NovelToon NovelToon
Keturunan Terakhir

Keturunan Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / spiritual / cintamanis / Persahabatan / Kutukan / Romansa
Popularitas:26.4k
Nilai: 5
Nama Author: ERiyy Alma

Keturunan Terakhir, mengisahkan perjalanan ke lima remaja dalam mengabdi di suatu yayasan yang menyimpan misteri. Tazkia, si gadis dengan kemampuan istimewanya, kali ini ia berjuang melawan takdirnya sendiri, menjadi keturunan terakhir yang akan jadi penentu untuk anak turunnya. Dia harus mendapatkan cinta sejati. Namun, disisi lain ia tak ingin mengorbankan persahabatannya. Lantas bagaimana Kia menyikapi antara cinta dan sahabat?

Kisah ini adalah kisah lanjutan dari novel sebelumnya, berjudul TEROR BAYI BAJANG. Jika kalian bingung bacanya, disarankan baca novel pertamanya dulu ya. Happy reading yeorobun. 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ERiyy Alma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh Enam

Tepat setelah maghrib, keenam remaja itu berangkat ke rumah Dicky. Mereka sudah meminta izin pada ustadz Subkhi, jika akan menginap di rumah Wardah dan Rois. Ustadz memberi izin karena kebetulan esok mereka tak ada jam kuliah. 

Di rumah kuno itu Rois tengah asyik menyaksikan putranya bermain playstation bersama Evan dan Ijan, tak jauh dari mereka Husin membaca buku yang sengaja ia bawa untuk membunuh rasa bosan. Sedangkan Devina mendengarkan curhatan Wardah di kamar, dan Shella duduk bersama Kia di ruang tamu. 

Mereka harus menunggu sampai tengah malam agar tak menarik perhatian tetangga sekitar, saat ini lingkungan tempat tinggal Dicky itu masih ramai oleh para penjaja makanan malam dan juga tetangga yang asyik mengobrol di pos tepat di ujung jalan. 

“Ki, gimana tadi makan sama Rendra? kamu di traktir apa?” 

“Boro-boro di traktir, aku yang bayar. Mana di rumah makan padang dia seenaknya comot lauk, syukur aku bawa uang lebih. Kalau nggak, gimana coba? mana dia mintanya seminggu, hah. Pada akhirnya aku nggak jadi beli manset.” 

Shella menghela nafas berat, mengusap pundak temannya dengan tatapan sedih. “Kenapa dia begitu ya? awalnya kukira dia menyukaimu Ki, tapi kayaknya nggak deh. Dia kayak sengaja nyari babu nggak sih?” 

“Nah, tuh kamu bener.” Kia meraih puding diatas meja, Wardah membelikan puding susu dari kafe susu milik keluarga Rendra. jujur ia sangat menyukai rasa puding yang sangat lembut tapi tak terlalu manis itu. “Shel, Husin kenapa ya? dia nggak mau bicara padaku.” 

“Serius kamu nggak ngerti?” Shella bangun dari posisi awal rebahan di atas sofa, Kia menggeleng lemah. “Astaga, dengarkan. Husin itu suka kamu Kia.” 

“Jangan ngawur deh, kita kan cuma berteman, nggak lebih.” 

Kia memutar bola mata, “ya, kalian memang berteman. Tapi dia menyukaimu Kia, sudah dari lama sejak kita masih SMA. Dan kamu tahu kenapa dia diam terkesan marah begitu? dia jealous.” 

“Padaku?” 

“Yap, pada siapa lagi? tak mungkin juga padaku. Malam itu dia tahu kamu menyimpan kontak Rendra dengan nama Arjuna. terus….” 

“Tapi kan itu bukan aku yang kasih nama,” ucap Kia memotong penjelasan Shella, membuat gadis itu geram. 

“Dengarkan dulu sweety… tadi yang pertama ya, yang kedua dia cemburu saat Rendra menggendongmu. Dan yang ketiga dia cemburu saat kamu makan bersama dengan Rendra tadi siang, dan dia marah karena kamu nggak peka.” 

“Astaga, begitukah? hah, sungguh teori yang bagus.” Kia mendengus. 

“Serah deh kalau tak percaya,” ungkap Shella kembali merebahkan diri. Kia diam, ia tenggelam dalam pikiran, sebenarnya bukan ia tak tahu. Hanya saja tak ada hubungan apa-apa diantara keduanya, Husin tak berhak memperlakukannya seperti ini. 

