NovelToon NovelToon
Memeluk Luka

Memeluk Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta setelah menikah / Pengganti / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: fromAraa

terkadang tuhan memberikan sebuah rasa sakit kepada para hambaNya sebagai perantara, agar mereka lebih dekat dengan tuhannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fromAraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jiwa baru

Manusia, adalah salah satu mahluk hidup yang telah diciptakan tuhan dengan wujud yang paling sempurna di muka bumi ini.

Tapi kesempurnaan wujud mereka tak menjamin akan kesempurnaan pula dalam hati serta jiwa yang bernaung di dalam raga itu.

Tentang hati yang terlalu sering berprasangka buruk kepada tuhan mereka...

Tentang rasa yang tak pernah merasakan cukup atas segalanya...

Tentang jiwa yang susah untuk bangkit dari sebuah keterpurukan yang ia ciptakan atas angan-angannya sendiri...

Manusia seakan selalu menutup mata,

Dimana tuhan telah menyehatkan yang sakit,

Mencukupkan yang kurang,

Menguatkan yang rapuh,

Membangkitkan yang jatuh...

Bahkan tuhan sudah memberikan sebuah akal yang sehat untuk para hambanya. Namun tak jarang dari mereka yang selalu menggunakan akal sehat mereka dengan dangkal. 

Mereka hanya meminta yang diinginkan, bukan yang mereka butuhkan...

.........

Serayu memandang lekat sebuah benda berwarna putih biru dengan dua garis merah di depannya. Kedua tangannya bertumpu pada wastafel guna menopang tubuhnya yang sedikit bergetar.

Tidak, ini tidak boleh terjadi...

Ia bingung, antara harus bahagia atau harus sedih. Seakan hatinya menolak mentah-mentah kehadiran sebuah janin yang kini tumbuh di dalam rahimnya.

Ingatannya berputar, kembali mengingat kejadian malam itu. Malam dimana jovandra menyentuh tubuhnya, namun laki-laki itu menyebut nama wanita lain di sana.

Dadanya kembali merasakan nyeri

Meskipun ia telah melapangkan jiwanya untuk jovandra, meskipun ia telah rela mengorbankan bagian hidupnya untuk laki-laki itu. Tapi ia tetaplah seorang manusia yang punya rasa takut akan hidupnya di masa mendatang.

Entahlah, pikirannya terlalu kalut jika harus bergelut akan takdirnya sekarang.

Serayu membasuh wajahnya, berharap akan sedikit menghilangkan sebuah rasa keraguan yang ada di dalam sana.

"Ibu...ibu di dalam???"

Serayu tersadar dari pikiran kalutnya ketika mendengar sebuah suara sang buah hati yang memanggilnya dari luar kamar mandi. Ia membuka pintu itu kala ketukan dari luar tak kunjung berhenti.

"Ibu..."

Gerriando langsung memeluk sang ibu ketika sosok itu telah keluar dari dalam sana. Serayu menyamakan tingginya dengan sang anak.

"Mamas sudah pulang? Di jemput ayah atau om jafran?"

"Sama ayah, tapi ayah langsung pergi lagi ke kantor. Katanya om jafran suruh ayah balik ke kantor cepet-cepet"

Serayu mengangguk, mengajak gerriando untuk cuci tangan dan kakinya, berganti baju, lalu makan dan istirahat.

"Mamas mau makan siang sama apa?"

Sang empu yang ditanya berfikir cukup lama. Sebenarnya gerriando bukanlah anak yang pemilih dalam makanan. Tapi serayu selalu menanyakan tentang kehendak anaknya dalam hal ini, kalau-kalau geri ingin makan sesuatu.

"Emmm...terserah ibu saja. Mamas akan makan semua masakan ibu" ucap anak itu dengan sebuah senyuman manis di sana

Selalu seperti ini.

Serayu membalas senyuman itu, sebenarnya ia sudah tau akan jawaban anaknya. Tapi ia akan terus menanyakan itu jikalau geri bosan dengan makanannya.

Serayu memperagakan gerakan anaknya dalam berfikir yang membuat geri tertawa.

"Emmm...kalau ibu masakin mamas tumis udang dan sayur brokoli mau?"

"Apapun akan mamas makan bu. Tanpa mamas minta pun pasti ibu kasih mamas yang terbaik"

Serayu mencubit gemas pipi gerriando, "ishhh kamu anak siapa sih, kok pintar sekaliii?" Ucapnya dengan ekspresi gemas

"Anak ayah jo dan ibu serayu!!!" Balas geri yang begitu antusias.

Serayu mulai memotong dan meracik bahan-bahan yang akan ia masak. Sedangkan si gembul geri duduk manis di kursi meja makan menunggu ibunya sembari melihat-lihat sebuah buku yang memang sengaja serayu beli untuk anaknya.

