NovelToon NovelToon
Hilal Untuk Halal

Hilal Untuk Halal

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: emha albana

Kisah cinta Halalillah dan Hilal dimulai dari sebuah rumah tahfidz, mereka memilih menjadi Volunteer, dan itu bukanlah keputusan yang mudah, berani menggadaikan masa muda dan mimpinya pilihan yang amat berat.

Menjaga dan mendidik para penghafal qur'an menjadi sebuah amanah yang berat, begitu juga ujian cinta yang dialami Halal dan Hilal, bukan sampai disitu, kehadiran Mahab dan Isfanah menjadi sebuah pilihan yang berat bagi Hilal dan Halal, siapa yang akhirnya saling memiliki, dan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan cinta dan persahabatan serta ujian dan cobaan mengabdikan diri di sebuah rumah tahfidz?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kok Tiba-Tiba

Dosakah seorang anak untuk tidak selalu sepaham dengan apa yang diinginkan orang tua? Apakah 'syurga di bawah telapak kaki ibu' itu doktrin yang bisa disalah artikan dan alat untuk seorang Ibu untuk melemahkan pendirian seorang anak? 

Atau cerita lengenda Malin Kundang dari Tanah Minang, yang akhirnya berhasil menciptakan monster bagi anak yang takut dengan kutukan sang Ibu, lantaran durhaka kepada Ibu. Memang agama memberikan ruang istimewa bagi seorang Ibu, tetapi ada batasan dan tidak diartikan atau ditafsirkan dengan merujuk satu, dua dalil semata.

Lalu bagaimana keadilan bagi anak yang soleh dan mendapatkan ibu yang durhaka? Bukan anak saja yang dikatakan durhaka. 

Anak pun memiliki kebebasan untuk menentukan sikap, terlebih untuk urusan hati dan menentukan pasangan hidup. Cukup-lah Samsulbahri yang mengalami kepahitan cinta lantaran Siti Nurbaya dijodohkan keluarganya, yah, biarlah sampai di Siti Nurbaya yang merasakan kasih tak sampainya.

Atau biarlah kisah cinta teragis lantaran perbedaan strata sosial dan ekonomi cukup Zainuddin dan Hayati yang cinta-nya kandas, berakhir di sebuah Kapal van der Wijck, kisah cinta yang cukup sebatas cerita yang memisahkan dua insan yang saling mencintai hanya lantaran si kaya dan si Miskin.

Begitu juga dengan Hilal, ia ingin merasakan kebebasan, sudah cukup rasanya Tiga Puluh Tahun dibelenggu dengan segala aturan tak tertulis di dalam rumah, biarlah Hilal tumbuh dan menjalani perjalannya hidup-nya dengan pilihan yang ia pun sudah tahu akan konsekwensinya.

Suara lembut Alexandra Porat dengan lagu A Million Dreams-nya  menemani perjalanan pagi menjelang siang Hilal ;

They can say, they can say I've lost my mind

I don't care, I don't care, so call me crazy

We can live in a world that we design

 

Hilal melewati jalan, yang menyimpan sebuah cerita tentang syukur, cerita tentang tegar-nya seorang gadis pemulung, dari Halal ia menemukan kesejukan yang tidak ia dapatkan di rumah, dari Halal ia mendapatkan sebuah cerita tentang bertahan hidup, dan dari Halal ia mendapatkan sebuah kisah kesederhaan dan cinta.

 

Namun di jalan yang kemarin ia lalui, tidak menemukan perempuan itu, Hilal memutar balik kendaraannya dan memilih untuk singgah sementara di Rumah Tahfidz.

 

"Assalamu'alikum." Salam Hilal mengejutkan Mila yang duduk di ruang resepsionis.

 

"Walaikum salam Pak." Jawab-nya.

 

"Mil, untuk guru Tahfid yang baru itu kapan mulai aktif?"

 

"Tiga hari lagi Pak."

"Kok, bisa begitu? Bukannya langsung ngajar?"

 

"Kemarin kan waktu mereka interview, meraka bilang masih sekolah dan nunggu ujian akhir mereka selesai, memangnya kenapa Pak?"

 

"Ah, nggak apa-apa! Coba kamu pastiin lagi, kapan mereka bisa masuk!"

