Sekuat apa pun aku bertahan, nyatanya aku tidak bisa sekuat itu," ucap Vira.
Dunia Vira seakan runtuh saat tahu jika suami yang sangat ia cintai sudah menikah siri secara diam-diam dengan sahabatnya sendiri. Faktor belum dikaruniai keturunan yang membuat Yusuf tega mengkhianati cinta Vira.
Akankah Vira bertahan dengan pernikahannya atau kah memilih menyerah dan melanjutkan hidup sesuai takdir yang sudah dituliskan oleh Allah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Bimbingan Rohani
Siang ini Vira bersiap-siap untuk melakukan bimbingan rohani di rumahnya Kyai Ahmad. “Ma, Vira berangkat dulu, ya!”
“Iya, Nak.”
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Vira mencium punggung tangan Mamanya, lalu pergi menuju rumah Kyai Ahmad.
Vira berjalan kaki, karena jarak rumah dia dan rumah Kyai Ahmad tidak terlalu jauh. Syafik duduk bersila menunggu di sebuah Mushala kecil yang ada di halaman rumah Kyai Ahmad. Ternyata, di Mushala itu juga banyak anak-anak kecil yang sedang mengaji dan gurunya adalah Farida.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Kyai Ahmad menyambut kedatangan Vira dengan sangat ramah.
Syafik yang awalnya melamun, tiba-tiba terkesiap saat melihat kedatangan Vira. “Itu ‘kan wanita yang kemarin,” batin Syafik.
“Ayo masuk Vira, kebetulan saat ini ada Ustadz Syafik juga jadi kamu bisa banyak bertanya kepada dia tentang semuanya,” seru Kyai Ahmad.
Vira terkejut, lalu Vira melihat ke dalam Mushala dan benar saja dari kejauhan terlihat Syafik sedang duduk bersila dan melihat ke arah Vira. Seketika Vira menundukkan kepalanya dan dengan langkah pelan mengikuti Kyai Ahmad dari belakang. “Fik, kenalkan ini Vira,” seru Kyai Ahmad.
“Assalamualaikum, Ustadz,” seru Vira dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.
“Waalaikumsalam.”
Vira duduk di hadapan Syafik, jantung Vira berdetak tak karuan. Begitu pun dengan Syafik, entah kenapa dia merasa gugup berhadapan dengan wanita bercadar itu. Syafik mulai mendengarkan Vira membaca Al-Qur'an, suara Vira sangat merdu membuat Syafik menyunggingkan senyumannya.
“Bacaan kamu sudah sangat bagus, hanya ada beberapa tanda baca yang kurang tepat.” Syafik memberitahu Vira saat Vira selesai membaca Al-Qur'an.
“Maaf Ustadz, saya masih tahap belajar,” sahut Vira dengan menundukkan kepalanya.
“Tidak apa-apa Vira, nanti lama-kelamaan juga kamu akan bisa. Oh iya, bagaimana apa sekarang kamu sudah merasa lebih tenang?” seru Kyai Ahmad.
“Alhamdulillah Kyai, sekarang saya lebih tenang,” sahut Vira.
“Apa ada yang mau kamu tanyakan?” tanya Kyai Ahmad.
“Kyai, saya mau bertanya, apa salahnya dengan status janda? Kenapa seorang janda selalu direndahkan dan dihina?” Vira bertanya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Caranya cuma satu, bersabarlah. Jangan sampai kamu terpancing karena itu adalah suatu ujian untukmu,” sahut Kyai Ahmad.
“Jika kamu sedang mengalami ujian di dalam hidup, percayalah Allah sebenarnya sedang memberikan tanda cinta untukmu.” Syafik menyambung ucapan Kyai Ahmad membuat Vira langsung menoleh ke arah Syafik.
“Saya capek Ustadz, selalu dituduh yang tidak-tidak bahkan saya juga dituduh kegatelan sudah menggoda suami-suami mereka. Kapan masalah ini akan selesai, saya pulang ke sini untuk mencari ketenangan tapi malah dituduh yang macam-macam.” Vira menundukkan kepalanya bahkan air matanya sudah menetes.
