meja makan meninggalkan Santiago seorang diri.

Santiago termenung beberapa saat, sebelum merogoh telepon genggam dari saku kemeja. Dia mengirimkan pesan pada seseorang bernama Bogdan, dan langsung mendapatkan balasan.

[Saviero sedang berada di Sardinia.]

Santiago tersenyum puas, setelah membaca pesan tadi.

**********

Damien terbangun tiba-tiba dari tidurnya. Dia langsung mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan kamar yang gelap. Embusan napas berat meluncur dari bibir pria 30 tahun tersebut. Damien meraup kasar wajahnya, kemudian menyibakkan selimut. Dia turun dari tempat tidur, lalu melangkah keluar kamar menyusuri koridor berpencahayaan temaram menuju dapur.

Akan tetapi, tiba-tiba Damien berubah pikiran. Dia berbalik menuju koridor lain, lalu berhenti di depan kamar tamu yang ditempati Crystal. Damien mengetuk pintu. “Crystal,” panggilnya cukup pelan.

Tak harus menunggu lama, pintu terbuka tidak terlalu lebar. Wajah cantik Crystal muncul dari keremangan cahaya kamar. “Kau?”

“Apa kau sudah tidur?” tanya Damien pelan dan dalam. Dia terlihat kebingungan karena sebelumnya tak ada niat datang ke kamar gadis itu. Damien mengembuskan napas berat, lalu menyugar rambut yang sedikit acak-acakan.

“Masuklah.” Crystal membuka pintu lebih lebar, mempersilakan Damien masuk. Gadis itu langsung naik ke tempat tidur. Dia memberi isyarat agar Damien mendekat. “Apa kau bermimpi buruk?” tanyanya.

1
Aurizra Rabani
kyanya ada yang sengaja nabrak deh
Aurizra Rabani
pinjamin cd mu atuh ceu, kasian tar masuk angin 🤣🤣🤣
Anellakomalasari: 𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚖𝚊𝚝, 𝙼𝚊𝚔
total 1 replies
Aurizra Rabani
lanjut
Aurizra Rabani
Eleanor patuh nya kebangetan
Aurizra Rabani
crystal ngompol haist pesing dong 🤭
Anellakomalasari: 𝙳𝚒𝚝𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊, 𝙼𝚊𝚔. 𝙱𝚎𝚋𝚊𝚜𝚒𝚗 𝚊𝚓𝚊
total 1 replies
Aurizra Rabani
wow bab awal sudah berdarah darah,...
Titik pujiningdyah
jangan2 isinya bumbu dapur
Aurizra Rabani: itu alat cukur bu
Anellakomalasari: 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚝 𝚊𝚕𝚊𝚝 𝙺𝙱, 𝙼𝚊𝚔
total 2 replies
Titik pujiningdyah
aiiih!!!
Shanty Yang
masuk dalam antrian daftar baca dulu ya thor 🥰❤️😘
Anellakomalasari: 𝚂𝚒𝚊𝚙, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
Titik pujiningdyah
asal gk dijadikan santapan buaya masih aman
Dunia hiburan
Luar biasa
Anellakomalasari: 𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!