 

"Iya Pak, nanti saya hubungi mereka, dan pastiin kapan mulai bisa aktif di rumah Tahfidz."

 

"Biar mereka orientasi dulu dengan lingkungan kerja, lagi juga mereka baru belajar kerja kan?"

 

"Iya Pak."

 

"Yaudah, kabarin saya yah?!"

 

"Iya Pak, segera saya kabarin."

 

Hilal hanya ingin memastikan saja, kapan Halal bisa masuk dan aktif kerja, seperti ada rasa penasaran dengan sosok gadis pemulung itu. Mila pun segera memastikan dan menghubungi dua gadis itu, dan segera diminta masuk oleh pimpinan sekaligus pendiri Rumah Tahfidz,

 

"Assalamu'alikum, Kak Halal, saya Mila dari rumah tahfidz," Mila memulai membuka obrolan dengan Halal Via Phone.

 

"Wa'alikum salam , oh iya kaka ada apa yah?"

 

"Kak Halal, kira-kira mulai bisa aktif di rumah Tahfidz kapan yah? Besok bisa?!"

 

"Insyallah bisa Kak, udah selesai ujian, paling kalo nanti masih ada sedikit kegiatan sekolah, kita minta dispensasi aja ya Kak."

 

"Oh, kalo itu insyallah aman."

 

"Siap kak, aku tanyak Rizka dulu yah…"

 

"Makasih sebelumnya yah, maaf ganggu waktunya."

 

"Nggak apa kok kak, lagi nggak ngapa-ngapain juga."

 

"Ditunggu yah, kabar Kak Rizkanya."

 

"Iya Kak, nanti saya whatsapp kaka."

 

"Terimakasih, Assalamualikum."

"Wa'alaikum salam."

 

Mia baru saja mematikan telepon selulernya, baru saja padam lampu LCD-nya, tiba-tiba muncul di depannya Mamah Fida, entah apa maksudnya datang ke Rumah Tahfidz, dan jarang banget mau mampir kalau bukan ada acara.

 

"Eh Ibu, Assalamu'alikum."

 

"Wa'alikum salam," Jawabnya jutek.

 

"Ada yang bisa Mila bantu Bu?"

 

"Ah nggak ada, kebetulan lewat aja, jadi mampir."

 

"Oh gitu, mau masuk kedalem Bu?"

 

"Nggak usah, disini aja dan cuma sebentar kok, ngomong-ngomong sudah ada team pengajar baru yah?"

 

"Iya Bu, ada beberapa posisi yang kemarin kita buka lowongan, untuk team pengajar dan pembantu umum, sama supir."

 

"Banyak juga,"

 

"Memang kebutuhannya juga sih Bu."

 

"Iya sih, semakin banyak orang susah juga yah?" Ucap Mama Fida yang agak ketus.

 

"Heeem…nggak juga sih Bu, karena memang disini kan sistemnya subsidi, si yang mampu bantu yang kurang mampu." Jelas Mila.

 

"Anak saya sering kesini?"

 

"Sering sih nggak yah Bu, tapi untuk beberapa hari ini intens juga, dan baru saja Pak Hilal pergi,"

 

"Oh tadi dia kesini?"

 

"Iya, beberapa menit lalu."

 

"Eh, denger-denger ada guru Tahfidz yang pemulung juga yah?"

 

"Hah?! Pemulung Bu?!"

 

"Iya pemulung, masa kamu nggak tahu sih."

 

"Memang nggak tahu Bu, dan ini aja baru tahu dari Ibu."

 

"Katanya siih guru baru."

 

"Kalo tim pengajar yang baru memang belum aktif, baru besok sepertinya Bu."

 

"Iyah, salah satu dari mereka itu pemulung yang saya denger sih."

 

"Kalo itu, Mila kurang paham Bu."

 

"Yasudah, jangan bilang Hilal kalo saya kesini yah?"

 

"Iiii…iya Bu."

 

Mila agak sedikit keberatan jika disuruh berbohong, kalau pun Hilal bertanya barulah ia jawab, dan lagi juga Mila jarang komunikasi dengan Hilal, jika ada keperluan terkait Rumah Tahfidz dan Yatim saja.