“Hah, kalau memang suka kenapa diam? tiba-tiba marah nggak jelas,” gumam Kia lirih. 

“Memangnya kalau dia sampai mengutarakan perasaannya, apa kalian akan pacaran?” 

“No, pacaran haram dalam agama kita,” jawab Kia. 

“Ya udah nikah aja kalau gitu.” 

“Ih, kamu ngawur deh. Sana kamu aja yang nikah sama Evan, aku mau sholat isya dulu,” ucap Kia mendorong pelan pundak Shella, lantas meninggalkannya sendirian di ruang tamu. 

Di ruang tengah, Kia hanya mendapati Dicky yang terlelap di pangkuan sang ayah. “Mau sholat isya’?” 

“Iya Kang.” 

“Kamar mandinya di belakang, berani kan sendirian?” tanya Rois lagi. Kia mengangguk sopan, lantas bergegas keluar rumah sebelum malam semakin larut. Kamar mandi rumah kuno itu terletak di belakang rumah, terpisah dari bangunan utama. 

Kia berjalan pelan, dari tempatnya ia bisa melihat dapur rumah Warmin yang gelap gulita, sepertinya Inem sengaja mematikan semua lampu di rumah itu. Terlalu fokus menatap rumah Warmin, Kia tak menyadari seseorang berdiri tepat di depannya. 

“Lihat jalan…”

“Aaahhh….” Kia terjatuh diatas lengan seorang lelaki, tangan kanannya membungkam mulutnya agar berhenti menjerit. 

“Diamlah, ini aku,” ucap lelaki itu, Kia mengangguk pelan. Husin membantu Kia berdiri, melepaskan tangannya dari bibir Kia. “Kamu nggak apa-apa?” 

Kembali mengangguk, Kia cukup terkejut hingga sedikit kesulitan mengatur nafas. Setelah dirasa cukup tenang ia memukul keras bahu Husin, lelaki itu diam tak membalas, di bibirnya tersungging sebuah senyuman. “Kamu bikin kaget aja sih?” 

“Habisnya, ngapain coba nggak lihat jalan.” 

Kia cemberut, berusaha terus memukul dan tangan Husin mencoba menepis pukulan itu. “Tunggu-tunggu, Husin pinjam tangannya.” Kia menarik tangan Husin tanpa persetujuan, ia menyentuh telapak tangan lelaki itu berkali-kali, dari bagian atas, bawah, depan dan belakang. 

“Ada apa Ki?” 

“Kok aku nggak bisa lihat apa-apa ya?” gumamnya. 

“Lihat apa maksudmu?” tanya Husin heran. Cepat Kia menggeleng dan melepaskan tangannya. 

“Husin, aku boleh tanya nggak? kamu marah padaku ya?” 

“Menurutmu?” Husin kembali melempar pertanyaan. Namun, bibirnya tak bisa berhenti tersenyum, menatap Kia yang terus cemberut dan menunduk. 

“Iya, kamu marah karena aku tak menjaga diri sebagai siswi SMAHI kan? aku tak mempraktekkan ajaran kak Nia. Aku seenaknya dekat dengan lelaki yang bukan mahramku. Tapi, itu tak seperti yang terlihat, antara aku dan Rendra tak terjadi apapun. Untuk nama kontaknya di ponselku itu ulah dia sendiri, aku belum sempat menggantinya saat itu. Tapi sekarang sudah kok, sumpah. Kalau nggak percaya kamu boleh lihat.” 

“Memangnya diganti apa?” 

“Iblis, yah dia seperti iblis alih-alih arjuna,” geram Kia. Senyum Husin semakin merekah, ia merasa aman karena kegelapan menutupi saltingnya. 

“Terus malam itu dia bawa aku ke mobilnya, itu bukan salahku kan Husin. Kamu tau aku pingsan, emang bisa orang pingsan protes? nggak kan?” ucap Kia lagi. 

“Udah… udah sana wudhu. Udah hampir waktunya. Teman-teman nanti nungguin kita,” potong Husin. 

“Tapi, kamu udah nggak marahkan?” 

“Aku nggak marah Kia, hanya badmood. Yah, aku badmood.” 

“Aah, dasar kamu.” Kia tersenyum lantas masuk ke dalam kamar mandi, Husin menunggunya sampai selesai dan keduanya bersama-sama masuk ke dalam rumah. 

