NovelToon NovelToon
Fanatic Obsession

Fanatic Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Wanita Karir / Karir / Dendam Kesumat / Menyembunyikan Identitas / Office Romance
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Janice SN

Stella adalah seorang aktris terkenal, baginya hidup ini terasa mudah saat begitu banyak penggemar yang mencintainya. Tetapi lama-lama salah satu penggemar membuat Stella tak merasa nyaman, dia selalu mengatakan bahwa Stella harus bersikap baik dan mematuhinya, jika tidak, kejadian tak diinginkan akan terjadi.

Lalu Stella mulai mencurigai seseorang, apakah orang itu akan tertangkap? Atau Stella malah terperangkap jauh dalam genggamannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Janice SN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Parasit Itu adalah Pembunuh

Kedua tangan Morgan terkepal kuat, lelaki itu hendak maju mendekati Stella, tapi beberapa orang berbadan kekar menyeretnya dari belakang, Morgan mencoba memberontak, tapi kalah banding, mereka terlalu banyak.

Pintu tertutup oleh salah satu penjaga.

Stella yang sadar akan hal itu langsung mendorong Austin yang sepertinya sedang kesetanan. Stella mundur ke belakang, mencoba mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Austin memang kurang ajar! Bagaimana bisa lelaki itu membuatnya kehabisan nafas? Apa pria itu mencoba membunuhnya untuk balas dendam?

Austin menyilangkan kedua tangannya. Menatap intens pada Stella. "Ciumanmu itu, seperti pemula..."

Stella memandangnya sinis, tak ada waktu untuk berdebat. Perempuan itu bertanya dengan wajah serius. "Bagaimana setelah ini? Morgan sudah mengetahuinya!"

Austin mengangkat bahunya acuh. "Dia tidak akan melakukan apapun. Sekarang, bersiaplah, kita harus berangkat bekerja." Austin mengedipkan matanya di akhir kalimat.

"Aku mau pulang!" seru Stella yang sedikit memerintah, bersamaan dengan Austin membuatnya tak nyaman, apalagi berada di rumah ini membuatnya merasa diawasi.

"Kamu harus tinggal di sini," terang Austin dengan nada memaksa. "Jika kamu pulang, aku akan ikut tinggal di apartemen mu."

Stella menggelengkan kepalanya. Tidak! Itu masalah besar! Bagaimana jika Lea tiba-tiba berkunjung ke apartemennya, lalu dia melihat keberadaan Austin. "Tidak! Tidak boleh!" serunya yang sangat tidak setuju atas permintaan itu. "Yasudah, aku akan tinggal di sini."

Austin mengangguk puas. Kemudian lelaki itu berjalan keluar kamar.

Stella duduk di ranjang, perempuan itu melamun. Apa, dirinya akan merasa terkekang?

***

Seseorang baru saja mengerjapkan matanya beberapa kali, dia baru sadar dari pingsannya. Lelaki itu mencoba melihat sekitar, mencari tahu tentang keberadaan dirinya.

"Di mana ini?" katanya yang keheranan melihat halaman yang begitu asing. Dia mencoba untuk duduk dan bersandar pada dinding. "Ah! Kepalaku sakit, sebenarnya apa yang mereka lakukan?"

Ceklek!

"Morgan?!" seru seseorang yang baru saja membuka pintu, dia terkejut melihat keberadaan Morgan di luar rumahnya. "Sedang apa kau di sini? Kau merindukanku?" tanyanya yang sudah siap untuk memotret Morgan.

Morgan yang sadar akan hal itu langsung berseru. "Apa yang kau lakukan?!" teriaknya yang marah.

Elodie yang baru selesai memotret itu tersenyum senang. "Aku sudah mengirimkan foto ini kepada Merry, dia harus tahu, bahwa pertunangan kita, bukan main-main!"

Morgan memutar matanya malas. "Persetan dengan pertunangan itu, aku tidak akan pernah menikahi mu!" serunya dengan wajah yang merah, tangannya terangkat mengusap keningnya yang pusing, hal itu membuatnya bergumam pelan. "Dan kenapa, para anak buah Austin membuang ku di sini? Aku, lebih suka ditelantarkan di jalan."

"Jangan meracau tidak jelas, bilang saja, kau mabuk, lalu datang kepadaku. Sudah kubilang, tak ada jalan lagi bagimu mencuri hati Stella, dan aku tebak, beberapa hari lagi, Asta akan kembali padanya."

Morgan yang sedang pusing itu makin kesal mendengar penjelasan Elodie. "Apa yang kau bicarakan? Dia tidak akan kembali, karena Stella sudah membuangnya dari hidupnya. Lagi pula, pacarnya itu sedang hamil! Dia itu pria berengsek yang telah berselingkuh dengan sahabat Stella! Asta, benar-benar tidak punya akal!"

Elodie menggelengkan kepalanya. "Siapa tahu, bisa terjadi kan? Takdir selalu mencengangkan, dan aku tidak sabar untuk melihat, apa yang akan terjadi," terangnya yang sangat tertarik, berita Stella sangat menguntungkan posisinya, sebagai CEO Lodie Company, perusahaan berita yang cukup terkenal di kota ini.

***

"Seriously?!"

