Harem : Menyamar Di Sekolah Khusus Perempuan

"Kakak?" Angga mencoba mengingat lagi. Sampai akhirnya dia teringat dengan kakak kandungnya yang telah pergi. Kakak itu tidak lain adalah Rilly.

Bukannya senang, Angga justru cemberut. Dia terkesan tidak suka dengan kedatangan Rilly.

"Ngapain datang ke sini? Bukankah kita bukan keluarga lagi?!" tukas Angga ketus.

Rilly terisak. Dalam keadaan begitu, dia jadi kesulitan untuk menjelaskan. Alhasil Elang maju dan mencoba membantu Rilly.

"Begini, Rilly sebenarnya sudah lama mencarimu dan adikmu. Dia sekarang sangat senang karena bisa bertemu denganmu lagi," tutur Elang.

"Senang? Aneh sekali. Aku pikir kau, ayah dan ibu sudah bekerjasama menelantarkanku dan Silvia saat itu," tanggap Angga.

"Tidak begitu, Ga. Itu semua memang ulah ayah dan ibu. Tapi aku tidak pernah setuju dengan perbuatan mereka..." jelas Rilly sembari terisak.

"Kalau tidak setuju, kenapa kau tidak pernah kembali untuk mencari kami saat itu, hah?!" timpal Angga.

Elang dan Aries hanya bisa terdiam. Keduanya tentu tidak mengetahui mengenai masalah keluarga Rilly dan Angga. Kedengarannya begitu rumit.

Tepat sepuluh tahun yang lalu, Angga dan Silvia ditelantarkan di sebuah tempat asing. Tempat yang begitu jauh dari rumah. Awalnya sang ibu mengiming-imingi mereka pergi jalan-jalan ke pantai.

Angga dan Silvia memang pergi ke pantai saat itu. Namun tanpa mereka duga, sang ibu menghilang dan meninggalkan mereka di sana.

Kala itu Angga masih berusia 7 tahun. Dia juga tak tahu alamat lengkap rumahnya sendiri. Yang hanya dia ingat adalah nama ibunya saja. Tetapi itu tentu tidak cukup untuk menemukan jalan pulang mereka secara spesifik.

Angga dan Silvia sempat luntang-lantung di jalanan. Mereka juga ditolong oleh beberapa orang yang peduli. Bahkan pihak kepolisian sekali pun.

Selama menunggu bantuan orang, Angga dan Silvia tinggal di rumah salah satu warga dekat pantai. Mereka menunggu sekitar seminggu lamanya.

Ketika polisi telah menemukan informasi lengkap, Angga dan Silvia segera dibawa pergi. Namun setibanya di rumah, mereka malah mendapat kabar bahwa keluarganya telah pindah. Parahnya tidak ada satu pun orang yang tahu mereka pindah kemana.

Alhasil Angga dan Silvia dibawa ke panti asuhan. Keduanya tinggal di sana selama beberapa tahun. Angga memutuskan keluar dari panti asuhan saat merasa dirinya sudah mampu mendapatkan uang.

Begitulah cerita dari sudut pandang Angga. Dengan kejadian itu, dia dan Silvia sangat membenci keluarganya sendiri. Termasuk Rilly.

"Aku akan jelaskan padamu semuanya," ucap Rilly. Dia perlahan memegang salah satu tangan Angga. Jujur saja, bibir wanita itu tampak pucat sekali. Hingga membuat Angga tak kuasa menolak.

Meskipun begitu, Angga buru-buru menarik tangannya dari genggaman Rilly. Dengan wajah yang masih cemberut, dia mempersilahkan Rilly dan Elang masuk ke rumah.

Kini semua orang sudah ada di rumah. Mereka duduk di sofa. Rilly segera angkat suara untuk menceritakan alasan kenapa dirinya tak pernah mencari Angga dan Silvia sejak dahulu.

"Alasanku tak pernah mencari tahu kalian sejak dulu karena aku tak mau kalian mengalami hal buruk yang hampir setiap hari aku alami di rumah," ungkap Rilly.

"Apa maksudmu?" Angga menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Ayah menjadikanku pelampiasan nafsunya. Gara-gara dia keperawananku direnggut. Aku bahkan sempat hamil beberapa kali karenanya. Rumah benar-benar adalah neraka bagiku. Ibu bahkan sama sekali tak mencoba menolongku. Dia justru berada di sisi ayah!" Rilly bercerita sambil berlinang air mata.

Wajah cemberut Angga seketika pudar. Berubah menjadi kesedihan. Dia tahu kedua orang tuanya jahat. Namun tak menyangka mereka akan sebejat itu.