"Ibu, ini namanya hewan apa?" Tanya geri kepada sang ibu sambil menunjuk sebuah gambar hewan yang ada di bukunya

"Itu namanya burung elang mas"

"Tapi mamas tidak pernah melihat burung seperti ini?"

"Memangnya mamas pengen lihat?"

"Memang ada? Dimana?"

"Di zoo tentu. Mau berkunjung kesana?"

"Memang boleh bu?"

"Tentu, nanti kita bilang ke ayah sama-sama ya"

Geri mengangguk antusias saat mendengar ucapan ibunya barusan.

"Terimakasih, ibu" ucap geri saat serayu memberikan sepiring nasi dengan lauk pauknya kepada anak itu

"Sama-sama"

Serayu ikut duduk di sebelah geri. Ia membuka ipad miliknya guna mengecek pekerjaan. Selain menjadi seorang dokter psikiater, serayu juga menjadi owner bisnis sebuah masakan padang online/offline yang ia kembangkan dengan sang ibu.

Tak membutuhkan waktu lama bagi geri untuk menghabiskan makanannya, anak itu berjalan ke arah wastafel guna meletakan piring kotor itu dan juga mencuci tangan.

Serayu selalu memberi contoh kepada anaknya agar mau belajar bertanggung jawab kepada diri sendiri, meskipun dimulai dari hal yang paling kecil dan sederhana sekalipun.

Gerriando tak pernah keberatan akan hal itu. Sebenarnya bisa saja jika ia meminta tolong kepada sang ibu untuk meletakkan piring bekas makannya ke tempat cuci piring. Tapi ia tak ingin merepotkan ibunya.

Prinsip serayu, jika bisa dilakukan sendiri, kenapa harus orang lain. Benar-benar melekat dan menurun kepada sang buah hati. Gerriando, anak berusia 5 tahun setengah itu benar-benar tumbuh menjadi anak yang selalu berusaha mandiri.

Sekitar satu jam setelah acara makan siang anaknya, kini serayu mengajak geri untuk tidur siang di kamar. Seperti biasa, serayu selalu membacakan sebuah dongeng dari buku yang ia beli untuk geri.

Tapi saat ia selesai membacakan sebuah dongeng, geri tak kunjung menutup matanya dengan alasan 'mamas belum ingin tidur bu, coba ajak mamas ngobrol atau cerita sebentar'

Serayu terdiam sejenak, bagaimana reaksi geri jika dirinya menceritakan tentang kehamilan kedua ini?

"Mamas?"

"Ya bu?"

"Kalau seandainya mamas punya adik, apa mamas mau menerima kehadiran adik?"

Geri nampak bingung dengan pertanyaan ibunya,

"Adik itu apa bu?"

"Adik itu, anak yang lebih kecil dari mamas. Dia sama seperti mamas, lahir dari rahim ibu"

"Berarti dia juga anak ayah jo dan ibu serayu?"

Serayu mengangguk

"Mau dong, nanti biar mamas punya teman bermain. Kalau harus nunggu ayah pulang kerja kan lama, terus kalau mengajak ibu bermain kasian karna ibu sudah capek bekerja dan mengurus mamas juga ayah"

"Jadi, mamas mau menerima adik kalau adik sudah lahir ke dunia"

"Kenapa tidak, bu?"

Serayu membawa tangan geri untuk mengusap perutnya, "disini, adik ada di dalam sini mas"

"Benar? Tapi kenapa kecil sekali bu?"

Serayu terkekeh, "nanti setiap bulan, adik akan tumbuh jadi lebih besar disini. Nanti kalau perut ibu sudah mulai besar, kita bisa lihat adik sama-sama kalau ke dokter, oke?"

Geri mengangguk antusias, "halo adik, jangan buat ibu sakit ya...mamas janji bakal jagain ibu dan juga adik" ucap anak itu

Serayu memeluk geri, menangis terharu dengan ucapan anaknya itu. Kali ini, ia benar-benar merasa sangat bersyukur atas segala yang telah tuhan berikan kepadanya.

.........

15.00

"Ayah pulang..."

Sepi, tak ada jawaban

Jovandra mengerutkan dahinya. Kemana anak dan juga istrinya? Ia langsung berjalan ke lantai dua, berniat mencari keberadaan anak istrinya di kamar.

Laki-laki itu membuka pintu kamar geri, melihat anak semata wayangnya itu sedang tertidur pulas di atas ranjang. Senyumnya mengembang, menutup kembali pintu itu dengan perlahan agar tak membangunkan geri yang tertidur.