 

Jarak antara rumah Tahfidz dengan butik Vika tidaklah jauh, Mamah Fida pun mampir ke butik milik 'calon menantu-nya' terlihat Vika sedang sibuk menata pakaian di butik-nya. Mamah Fida datang mengejutakan Vika.

 

"Eh Tante, kok nggak telepon dulu kalau mau maen kesini?"

 

"Mau ke Bank aja, sekalian lewat dan tadi juga Tante mampir ke Rumah Yatim-nya Hilal,"

 

"Loh kok tumben? Ada acara apa disana?"

 

"Nggak ada acara, cuma mastiin aja, denger cerita Hilal, kalo perempuan si pemulung katanya sih salah satu pengajar yang baru mau masuk."

 

"Teruus…terus….Tante ketemu?"

 

"Belum aktif ngajar."

 

"Kemaren aja Vika liat segitu deketnya, apa lagi nanti kalo setiap hari ketemu tante!"

 

"Udaaah kamu tenang aja, biar Tante yang urus, lagi juga masa iya Hilal serius sama perempuan yang Cuma pemulung, jauh banget sama kamu lah Vik."

 

"Yah Vika sih ngejaga aja, sekarang kan orang jatuh cinta nggak liat umur, status, apa lagi materi Tante, siapa sih yang nggak suka sama Hilal, pengusaha muda juga, ganteng."

 

Mamah Fida mulai kemakan omongan Vika yang terus menceritakan ke-khawatirannya.

 

"Vika bisa aja sih ninggalin Hilal dan cari yang laen, tapi Vika males aja untuk mulai yang baru, apa lagi Vika sudah kenal banget Om dan Tante, Umi sama Abah juga ngarep banget Vika nikah sama Hilal, itu yang cukup berat bagi Vika untuk ninggalin Hilal, karena maunya Abah dan Umi."

 

Begitu lembut cara permainan dan arah pembicaraan Vika, seolah-olah ia tidak butuh dengan pria seperti Hilal.

____________ Hey Readers yang baik :________

Jangan lupa yah, ikuti terus cerita kisah Halal, dan terima kasih untuk support-nya untuk kami tetap berkarya dan melanjutkan kisah Hilal dan Halal.

Semoga lekas di angkat ke layar lebar yah...pasti setiap karya ada rezekinya, bukan?

 

1
larasatiayu
mampir dong pls ke sholeh tanpa jilbab
Kim
iyalah,,,,karena Madrasah pertama seorang anak adalah Ibu,,,,jadi kita wajib menuntut ilmu
Kim
karena kesehatan adalah nikmat yg tiada tara
Kim
semakin banyak saingan pak Hilal
Kim
ayo ak Hilal,jangan sampai kalah start,,,keburu Halal di halalin orang nih🤭🤭🤭
Kim
jangan memaksakan kehendak bu,mungkin anda yg melahirkan,tapi Hilal juga punya pilihan sendiri,selama itu baik anda jadi orang tua wajib mendukung dan mendo'akan
Kim
bagus,,,,,jangan hiraukan ortu nya pak Hilal,,,,
Kim
gagal ungkapin perasaan deh,,,sabar dulu pak Hilal
Kim
nggk gitu juga bu konsep nya jadi orang tua
Kim
punya hak apa anda menghina mereka,,,,
Kim
apkah cerita ini terinspirasi dari kisah nyata kaka Author?🤔🤔🤔
Kim: wowwww,,,,salut buat adik kaka
i.g : emhaalbana: Kisah adik saya bernama Azizahtudzahra
total 2 replies
Supatmiah Winda
usaha travel umroh tapi ko kejar" cowok y
i.g : emhaalbana: Abinya kak, kalo Vika Butik
total 1 replies
Kim
ada yg lagi misi cari jodoh🤭🤭🤭
Kim
semoga saja bertemu,,,,

kalo kita pandai bersyukur,apapun yg Alloh kasih,akan terasa nikmat
Kim
kalian benar" 👍👍👍👍
kefakiran tidak menjadikan kalian kufur nikmat
Kim
bakalan ada kisah cinta yg rumit & menguras air mata
Kim
semoga Halal & Hilal
Rizk & iskandar🥰🥰
Kim
gerutuan papa Amrul mewakili suami" yg ada di dunia nyata
Kim
setuju sama Papah
Kim
pal Hilal gercep amat,semoga berjodoh sama Halal y pak🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!