***

Tepat pukul sebelas malam, mereka berenam berangkat bersama ke rumah Inem. Sebenarnya Rois sangat keberatan dengan ide masuk ke dalam rumah tetangganya itu, tapi Devina, Wardah dan Husin berhasil meyakinkannya.

Mereka beruntung, sebab Heru memiliki kebiasaan ceroboh. Meletakkan kunci rumah di bawah pot bunga. Rois mengajak mereka masuk dari pintu dapur, pintu yang terlihat dari arah kamar mandi. 

Ijan terus saja berpegang pada pakaian Evan. “Evan, Ijan, kalian berdua berjaga di depan pintu ya. Bersembunyi lah di balik pot bunga ini. Kalau ada yang mencurigakan segera kabari kami,” ucap Husin. Ijan sangat menyukai ide itu, ia mengangguk cepat. Berbeda dengan Evan yang tampak keberatan, menatap Kia dengan tatapan khawatir. 

Husin berjalan di depan bersama Rois, di belakangnya tiga gadis dengan posisi Kia di bagian tengah. “Ki, di mana kamu lihat lantai merah itu?” 

Kia mengarahkan senter ponsel ke depan, mencari-cari lantai merah yang sempat dilihatnya kemarin. Tapi, tempat itu telah tertutup batu bata dengan adukan semen di atasnya. “Loh, kok begini. Disini Husin aku melihatnya, tapi udah berubah jadi bangunan, apalah ini.”

“Bukankah itu aneh? seolah mereka hendak menutupi sesuatu. Kalau memang tak ada apa-apa kenapa harus ditutup?” ucap Devina. 

“Mas Husin, jangan bilang Mas mau hancurkan bangunan ini. Kalau sampai ketahuan kita bisa dapat masalah,” ujar Rois lagi. Husin berusaha meyakinkan Rois, mengatakan jika mereka akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa. Mereka hanya perlu memastikan apa yang ada di balik lantai merah itu. 

“Kalau ternyata kosong, akan segera kami perbaiki Kang. Kami janji,” ucap Kia. Dengan berat hati Rois pun mengikuti kemauan mereka berempat. Ia mulai membongkar bangunan yang belum terlalu kering itu. Sepertinya Heru tergesa-gesa menambalnya sebelum mereka berangkat tadi sore.

"Untungnya bangunan belum kering sempurna, jadi mudah dibongkar. Terus ini di apain lagi Mas?” tanya Rois setelah berhasil menyingkirkan reruntuhan bangunan dan menyisakan enam keramik warna merah yang telah kotor. 

“Kita cungkil keramiknya Kang.” 

Tanpa banyak tanya, Rois melakukan semua keinginan Husin. Ia ingin segera menyelesaikan perbuatan mereka ini, dan kembali ke rumah untuk tidur bersama anak istri.

Keramik telah berhasil tercabut, Rois mulai menggali dan tak lama ketika cangkulnya mengenai benda keras, Rois segera melihat apa yang terjadi. “Mas, ada peti disini. Haruskah kita buka? ehm, baunya kayak bangke Mas.” 

“Buka aja Kang,” titah Husin. Kia, Shella dan Devina menunggu dengan cemas, hati ketiganya berdetak semakin kencang. 

“Astaghfirullah, apa ini…? huek….” 

1
Andini Andana
hhhh... ganggu aja 😒😒
Syab Rian
cocok buat kata kata hari ini🤣🔥
Fatimah Ziyadatul Khair
bagus ceritanya
Zuhril Witanto
moga perjalanannya lancar
Zuhril Witanto
moga dapat petunjuk
Zuhril Witanto
suka ma evan
Zuhril Witanto
Rendra
ren rene
buang saja ke laut si devi
Zuhril Witanto
devina gercep
Zuhril Witanto
seru
ren rene
sampe di titik ini kecewa sama tazkia plin plan
Zuhril Witanto
kok pak warming ngasih teka teki
Zuhril Witanto
lah udah terang2an bilang kekasih
Zuhril Witanto
siapa ..Husin apa evan
Zuhril Witanto
astaghfirullah
Zuhril Witanto
warming gentayangan
Zuhril Witanto
kasihan warmin
Zuhril Witanto
berarti yang bunyi dugh malem2
Zuhril Witanto
lanjut
Ria ☺️
devina deh/Smug/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!