Saat jovandra masuk ke kamarnya sendiri, ia tak mendapati keberadaan sosok istrinya di sana. Hendak memanggil serayu, namun urung saat ia mendengar percikan air dari dalam kamar mandi.

Setelah melepas sepatu dan lain-lain, jovandra menggulung lengan bajunya hingga ke siku. Duduk di tepi ranjang kamarnya, lalu matanya memicing kala ia melihat sebuah kotak yang ada di atas nakas samping kasur.

Kotak yang ukurannya tak begitu besar, bahkan masih bisa ia genggam menggunakan sebelah telapak tangannya. Jovandra mengambil kotak itu, mencoba membukanya.

Ia tak bisa menahan rasa terkejutnya saat melihat isi dari kotak itu. Tangannya terulur mengambil isinya, sedikit bergetar karna jovandra masih tak yakin dengan apa yang ia lihat.

Bertepatan dengan itu, sosok serayu keluar dari kamar mandi. Jovandra menatap istrinya seakan bertanya kebenaran dari isi kotak itu. Serayu mengangguk dengan senyuman yang ia sematkan di sana.

Jovandra berjalan dengan tergesa ke arah serayu. Langsung memeluk tubuh istrinya yang hanya terbalut oleh sebuah bathrobe berwarna putih di sana.

Bahagia, jovandra sangat bahagia...

Jovandra meluruh, dengkulnya menapak di atas marmer kamar itu. Mengusap lembut perut serayu yang masih rata. Air matanya tak bisa ditahan, ia benar-benar sangat bahagia saat ini.

Serayu mengusap surai milik jovandra di bawah sana, "semoga dengan hadirnya jiwa baru di dalam sini, ketabahan hati kamu akan selalu bertambah ya, jo?"

Jovandra mengangguk ribut, laki-laki itu sudah berdiri kembali. Memeluk istrinya untuk kesekian kali.

Ia benar-benar berharap akan hidup dengan sebuah kebahagiaan kali ini. Jovandra benar-benar mulai mempercayai akan takdir baik dari tuhan yang mengiringi jalan hidupnya.

Ia benar-benar tak menyangka akan apa yang tuhan beri, setelah tuhan mengambil sesuatu yang begitu berharga dari hidupnya tempo dulu...

.........

Makam

Sudah berapa lama jovandra tak mengunjungi makam ini? Bahkan ia lupa, kapan terakhir kali dirinya menginjakkan kaki ke tempat ini.

Bunga tulip putih. Sebuah bunga yang tak akan pernah lupa ia bawa saat dirinya mengunjungi tempat ini. Sebuah pusara yang pernah menjadi saksi bisu atas raungan pilu laki-laki itu.

Jovandra memandangi sebuah nisan di sana. Matanya menyipit, kala ia melihat nisan itu bersih seperti ada yang rutin merawat serta membersihkan tempat itu.

Namun ia tak ambil pusing, mungkin memang ada orang yang membersihkannya...

Jovandra menghela nafasnya, ternyata rasa sesak itu masih ada di sana. Ternyata lama tak berkunjung kemari tidak menghilangkan rasa sesak itu.

Jovandra kalah telak

Lalu selama ini, bagaimana caranya merasakan semua kebahagiaan bersama serayu? Bagaimana caranya ia tersenyum? Dan bagaimana caranya ia bisa melewati semuanya hingga sejauh ini?

Ternyata ia menganggap serayu sebagai wanita lain...ternyata ia menerima serayu sebagai wanita lain...bukan sebagai serayu denada, seorang wanita yang telah menjadi istri sekaligus ibu bagi anaknya...

Tangisan itu, raungan pilu itu, mulai terdengar lagi di sana. Jovandra terlalu larut dalam kesedihannya, hingga ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang tengah mengamatinya dari kejauhan.

Setelah jovandra meninggalkan tempat itu, orang yang sedari tadi mengamatinya kini bergantian menyambangi sebuah pusara yang baru saja disambangi oleh jovandra.

Ternyata orang itu lah yang selalu merawat dan membersihkan pusara milik nilam agatha.

"Hai ila, apa kabar? Maaf kalau kamu bosen lihat aku terus" serayu terkekeh

"La...aku hamil lagi, hamil anak jovandra yang kedua kalinya. Ila...aku ngga perduli jovandra menganggap aku siapa dan bagaimana. Mau untuk siapapun cinta itu dan untuk siapa hatinya kini dan nanti, itu semua hak jovandra, aku ngga bisa larang dia apalagi buat menyalahkan. Aku cuma mau jovandra sembuh dari rasa sakit yang masih terus ada di jiwanya. Tempo dulu, sampai sekarang"

Ternyata jovandra tak benar-benar sembuh dari rasa sakit itu. Baik tempo dulu, hingga kini. Serayu, dengan berbekal kelapangan jiwa dan sebuah rasa ikhlas, ia selalu bertekad untuk bertahan bersama jovandra.

