S 5
Tak hanya mengalah dan memendam perasaan, dia juga rela bertanggung jawab atas kesalahan fatal yang dilakukan adiknya hanya demi menjaga perasaan wanita yang dia cintai dalam diam.
(Mohon baca setiap kali update! Jangan menumpuk bab, jangan lompat baca apalagi boom like. Retensi bergantung dari konsisten pembaca.🙏🙏🙏)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24. SELAGI AKU MASIH BERNAFAS
Setelah berada di dalam mobil Azka, Kinan tak dapat menahan laju air matanya. Cairan bening itu mengalir deras membanjiri kedua pipinya.
Dia memang pernah ingin mengugurkan kandungannya sendiri, tapi sekarang ia sangat menyayangi bayinya yang belum lahir itu. Dan hari ini, mengetahui Raka ingin mencelakainya demi menggugurkan kandungannya, membuatnya benar-benar merasa sakit.
Setega itu Raka pada darah dagingnya sendiri. Ia juga tidak lagi meminta pertanggung jawaban, tapi kenapa Raka masih ingin anaknya itu tiada.
"Kinan," Azka menyentuh pundak istrinya, sudut hatinya turut merasa perih melihat istrinya menangis.
"Jika bukan karena Bang Azka, mungkin sekarang anak ini sudah tidak ada lagi dalam rahimku. Lihat lah sekarang, Ayah kandungnya sendiri pun ingin dia tiada." Lirih Kinan terisak.
Azka menarik bahu istrinya, lalu menangkup wajah sang istri agar menatapnya, "Anak yang kamu kandung, dia adalah anak kita berdua. Dia hanya akan tahu kalau kita berdua adalah orangtuanya, bukan Raka atau siapapun itu. Dan aku akan selalu berusaha melindungi kalian berdua, selagi aku masih bernafas, tidak akan aku biarkan siapapun melukai kalian walaupun hanya seujung kuku." Tekan Azka.
"Tapi Abang tidak bisa menghilangkan fakta bahwa anak ini bukan darah daging Abang." Balas Kinan, air matanya semakin deras mengalir. Sungguh mulia hati Azka, pria itu begitu ikhlas menerima ia dan anak malang yang ia kandung. Bahkan rela bertaruh demi keselamatannya.
"Siapa bilang bukan. Kamu lupa kalau aku ini kakaknya Raka? Dalam darah anak kamu, mengalir darah keluargaku." Azka menghapus air mata Kinan, ia menggelengkan kepalanya sebagai isyarat agar Kinan berhenti menangis.
"Sekarang kita ke rumah Ibu ya?" Ajak Azka kemudian. Mungkin dengan bertemu ibunya, Kinan akan merasa lebih baik.
Kinan mengangguk antusias, dia memang sangat merindukan ibunya.
Azka pun melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah sakit, menuju sebuah ruko berlantai dua yang dulu ia beli untuk ibu mertuanya. Sudah lama mereka berdua tak kesana, terakhir empat bulan lalu saat membantu bu Lastri persiapan pindah.
Sesampainya di tempat yang dituju, senyum Kinan merekah melihat banyaknya kendaraan yang terparkir di depan ruko. Di dalam bangunan berlantai dua itu pasti ramai sekali.
"Bang," Kinan menoleh menatap suaminya dengan tatapan berbinar. Ia tidak menyangka, hanya dengan beberapa bulan toko bunga ibunya semakin berkembang pesat. Bahkan di lantai dua, ibunya membuka usaha baru, toko aksesoris.
"Yuk turun," ajak Azka.
Sepasang suami istri turun dari mobil, melangkah masuk ke dalam Ruko. Mereka disuguhi dengan pemandangan yang begitu luar biasa, para pembeli antri di depan kasir. Tampak bu Lastri membantu pegawainya.
Tak ingin mengganggu ibunya, Kinan dan Azka memilih untuk ke lantai atas. Melihat berbagai macam aksesoris wanita dan pria.
Karyawan bu Lastri yang melihat Kinan dan Azka, segera memberitahukan bos nya. Bu Lastri pun lantas menyusul anak dan menantunya ke lantai atas.
"Ini kalau Bang Azka yang pakai, pasti ganteng banget." Kinan mengambil sebuah kacamata hitam dan menunjukkannya pada Azka.
"Memangnya aku gak ganteng, gitu?" Azka keberatan dengan ucapan Kinan. Dia hanya memakai kaos oblong saja tak akan mengurangi ketampanannya.
"Maksudnya, tambah ganteng. Gitu loh," ralat Kinan sambil tertawa pelan.
"Itu baru benar," Azka mengambil kacamata di tangan Kinan lalu memakainya. "Gimana?"
"Ganteng kok. Ganteng banget malah." Jawab bu Lastri yang telah berdiri di samping Kinan.
Azka dengan cepat melepas kacamatanya, mengembalikan di tempat Kinan mengambilnya. Kemudian meraih tangan bu Lastri dan mencium punggung tangannya. Sementara Kinan langsung memeluk sang ibu.
"Mau ke sini kok gak bilang-bilang?" Lastri menatap anak menantunya sembari tersenyum. Namun, saat menyadari mata putrinya nampak sembab, senyumnya seketika surut.
"Mata kamu sembab? Kamu habis nangis?"
Kinan nampak gelagapan, dia menoleh melirik suaminya. Azka yang langsung paham, menjawab pertanyaan ibu mertuanya.
"Sebelum ke sini, kita berdua sehabis dari rumah sakit jengkuin Alesha. Dia jatuh dari tangga tapi beruntung kandungannya baik-baik saja. Ibu sendiri tahu kan? Kinan dan Alesha sudah sahabatan lama, malah udah kayak saudara. Jadi pas jengukin Alesha, Kinan nangis."
"Oh gitu, syukurlah kalau Alesha dan kandungannya baik-baik saja." Bu Lastri turut merasa lega mendengarnya. Pandangannya lalu tertuju pada kacamata yang tadi di pakai Azka.
"Pake lagi dong kacamatanya. Mantu Ibu ganteng banget kalau pakai kacamata hitam."
"Gak bawa dompet, Bu." Kelakar Azka.
Bu Lastri terkekeh, "Buat Mantu kesayangan, Ibu kasih gratis." Ujarnya sambil tersenyum.
Dengan sigap, Azka mengambil kacamata itu kembali lalu memakainya. Bergaya seakan hanya dia makhluk paling tampan di muka bumi.
"Dasar. Orang kaya rupanya juga suka yang gratisan." Kinan menyenggol lengan suaminya sambil tertawa pelan.
yahhh iklan. lewat🤣🤣🤣
iklas tak terucapka......silahkan barangkali ada yg mau daftar buat jd biniya raka.....