Dihianati, di Fitnah dan diperlakukan curang oleh orang-orang yang disayangin dan dipercaya membuat kematian Azzura tidak terima dan bersumpah bahwa dendamnya akan terus menghantui mereka yang menyakitinya.
Azzura dihukum mati karena difitnah telah berzina dengan pamannya yang seorang jendral. yang mana sanga Paman juga dihukum mati.
Saat itu Azzura mengucapkan sumpahnya dihadapan para penghianat dengan tatapan mata tajam penuh dendam.
Setelah sadar ternyata dia kembali dikehidupan saat umurnya berusia 15 tahun. Disaat sang Ayahnya akan diangkat menjadi Raja.
Dan dari sinilah balas dendamnya dimulai.
Bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikuti cerita Azzura...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon young bee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
slSetelah melihat kondisi Lily dan memberinya dukungan layaknya seorang Ayah. Tuan Carian kembali keruang kerjanya dan duduk terdiam. Tidak lama dia memanggil penasehatnya.
“Tanaman apa yang menyebabkan Lily terluka separah itu dan bagaimana dia bisa terluka?” Tanya Tuan Cariann kepada penasehatnya Tuan Guinan.
“Nona Lily terkena Bunga sejenis Lily terompet Tuan, Bunga ini cukup langka dan sulit didapatkan Tuan. Bunga ini juga memiliki duri dikelopaknya.” Jelas Tuan Guinan.
“Bagaimana bisa tanaman ini ada kediaman ku?” Tanya Tuan Cariann kesal.
“Tanaman ini dulu dirawat oleh mendiang ibunda Ratu, dan hanya ada di kediaman Ratu saja serta hanya ada satu-satunya. Hamba tidak tahu bagaimana tanaman ini bisa tumbuh banyak ditaman Mansion Tuan.”
“Selidiki dengan benar, dan musnahkan tanaman ini sebelum mencelakai orang lain lagi.” Perintah Tuan Cariann.
“Baik.”
“Bagaimana kejadiannya?” Tanya Tuan Cariann lagi.
“Hamba sudah bertanya dengan beberapa pelayan. Nona Lily mengajak Putri Azzura berjalan-jalan ketaman. Namun tanpa sengaja saat Putri Azzura memegang tanaman itu Nona Lily berbalik dan menggores lengannya Tuan.”
Tuan Cariann hanya mengangguk-anguuk saja mendengar penjelasan Tuan Guinan.
“Yasudah jika begitu. Kau bisa pergi.” Ucapnya.
Tidak lama Nyonya Elena datang dan menyapa Suaminya.
“Suami ku, aku membawakan teh untuk mu.” Nyonya Elena menghampiri meja Tuan Cariann dan mengambil secangkir teh dari nampan yang dibawakan pelayan.
Tuan Cariann menyambutnya dengan senyuman.
“terima kasih. Untuk apa kau repot-repot lebih baik beristirahat saja.” Ucap Tuan Cariann dengan lembut.
Nyonya Elena tersenyum manis dan menyuruh pelayannya pergi meninggalkan mereka berdua diruangan itu. Dia duduk dikursi berhadapan dengan Tuan Cariann.
“Aku dengar Lily terluka karena tanaman yang ada di rumah kita? Dan itu berhubungan dengan Azzura?” tanya Nyonya Elena khawatir.
Tuan Cariann menyesap teh dan menikmatinya.
“Benar, dia terluka karena ceroboh. Kau jangan ambil pusing dan biarkan Dokter yang mencari Obatnya.” Tuan Cariann tersenyum.
Nyonya Elena tidak khawatir dengan Lily. Justru dia khawatir dengan Azzura, dia tidak mau anaknya dipersalahkan dan akan menghambatnya ketika menjadi Putri Mahkota nanti.
“Aku tahu, kau juga jangan bekerja terlalu keras. Sebentar lagi hari penobatanmu jadi kau harus sehat dan lebih segar.” Ucap tulus Nyonya Elena.
“Aku mengerti.” Tuan Cariann tersenyum.
“Aku akan kembali kekamar.” Nyonya Elena berjalan meninggakan Ruangan Tuan Cariann.
Saat diluar pintu Nyonya Elena langsung berinisiatif kekamar Azzura dan menanyakan apa yang terjadi dengan Lily.
Azzura saat ini merasa sangat Lelah, perbandingan tubuhnya dulu saat dia sudah mulai berlatih beladiri dan perang sungguh berbeda dengan tubuhnya saat ini. Di umurnya saat ini memang tubuh Azzura lebih lemah, dan seperti tidak mempunyai tenaga sama sekali. Namun karena tiba-tiba dia kembali dari masa depan ini membuat tubuhnya sulit untuk merasa normal.
Saat ingin merebahkan badan pintu kamarnya terbuka dan sang Ibu masuk menghampirinya.
“Apa kau baik-baik saja Azzura? Kau terlihat pucat sayang.” Tanya sang Ibunda.
“ibu.." ucap Azzura bingung.
"ada apa bu? " tanya Azzura lagi dan menyambut Sang Ibu dari ranjangnya.
"apa kau baik-baik saja?" Saat ini wajah Azzura terlihat sangat pucat. membuat Nyonya Elena khawatir dengannya.