"Ngga la kamu ngga boleh pergi, kamu ngga boleh ninggalin mas...la jangan pergi la, ila...ila..."

Sejak malam itu, malam dimana jovandra mengalami sebuah mimpi yang terlihat begitu pilu dimata serayu. Mata laki-laki itu terpejam, namun mulutnya terus mengatakan hal yang sama. Meneteskan air mata di dalam tidurnya, membuat serayu tak pernah tidur nyenyak sejak malam itu.

Setiap malam, jovandra masih saja memimpikan hal yang sama sampai saat ini. Tak jarang laki-laki itu akan menganggap serayu sebagai nilam kala serayu mencoba merengkuh tubuh itu.

Sakit, memang sakit...

Tapi ia harus tetap bertahan demi anaknya, demi jovandra, juga demi kesembuhan laki-laki itu yang masih terus ia usahakan, dan akan selalu di usahakan olehnya.

Terlebih lagi, kini ada sebuah jiwa baru di dalam raganya...

Serayu tak mau menyerah secepat ini. Meskipun hatinya sakit, meskipun dirinya sudah berdarah-darah, meskipun hati dan jalan pikirannya terkadang sudah tak sinkron lagi. Namun ia tak menyerah begitu saja.

Bagian hidup yang sudah ia korbankan selama ini, harus mendapatkan sebuah imbalan yang setimpal. Sebuah kesembuhan jovandra...

.........

Di Rumah

Malam ini, seperti biasanya keluarga kecil jovandra akan melakukan makan malam bersama. Dengan serayu yang sibuk menyiapkan makanan untuk mereka, gerriando yang sibuk juga bermain dengan alat makan yang sudah disiapkan, dan tentunya sang kepala keluarga yang ikut membantu sang istri menyiapkan semuanya.

Sejak kepulangan jovandra dari pemakaman tadi, ia mencoba terlihat baik-baik saja. Meskipun saat pulang, laki-laki itu sempat bingung karna tak menemukan keberadaan serayu di rumah, hanya ada buah hati mereka yang masih tertidur pulas.

"Ayah ayah, kapan ayah libur bekerja?" Celetuk si kecil geri yang tiba-tiba saja teringat akan percakapan tadi siang dengan sang ibu perihal pergi ke zoo.

"Kenapa memang? Tidak biasanya mamas tanya seperti itu ke ayah?"

Serayu yang mendengar itu hanya tersenyum, ia sudah tau kalau geri pasti akan mengajak sang ayah pergi ke zoo, seperti pembicaraan mereka berdua tadi siang.

"Mamas pengen pergi ke zoo sama ayah dan ibu, apa ayah mau?"

"Tentu, kenapa harus tanya dulu? Kalau ayah tidak libur sekalipun, ayah tetep bisa pergi kesana sama mamas dan ibu. Mamas lupa kalau ayah yang punya perusahaan?" Ucap jovandra dengan sombong, yang langsung mendapat sebuah cubitan kecil di pinggangnya

Siapa lagi pelakunya kalau bukan ibu negara, serayu denada?

Geri terkikik saat melihat ekspresi wajah ayahnya yang berada antara rasa sakit dan geli sekaligus.

"Sombong banget ya mas ayah, paling juga nitip kerjaan ke om jafran"

"Tentu bu, jangan ditanya lagi" balas jovandra tak mau kalah, dengan cengiran andalannya.

"Jadi, ayah mau pergi ke zoo sama mamas dan ibu?"

"Tentu, jagoan. Everything for you" balasnya masih dengan ekspresi angkuh nan sombong.

"HOREEE...ZOO IAM COMING!!!" pekik geri heboh saat ayahnya menyetujui permintaan untuk datang ke zoo.

"Sudah sudah, sekarang kita makan dulu"

"Siap ibu serayu" jawab geri tegas sambil membuat tanda hormat dengan sebelah tangannya.

Membuat jovandra terkekeh dibuatnya. Serayu hanya diam menatap interaksi anak dan ayah itu. Kalau sedang seperti ini, ia jadi lupa saat suaminya meraung-raung di dalam tidurnya setiap malam.

To be continued...

1
Yaka
best quote🖐️🔥
Tajima Reiko
Aku jadi terbawa suasana dengan ceritanya, bagus sekali! ❤️
fromAraa: terima kasih/Pray//Pray//Pray/
total 1 replies
Shinn Asuka
Kakak penulis, next project kapan keluar? Aku udah kangen!
fromAraa: nanti yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!