NovelToon NovelToon
Menjadi Guru Di Dunia Lain

Menjadi Guru Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Akademi Sihir / Penyeberangan Dunia Lain / Elf
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ned_Kelly

Arthur seorang guru honorer di sekolah negeri yang memiliki gaji pas-pasan dengan jam mengajar yang tidak karuan banyaknya mengalami kecelakaan pada saat ia hendak pulang ke indekosnya. Saat mengira kehidupannya yang menyedihkan berakhir menyedihkan pula, ternyata ia hidup kembali di sebuah dunia yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Tetapi uniknya, Arthur kembali menjadi seorang guru di dunia ini, dan Arthur berasa sangat bersemangat untuk merubah takdirnya di dunia sekarang ini agar berbeda dari dunia yang sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26: Memanggil Familiar

Hari ini ada yang aneh. Setelah jam istirahat berakhir, murid-muridku kembali ke kelas dengan wajah yang lesu dan masam. Tidak ada semangat yang biasanya memancar dari mereka. Bahkan saat aku mencoba menerangkan pelajaran sejarah dunia yang seharusnya menarik, suasana kelas tetap terasa muram dan sunyi. Charlotte yang biasanya paling aktif menjawab, hanya duduk diam sambil menopang dagu, matanya tampak menerawang entah ke mana.

Johan yang biasanya penuh energi, kali ini terlihat sibuk mencoret-coret buku catatannya tanpa memperhatikan apa yang aku katakan. Elyrde menundukkan kepala, menyibukkan diri dengan memutar-mutar anak panah kecil di jarinya, sementara Masamune hanya menatap ke luar jendela, seakan ada sesuatu yang lebih menarik di sana daripada penjelasanku. Celestine, yang biasanya paling antusias, terlihat beberapa kali menghela napas sambil memainkan pena di tangannya. Sesekali dia memutar-mutar pena itu di antara jari-jarinya, tatapannya kosong dan penuh kebosanan.

Aku mencoba menarik perhatian mereka. “Jadi, seperti yang kita bahas, Perang Lima Kerajaan terjadi karena perebutan sumber daya sihir yang langka...”

Namun, reaksi mereka sangat datar. Hanya tatapan kosong dan desahan pelan yang kudapat. Tidak ada pertanyaan, tidak ada diskusi seru seperti biasanya. Bahkan, tidak ada sedikit pun semangat kompetitif yang biasanya memicu mereka untuk berlomba-lomba menjadi yang terbaik.

Merasa ada yang tidak beres, aku menghentikan penjelasan sejenak dan melihat mereka satu per satu. “Ada apa hari ini? Kalian semua terlihat tidak seperti biasanya,” tanyaku sambil menatap murid-muridku dengan cemas. “Apakah ada sesuatu yang terjadi saat istirahat?”

Charlotte mengangkat bahu sambil menghela napas panjang. “Tidak ada, Guru. Hanya saja… ya, mungkin kami hanya lelah,” jawabnya singkat, tapi nada suaranya terdengar aneh, seolah ada sesuatu yang lebih dari sekadar kelelahan biasa.

Johan, yang duduk di samping Charlotte, hanya mengangguk setuju tanpa berkata apa-apa, sementara Elyrde tetap diam, matanya tak lepas dari anak panahnya. Celestine mengangkat pandangannya perlahan, lalu menggeleng pelan, mencoba tersenyum tapi tampak dipaksakan.

Aku tahu ada sesuatu yang mengganggu mereka, tapi sepertinya tidak ada yang ingin membicarakannya secara langsung. "Kalau kalian tidak keberatan, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kita bisa istirahat sebentar kalau kalian butuh waktu untuk menenangkan diri," kataku, mencoba membuka ruang agar mereka mau bercerita.

Masamune akhirnya bersuara, meski masih dengan nada yang malas. “Mungkin… mungkin kami hanya jenuh, Guru. Atau mungkin… kami merasa ada yang tidak adil.” Dia tidak menjelaskan lebih lanjut, tapi dari raut wajahnya, ada perasaan kesal yang terpendam.

Aku terdiam, mencoba memahami situasi ini. Ini jelas bukan sekadar masalah pelajaran yang membosankan. Ada sesuatu yang mengganggu mereka semua, sesuatu yang membuat kelas yang biasanya penuh semangat ini menjadi begitu lesu.