"Aku hanya merasa Lelah bu, sepertinya aku butuh istirahat sebentar.” Jawab Azzura dengan tersenyum kepada sang Ibu.
“Ah, jika seperti itu istirahat lah,” Sang Ibu hendak langsung pergi namun langsung dihentikan Azzura.
“Hal apa yang membuat ibu kemari?” Azzura paham pasti ibunya ingin membahas mengenai Lily.
Dulu Dia selalu diperingatkan untuk jangan pernah mencari masalah pada para selir dan putri-putrinya, karena sang Ayah tidak menyukai keributan apapun didalam rumah.
Nyonya Elena berbalik dan tersenyum, dia langsung duduk ditepi ranjang Azzura.
“Apa yang terjadi pada Lily?” Sebenarnya Ibu Azzura sedikit merasa Dia berbeda sejak tadi pagi.
Azzura menjadi lebih tenang dan tenaganya saat menangkap Nyonya Elena yang akan terjatuh tadi sungguh bukan tenaga Azzura. Dia tahu putrinya ini untuk menarik meja saja tidak ada tenaga. Tapi bisa mengapa bisa menahan tubuhnya yang lebih besar, itu sungguh aneh.
“Apa ibu mencurigai ku?” Selidik Azzura.
“Kau bicara apa? Mana mungkin aku mencurigai Putri ku sendiri?” kesal Nyonya Elena.
Azzura tersenyum, ya inilah sang ibu. Dihadapan orang lain dia menjadi lebih tegas kepadanya. Namun saat berdua seperti saat ini dia sangat memanjakannya.
“Lily yang mengajak ku ketaman tadi pagi bu, saat berjalan-jalan kami sama-sama tertarik dengan salah satu bunga. Namun saat aku memetiksalah satu untuk ku pajang dikamar dia langsung berbaik kearah ku. Aku juga tidak tahu jika tanaman itu beracun. Jika mengetahuinya aku juga tidak akan memetiknya.” Ucap Azzura dengan wajah sedikit menyesal.
Nyonya Elena yang mendengar penjelasan Azzura langsung memahaminya.
“Seperti itu rupanya. Baiklah jangan kau pikirkan lagi dan beristirahat lah.” Nyonya Elena segera pergi dari kamar Azzura dan menuju kamar Lily.
Setelah kepergian sang Ibu, Azzura memilih langsung merebahkan badannya untuk beristirahat.
Nyonya Elena yang telah sampai dikamar Lily, melihat sang Dokter yang ada disana karena tidak diperkenankan untuk pergi sama sekali oleh Selir Ines dan para pelayan dibuat sibuk oleh berbagai macam perminataan Lily karena sakit yang dia rasakan.
“Bagaimana keadaannya Dokter?” Tanya Nyonya Elena dan Dokter itu langsung berdiri.
“Belum ada perubahan yang signifikan Nyonya. Racunnya sulit untuk diredakan.” Jelas Sang Dokter.
“Apakah lukanya parah?” Nyonya Elena sedikit khawatir.
“Sebenarnya hanya luka kecil namun…” Belum selesai sang Dokter berkata Selir Inez langsung menghampiri Nyonya Elena.
“Nyonya, ini semua salah Azzura. Dia yang melukai Lily.” Dengan marah dia berkata dan diwajahnya masih ada sisi air mata.
“Selir Inez jaga ucapan mu, Azzura tidak sengaja melakukannya. Ini karena kecerobohan anak mu sendiri.” Nyonya elena menjawab dengan nada halus namun tegas.
“Heh, tidak sengaja. Jelas-jelas dia sengaja melakukannya.” Dengan melipat kedua tangan didada Selir Inez berkata.
Nyonya Elena masih menahan emosinya. “Apakah kau memiliki bukti jika Azzura bersalah?”
Selir Inez mendengar itu langsung terdiam, tidak bisa menjawab apa-apa. Lily yang melihat ibunya tersudut langsung merintih.
“Ibuu…” dengan menangis dia memanggil Ibunya.
“Iya sayang,” Selir Inez kembali memeluki Putrinya itu.
Nyonya Elena hanya menghela nafas lembut.
“Semuanya keluar, Lily sudah diobati biarkan dia beristirahat. Sisakan dua pelayan untuk membantunya.” Perintah Nyonya Elena.
“Aku tidak memperbolehkan Dokter pergi.” Teriak Selir Inez.
Nyonya Elena mendengarnya menjadi sudah tidak bisa menahan emosi.
“Jika ingin putri mu sembuh biarkan Dokter mencari obatnya. Jika tidak maka biarkan Lily merasakan sakit itu terus menerus.” Ucapnya dengan nada tinggi.
Selir Inez dan Lily yang mendengar ucapan Nyonya Elena hanya diam dan tidak bisa berkata-kata lagi.
Akhirnya mereka semua keluar dari kamar Lily dan menyisakan dua pelayan untuk membantu membersihkan semua sisa-sisa peralatan pengobatan tadi.
Selir Inez yang melihat sudah tidak ada orang dan dua pelayan tadi sedang sibuk dia langsung berbisik pada putrinya.
“Apa yang terjadi sebenarnya? ” Tanya Selir Inez dengan menatap Putrinya.