Bela yang sedang memperhatikan seseorang itu terkejut sendiri, matanya begitu membulat saat melihat kenyataan yang terpampang di matanya, perempuan itu menoleh ke samping. "Mainanmu itu Stella? Kau gila?!" serunya yang meminta penjelasan.

Austin berdecak sebal dengan kedatangan Bela yang tiba-tiba, segera mungkin dirinya menyingkirkan Bela dari hadapan Stella. "Diam lah! Stella bisa mendengarnya."

Bela melihat Stella yang baru saja masuk mobil, perempuan itu menggelengkan kepalanya. Dirinya benar-benar tidak percaya. "Kenapa kau memilih dia untuk menjadi mainan mu, kau tahu siapa dia?"

"Dia, Stella Naomi, aktris yang sedang naik daun, dan aku menyukainya."

Bela menggelengkan kepalanya. "Dia lebih dari itu, dia--"

"Punya masa lalu yang kelam bukan?" tanyanya dengan nada sedikit sombong. Ayolah, dirinya tahu semuanya tentang Stella, semuanya.

Bela melongo dibuatnya. "Kau tahu tentang keluarganya? Masa sekolahnya? Benarkah?!" tanyanya yang tidak percaya, sejujurnya hanya ada beberapa orang saja yang tahu.

"Kau pikir, hanya kalian saja yang tahu?" tanya Austin yang angkuh, dia tidak suka saat seseorang meremehkannya begini.

Bela terlihat frustasi. "Tapi bagaimana bisa?! Aku, Merry dan Morgan yang mengetahuinya tanpa sengaja, dan Morgan malah membocorkannya pada Elodie. Lalu Asta dia ada di sana, dia adalah orang yang paling dekat dengan Stella..."

Austin menggeram kesal. "Jangan menyebut nama itu! Dia orang yang menjengkelkan!"

Bela menggigit ujung kukunya. "Kau sempat mendekati dia bukan? Kau menyuruh Janus? Eh, James? Untuk memintanya datang ke lokasi syuting? Untuk mendukungmu yang memerankan peran utama itu?!" terang Bela yang frustasi sendiri. Dia baru sadar tentang rencana Austin. "Kau, membuat mereka bertemu, untuk melihat bagaimana hubungan mereka?!"

Austin mengangguk, Bela memang selalu tepat sasaran. "James juga dengan patuh membawa pacarnya ke sana, dan drama yang indah pun terputar," terangnya dengan santai. Di otaknya, Austin bisa mengingat pertengkaran Stella dan Asta, itu membuatnya sangat senang.

Kepala Bela rasanya ingin meledak. Perempuan itu bertanya lagi. "Apa, James juga mengetahui tentang Stella?"

"Tidak, dia hanya melakukan apa yang aku suruh."

Bela menggigit bibirnya sendiri. Perempuan itu benar-benar kesal pada Austin yang mempermainkan hidup seseorang. "Saat masa sekolah, Stella memang memiliki pribadi yang buruk, itu karena dia bergaul dengan Asta. Tapi sejujurnya, aku kasihan padanya. Dia, dibuang oleh ibu kandungnya sendiri saat berumur 5 tahun, lalu ibu angkatnya juga sedikit bermasalah, selain menjadi dukun, beliau juga sering mabuk-mabukan.."

Austin menghela nafas, pria itu terlihat tidak tertarik dengan cerita Bela. "Aku sudah mengetahuinya."

Tapi itu membuat Bela semakin tertekan. "Jangan-jangan kau menjadikan Ranu, untuk mengancam Stella, agar dia menurut padamu?!"

Austin menganggukkan kepalanya untuk kesekian kalinya. "Ya aku melakukannya, tidak bisakah kau berhenti bicara?!"

"D-dan, apa kau juga tahu ten--"

"YA AKU MENGETAHUINYA!" bentak Austin yang telah kehilangan kesabaran. "Aku mengetahui tentangnya yang membunuh perdana menteri! Aku sungguh mengetahui cerita hidupnya!"

Bela menutup mulutnya yang terbuka lebar. Walaupun sedari tadi Austin terus menjawab tahu, itu tidak membuatnya percaya. Pertanyaan terbesarnya, bagaimana Austin bisa tahu? Dia bukan teman sekolah Stella, ataupun kenalan.

"B-bagaimana kau bisa mengetahuinya?!" Bela bertanya dengan nada gugup.

Austin berdecak kesal. Bela pandai sekali membuatnya semakin kesal. "Kalian yang selalu menyebutnya parasit, aku pun tahu tentang itu. Dia hanya nakal dan membutuhkan seseorang yang peduli padanya, apa itu salah?"

"T-tapi dia sudah membunuh seseorang!"

Austin mengangkat bahunya acuh. "Aku tidak perduli, dan sekarang seseorang yang kalian anggap parasit itu, sudah mendapatkan inangnya. Jika, kalian mengganggunya lagi. Aku tidak akan diam."

1
Iren Nursathi
lanjut dong penasaran nih thor
Janice SN: Udah kak🤗🤗
total 1 replies
Iren Nursathi
lanjuuuuuuut thor
Janice SN: udah kak🤗
total 1 replies
Selfi Selfi
semangat kk...
lanjutkan



kita saling suport yukヾ(^-^)ノ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!