“Kalau memang ada sesuatu yang ingin kalian bicarakan, kalian tahu aku selalu ada di sini untuk mendengarkan,” kataku dengan nada yang lebih lembut. “Tapi, kita tidak perlu terburu-buru. Kalian boleh bicara kapan saja kalian siap.”

Aku menunggu beberapa saat, berharap ada yang mau angkat bicara. Kelas kembali hening, hanya terdengar suara samar dari luar jendela. Kulihat Charlotte menghela napas panjang, tampak bimbang sebelum akhirnya memutuskan untuk angkat suara.

“Guru…” Charlotte akhirnya berbicara, suaranya terdengar sedikit ragu, tapi ada ketegasan yang tidak biasa. “Sebenarnya, kami merasa ada yang kurang. Ini bukan soal lelah atau jenuh dengan pelajaran. Kami… ingin sesuatu yang lebih.”

Aku mengangguk perlahan, memberikan isyarat agar dia melanjutkan. “Lalu, apa yang kalian inginkan? Katakan saja, aku di sini untuk membantu.”

Charlotte menatap teman-temannya sejenak, seolah meminta persetujuan. Mereka semua memberi anggukan kecil, mendukung Charlotte untuk melanjutkan. “Kami ingin… memiliki familiar, seperti murid-murid lainnya di akademi,” Charlotte akhirnya berkata, nadanya mencampur antara keinginan kuat dan sedikit keraguan. “Familiar bukan hanya teman bertarung, tapi juga simbol kekuatan dan pengakuan di akademi.”

Aku terdiam sesaat, mencerna permintaan itu. Familiar—makhluk sihir yang terikat dengan seorang penyihir, menjadi pendamping setia dalam pertarungan dan latihan. Memiliki familiar memang sering kali menjadi simbol pencapaian besar bagi murid-murid akademi, bahkan menjadi tanda kedewasaan dalam sihir.

“Jadi itu yang mengganggu kalian selama ini?” tanyaku sambil menatap mereka satu per satu. Charlotte mengangguk pelan, diikuti Johan, Elyrde, Masamune, dan bahkan Celestine. Wajah mereka penuh harap dan sedikit cemas.

“Kami sudah berusaha keras, Guru,” tambah Johan dengan nada yang lebih tegas. “Kami berlatih siang dan malam, tapi rasanya masih ada yang kurang kalau kami tidak punya familiar. Kami ingin buktikan kalau kami layak, sama seperti murid-murid lain.”

Elyrde akhirnya angkat bicara, suaranya tenang tapi penuh keyakinan. “Kami ingin sesuatu yang bisa melengkapi kami. Bukan hanya sebagai murid, tapi sebagai petarung yang layak diakui.”

Aku mengangguk, memahami perasaan mereka. Memang, para murid di akademi, terutama mereka yang berasal dari keluarga bangsawan, biasanya sudah memiliki familiar sebagai tanda prestise. Sedangkan murid-muridku, meskipun berbakat, belum memiliki kesempatan yang sama.

“Aku mengerti,” kataku akhirnya, dengan nada penuh pengertian. “Mendapatkan familiar bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Jika kalian memang siap dan serius, kita bisa mencari cara untuk mewujudkannya.”

Charlotte tersenyum tipis, wajahnya mulai cerah kembali. “Benarkah, Guru? Apa kami bisa mendapatkan familiar juga?”

“Tentu saja. Ini akan menjadi tantangan baru, tapi aku yakin kalian bisa. Kita akan cari tahu bersama bagaimana caranya. Ini bukan hanya tentang kekuatan, tapi tentang ikatan dan keberanian. Jika kalian siap menghadapi itu, aku akan mendukung sepenuhnya.”

Para murid saling pandang, dan perlahan semangat mereka kembali. Rasa suram di wajah mereka mulai sirna, digantikan oleh antusiasme baru. Mungkin pelajaran sejarah hari ini tidak berjalan sesuai rencana, tapi setidaknya aku telah memahami keinginan tersembunyi mereka.

Setelah mendengar keinginan mereka, aku tersenyum sambil mengangguk. “Baiklah, kalau begitu, kita perlu mencari familiar yang cocok. Mungkin kita bisa mulai dari… dungeon tempat kita berlatih kemarin. Siapa tahu ada monster yang berminat jadi familiar kalian.”

Reaksi murid-muridku langsung serentak. Charlotte menatapku dengan mata terbelalak, wajahnya tampak tak percaya. “Guru, itu bukan mencari familiar, itu cari masalah!” protesnya.

