Harem : Menyamar Di Sekolah Khusus Perempuan

Angga kembali tak kuasa menahan diri. Dia menarik Luna untuk berdiri. Cewek itu lagi-lagi tampak menyeringai.

Seringai Luna memang agak menakutkan. Namun betapa cantiknya paras cewek tersebut menaklukan segalanya. Hingga membuat Angga terbakar gairah.

Angga meraup bibir Luna dengan ganas. Pergulatan lidah yang panas terjadi. Luna sendiri tak menolak ciuman Angga. Cewek itu dengan cepat melepas wig yang dipakai Angga. Perlahan keduanya berpindah ke atas ranjang. Mereka menghentikan ciuman sejenak dan segera melepas seluruh pakaian masing-masing.

Dalam sekejap keadaan tubuh Angga dan Luna tidak tertutupi oleh sehelai benang pun. Mata Luna tampak merem melek saat merasakan lidah dan bibir Angga menyentuh permukaan kulitnya. Dia bahkan mulai melenguh pelan.

Angga mengecup sekitar leher serta dada Luna. Namun tanpa diduga, Luna justru menekan kepalanya dengan kuat.

"Hisap lebih kuat!" suruh Luna.

Angga menurut saja. Dia hisap dan lumat permukaan kulit Luna lebih kuat. Angga bahkan melakukannya di beberapa titik berbeda. Alhasil terciptalah cap merah yang banyak di kulit putih Luna.

Tiba-tiba Luna mengambil salah satu tangan Angga dan meletakkannya ke aset pribadinya. Di sana Luna mengarahkan jari-jemari Angga untuk bergerak.

Tuntunan Luna membuat Angga tenggelam di dalamnya. Dia melakukannya dengan liar sampai membuat dessahan Luna semakin keras.

Merasa semuanya sudah cukup, Angga berhenti. Matanya membulat sempurna. Dia cukup kaget dengan ulahnya sendiri. Dirinya melihat ada banyak tanda merah di tubuh Luna.

"Astaga! Kau tidak sakit kan?" tanya Angga.

"Tentu saja tidak," jawab Luna yang lagi-lagi menyeringai. Tanpa diduga, dia mendorong Angga sampai telentang. Posisi mereka sekarang telah bertukar tempat. Kini Luna yang memberikan kecupan liarnya ke permukaan kulit Angga.

Keadaan tubuh Angga otomatis juga dipenuhi oleh tanda merah seperti Luna. Selanjutnya, penyatuan mereka lakukan. Ranjang bahkan dibuat berderit oleh kelakuan sepasang anak muda tersebut.

Dibanding dengan Samantha, Angga lebih menikmati bermain dengan Luna. Dia dan Luna bahkan melakukannya dengan bermacam-macam gaya.

Badan Angga dan Luna terlihat bermandikan keringat. Kulit mereka jadi dibuat tampak mengkilap karena itu.

Angga terus memompa tubuh Luna yang ada di bawah badannya.

Di sisi lain, Elita baru pulang sekolah. Kebetulan sekolahnya hari itu pulang cepat karena ada kegiatan rapat guru.

Elita terus melihat ponselnya. Jujur saja, sejak kemarin dia mengirim pesan pada Angga. Namun tidak ada satu pun pesan yang di balas cowok itu. Elita sendiri tak bisa menelepon Angga karena cowok tersebut memintanya begitu.

"Sebenarnya apa yang dia lakukan?" Elita jadi penasaran. Ia lantas mencoba menelepon Angga. Elita terpaksa melakukannya karena Angga tak kunjung bisa dihubungi.

Sayangnya, Elita lagi-lagi tak mendapat jawaban. Angga sebenarnya telah mengatur notifikasi di ponselnya saat sudah melakukan penyamaran. Dia hanya memberikan mode getar jika ada sebuah panggilan masuk.

Karena Angga sedang sibuk bergulat di ranjang, jelas dia tidak tahu mengenai panggilan Elita.

Elita mendengus kasar. Dia jadi teringat dengan teman dekat Angga yang bernama Aries. Kebetulan Elita mengenalnya karena lelaki tersebut memiliki cafe kecil.

Beranjaklah Elita ke cafe Aries. Setibanya di sana dia langsung bisa melihat Aries yang terlihat santai bermain ponsel.

"Hei!" sapa Elita.

Aries lantas menatap Elita. Pupil matanya membesar melihat sosok gadis itu.

"Kau..." tanggap Aries sembari menyurai rambutnya. Dia memang selalu begitu saat berada di depan cewek cantik. "Kenapa datang ke sini? Mau beli minuman?" tanyanya.

"Kau teman dekatnya Angga kan?" tukas Elita.

"I-iya. Kenapa?" sahut Aries.

"Beritahu aku dimana dia sekarang!" pinta Elita.