Johan sudah berusaha menahan tawa, sementara Elyrde memutar matanya, seolah tak percaya dengan usulanku. “Bagaimana kalau troll yang kita kalahkan kemarin? Badannya besar, kuat, bisa jadi tameng berjalan!” lanjutku dengan nada serius yang dibuat-buat.

“Guru, serius, itu malah bikin repot,” Elyrde berkomentar, kali ini sambil tersenyum tipis. “Kami mau familiar, bukan penjaga raksasa yang kerjanya cuma makan.”

“Benar, kalau punya familiar yang lebih banyak makan daripada bertarung, bisa-bisa kita jadi pelayan mereka,” sambung Masamune dengan ekspresi setengah geli.

Celestine, yang sedari tadi diam, tiba-tiba mengangkat tangan dan meniru gerakan troll yang kikuk, seolah-olah dia jadi familiar raksasa itu. Melihat tingkahnya, semua langsung tertawa. Bahkan senyum malu-malu Celestine semakin membuat suasana jadi riang.

Aku akhirnya mengangkat tangan, menyerah pada protes mereka. “Oke, oke, aku cuma bercanda. Tapi lihat kan? Kita tidak bisa asal pilih monster dari dungeon. Harus benar-benar pas dan bermanfaat.”

Suasana kelas yang tadinya muram kini berubah ceria. Tawa dan canda kecil tadi berhasil mengembalikan semangat mereka, membuat mereka sadar bahwa perjalanan mencari familiar bisa jadi tantangan seru yang juga penuh kesenangan.

Mengetahui betapa pentingnya memiliki familiar bagi murid-muridku, aku sebenarnya sudah memprediksi hal ini akan terjadi. Dengan memanfaatkan kekuatan Perpustakaan Dunia, aku sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Beberapa hari terakhir, aku menghabiskan waktu membaca buku-buku sihir pemanggilan dari berbagai era, mencari cara terbaik agar murid-muridku bisa mendapatkan familiar yang cocok dengan kemampuan mereka.

“Tenang saja,” kataku sambil tersenyum, menatap mereka satu per satu. “Aku sebenarnya sudah memikirkan soal ini sejak lama. Sebelum kalian mengungkapkannya, aku sudah mencari beberapa metode pemanggilan familiar yang mungkin bisa kita coba. Ada banyak cara, dan kita akan menemukan yang paling sesuai dengan kalian.”

Murid-muridku langsung terdiam, mata mereka memandangku dengan penuh harap dan rasa ingin tahu. Charlotte tampak paling antusias, duduk lebih tegak dari sebelumnya. “Jadi, Guru sudah tahu kami ingin punya familiar?” tanyanya, terdengar terkejut sekaligus kagum.

Aku mengangguk santai. “Tentu saja. Kalian pikir aku tidak memperhatikan betapa kalian iri melihat murid-murid lain dengan familiar mereka? Aku mengerti perasaan kalian, dan aku yakin kalian semua layak mendapatkannya.”

Johan berseru penuh semangat, “Lalu, apa kita akan mulai sekarang, Guru?”

Aku tersenyum kecil, merasa puas karena persiapan ini tidak sia-sia. “Kita akan memulainya segera. Tapi ingat, prosesnya tidak semudah membalik telapak tangan. Kalian perlu melewati ujian dan pembuktian diri, karena familiar hanya akan datang pada mereka yang siap menjalin ikatan sejati. Namun, aku yakin kalian semua akan berhasil.”

Mata murid-muridku langsung berbinar. Keinginan mereka yang semula hanya angan-angan, kini terlihat nyata di depan mata. Mereka tersenyum, penuh semangat dan harapan baru, siap menghadapi tantangan apa pun untuk mendapatkan familiar mereka.

Melihat antusiasme murid-muridku, aku menyadari bahwa metode konvensional dalam pemanggilan familiar mungkin terlalu rumit dan memakan waktu. Sebagai guru, aku tidak ingin mereka terjebak dalam proses yang berlarut-larut. Untungnya, dengan pengetahuanku dari Perpustakaan Dunia, aku tahu ada cara yang jauh lebih efektif dan efisien.

Aku melangkah ke depan kelas dan menggulung lengan bajuku. “Kita akan melakukan sesuatu yang berbeda. Kalian tahu, cara konvensional memang bagus, tapi tidak selalu efektif, terutama bagi pemula. Ada banyak variabel yang bisa mengganggu prosesnya—mantra yang terlalu panjang, konsentrasi yang bisa terganggu, dan sebagainya. Namun, ada cara lain yang bisa mempercepat proses ini tanpa mengurangi kekuatan pemanggilan.”

Murid-muridku memperhatikan dengan penuh rasa ingin tahu, terutama Charlotte yang sudah mencatat sejak awal pelajaran dimulai.

“Sihir pemanggilan yang biasa itu sebenarnya adalah versi yang sudah disederhanakan agar bisa dipelajari banyak orang, tapi ada banyak langkah yang bisa dioptimalkan.” Aku kemudian menggambar lingkaran sihir yang jauh lebih sederhana dan ringkas di papan. “Kalian lihat, lingkaran sihir ini jauh lebih kecil dan simbol-simbolnya tidak sebanyak yang biasa. Ini adalah versi yang sudah disesuaikan dengan karakter mana kalian masing-masing.”

Elyrde mengangkat alisnya, tampak terkejut. “Apa lingkaran sesederhana itu bisa memanggil familiar?”

Aku tersenyum. “Bukan soal seberapa rumit, tapi seberapa tepat kalian memahami alur mana kalian sendiri. Lingkaran ini disesuaikan dengan mana pribadi kalian, jadi lebih efektif untuk memanggil familiar yang sesuai. Lebih singkat, tapi lebih akurat.”

Aku kemudian melangkah ke lingkaran sihir di lantai yang sudah kubuat sebelumnya. Dengan satu gerakan tangan, aku mengalirkan mana ke dalam lingkaran itu dengan presisi, dan sekejap lingkaran itu bersinar terang, memunculkan bayangan familiar yang tampak berkilau, lalu menghilang.

“Dengan cara ini, kalian tidak hanya memanggil familiar dengan lebih cepat, tapi juga memiliki kontrol lebih baik atas prosesnya. Kita menyingkat langkah-langkah yang tidak perlu dan fokus pada koneksi antara penyihir dan familiar.”

Masamune berseru kagum. “Jadi, kita hanya perlu memahami mana kita sendiri lebih dalam, bukan sekadar hafalan mantra?”

“Benar sekali,” jawabku sambil mengangguk. “Inti dari pemanggilan bukan pada ritual panjangnya, tapi pada pemahaman dan pengendalian mana. Lingkaran ini adalah cerminan dari mana kalian, jadi selama kalian bisa menyesuaikannya, prosesnya akan lebih efektif.”

Charlotte tampak sangat tertarik, bahkan tanpa sadar tersenyum. “Guru, ini jauh lebih menarik daripada yang kubayangkan. Apakah kita boleh mencoba sekarang?”

“Tentu saja, itulah tujuan kita di sini,” jawabku sambil tersenyum. “Tapi ingat, ini tentang kalian. Jangan ragu untuk bereksperimen dengan aliran mana kalian sendiri. Familiar yang tepat akan datang kepada mereka yang benar-benar mengerti siapa dirinya.”

Murid-muridku mulai membuat lingkaran sihir yang lebih sederhana sesuai instruksiku. Satu per satu, lingkaran mereka mulai bersinar, dan aku bisa merasakan bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. Dengan cara ini, aku yakin mereka tidak hanya akan mendapatkan familiar yang cocok, tapi juga memahami potensi mereka lebih dalam daripada sebelumnya.

Celestine adalah yang pertama berhasil menyelesaikan lingkaran sihir yang disesuaikan dengan mana-nya sendiri. Saat aliran mana-nya menyatu sempurna dengan lingkaran pemanggilan, cahaya biru kehijauan menyebar ke seluruh ruangan, memancarkan aura yang menenangkan sekaligus penuh kekuatan.

Dari dalam lingkaran sihir itu, muncul sosok yang anggun dan mempesona. Seorang perempuan cantik dengan pakaian tradisional penuh detail yang menawan, tampak seperti dewi dari dunia lain. Tubuhnya berkilau lembut, dihiasi ornamen emas dan biru, sementara kain panjang menjuntai di belakangnya seolah bergerak mengikuti alunan air. Wajahnya tenang dan berwibawa, mencerminkan kecerdasan dan kedamaian yang mendalam.

Familiar ini memperkenalkan dirinya sebagai Sarasvati, sosok dengan empat lengan, masing-masing memegang instrumen berbeda: alat musik, gulungan kitab, teratai, dan kendi berisi air suci. Rambutnya panjang dan mengalir, diikat sebagian dengan perhiasan yang bersinar lembut. Di sekelilingnya melayang aura cahaya, seperti air yang mengalir perlahan, memberikan suasana magis yang menenangkan.

Seluruh kelas terdiam, terpesona melihat kehadiran familiar pertama yang terpanggil. Sarasvati menatap Celestine dengan mata lembut namun penuh kekuatan, seolah mengakui Celestine sebagai penyihir yang telah terhubung dengannya. Meski Celestine tak bisa bicara, ekspresinya jelas menunjukkan kegembiraan yang mendalam, senyumnya mengembang dengan perasaan bangga.

“Sungguh luar biasa,” kataku kagum sambil mengamati familiar yang kini berdiri di samping Celestine. “Sarasvati adalah lambang kebijaksanaan dan ketenangan. Kehadirannya menunjukkan bahwa Celestine telah berhasil memahami dan menyelaraskan dirinya dengan sempurna.”

Charlotte, Johan, dan yang lain memandang Sarasvati dengan takjub. Johan tak bisa menahan diri untuk berkomentar, “Celestine, kau memanggil sesuatu yang luar biasa hebat!”

Elyrde mengangguk setuju, masih terpesona oleh keanggunan Sarasvati. “Dia benar-benar cocok denganmu, Celestine. Kehadiran yang kuat namun menenangkan, persis seperti dirimu.”

Celestine hanya menundukkan kepala sambil tersenyum, rasa bangga dan syukur jelas terpancar dari wajahnya. Sarasvati pun membalas dengan anggukan lembut, menyimbolkan ikatan yang kuat antara keduanya.

Aku tersenyum, menyadari bahwa metode pemanggilan yang kupersiapkan terbukti berhasil, bahkan lebih baik daripada yang kubayangkan. “Ini baru permulaan,” kataku. “Jika Celestine bisa memanggil familiar sekuat Sarasvati, aku yakin kalian semua juga bisa mendapatkan familiar yang cocok. Teruslah percaya pada kemampuan kalian sendiri.”

Dengan kehadiran Sarasvati, semangat murid-muridku kembali menyala. Mereka semua siap untuk memanggil familiar mereka, terinspirasi oleh keberhasilan Celestine. Aku tahu, hari ini akan menjadi langkah besar bagi mereka dalam perjalanan sebagai penyihir.

Keberhasilan Celestine memanggil familiar yang sangat hebat seperti Sarasvati membuat murid-murid ku yang lain menjadi tambah bersemangat dan tidak sabar ingin memanggil familiar mereka, aku menikmati semua itu sambil tersenyum ke arah mereka semua. Aku tidak sabar melihat apa yang akan mereka tunjukkan padaku hari ini.

1
~YUD~
lajrooot!!
Ned: entar dulu ye kasih Ned nafas dulu wkwkwk...
total 1 replies
Ned
Parah nich, dari pagi tadi update eh kelarnya sore
~YUD~
di festival lunaris ini Arthur bakal ikut main apa cuma jadi guru pengawas doang?
Ned: Jadi pengawas doang, tapi....ada tapi nya hehe/CoolGuy/.... tungguin apa yang bakalan terjadi di sana
total 1 replies
~YUD~
nanti Arthur sama Brandon bakal duel gak author?
Ned: Ya tunggu aja tanggal mainnya
total 1 replies
Gamers-exe
kirain masamune date 👍🗿
~YUD~
nanti Charlotte sama Arthur bakal saling cinta gak author?
Ned: Yakin gak ada yang mau sama Celestine nih /CoolGuy/
「Hikotoki」: betul sekali, jadi meski charlotte umur 16 masih available buat dinikahi
total 8 replies
Erwinsyah
mau nabung dulu Thor🤭
Ned: Monggo silakan, jangan lupa vote dan rate bintang 5 nya kakak
total 1 replies
~YUD~
apa tuh yang segera terungkap?
Ned: apa tuh kira-kira hehehe
total 1 replies
R AN L
penasaran sekali reaksi murinya lihat kekuatan asli guru ny
Ned: tar ada kok, tunggu aja tanggal main nya heheh
total 1 replies
Ned
Update diusahakan tiap hari, setidaknya akan ada 1 BAB tiap hari...kalo Ned bisa rajin up mungkin 2-3 BAB...

Minggu Ned libur
R AN L
di tunggu up ny
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
total 4 replies
R AN L
Luar biasa
vashikva
semangatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!