“Kamu jangan pernah meminta diselesaikan masalah sebelum kamu tahu, apa hikmah dan pelajaran yang bisa kamu ambil dari masalah yang kamu alami. Kalau kamu sudah menemukan hikmahnya, maka hidup kamu akan tenang karena kamu tahu setelah proses yang sakit, setelah proses yang pahit, setelah proses yang sulit, kamu bisa menerimanya dengan lapang dada. Kamu harus percaya kepada Allah, setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan, dan setelah kesedihan pasti akan akan kebahagiaan.” Syafik mencoba memberikan pemahaman kepada Vira.
Vira terdiam, dia merasa apa yang diucapkan oleh Syafik memang benar adanya. “Terima kasih Ustadz, sekarang saya jauh lebih baik,” seru Vira.
“Sama-sama.”
Setelah belajar dan mendengarkan ceramah dari Syafik, Vira pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Vira terlihat senyum-senyum sendiri sungguh ucapan Syafik sangat menenangkan hatinya. Aminah sampai bingung melihat putrinya senyum-senyum sendiri.
“Kamu kenapa Nak? Sepertinya bahagia sekali,” seru Mama Aminah.
“Ah, tidak ada apa-apa kok, Ma,” sahut Vira tersipu malu.
Sementara itu di kediaman Kyai Ahmad, Syafik merenung seorang diri hingga Kyai Ahmad pun menghampiri Syafik. “Jangan melamun, perbanyak istighfar supaya setan tidak masuk ke dalam tubuhmu,” seru Kyai Ahmad.
“Astagfirullah.” Syafik mengusap wajahnya.
“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Kyai Ahmad.
“Kyai, bukanya kalau kita menikahi janda pahalanya sangat besar?” tanya Syafik.
“Iya, kata para ulama keutamaan menikahi janda itu sama dengan mujahid di jalan Allah. Selama orang itu menikah dengan seorang janda, pahalanya sama dengan pahala orang yang berpuasa di siang hari dan shalat di malam hari,” sahut Kyai Ahmad.
“Saya ingin mengkhitbah Vira.” Syafik dengan tegas mengutarakan keinginannya untuk menikahi Vira kepada Kyai Ahmad.
“Kamu yakin, Syafik? Jangan main-main.” Kyai Ahmad merasa tidak percaya dengan ucapan Syafik yang mendadak seperti itu.
“Saya yakin, Kyai!” tegas Syafik.
Kyai Ahmad duduk bersila di hadapan Syafik, lalu menatap mata Syafik dengan tajam. “Kalau kamu menikahi Vira karena belas kasihan, lebih baik jangan,” seru Kyai Ahmad.
“Tidak, Kyai. Insya Allah, saya ingin menikahi Vira karena tulus dari hati saya dan karena Allah.”
Kyai Ahmad tampak terdiam, memang pada awalnya ia ingin menjodohkan Syafik dengan Vira tapi tidak disangka, Syafik malah yang lebih dulu memintanya. “Baiklah, kalau memang kamu sudah yakin besok kita ke rumah Vira untuk mengkhitbahnya,” sahut Kyai Ahmad.
Syafik menyunggingkan senyumannya, entah kenapa hati dia langsung tertarik kepada sosok wanita bercadar itu. Padahal dia baru dua kali bertemu dan belum tahu siapa Vira tapi hatinya sudah merasa yakin untuk mengkhitbah Vira. Syafik yakin kalau semua ini ada campur tangan Allah juga dan merupakan skenario yang Allah ciptakan untuk dirinya.
Syafik merupakan anak yatim piatu, kedua orang tuanya sudah meninggal maka dari itu Syafik sudah menganggap Kyai Ahmad dan Farida sebagai orang tuanya sendiri. “Ingat Nak, pernikahan bukan perkara main-main. Jadi, jika kamu belum siap untuk menikahi seorang wanita maka jangan lakukan karena perjanjian pernikahan itu bukan sekedar kamu berjanji dengan pasangan kamu saja melainkan kamu juga sedang berjanji kepada Allah,” tutur Umi Farida.
“Iya Umi, Syafik mengerti akan hal itu. Syafik sudah yakin dengan pilihan Syafik karena selama ini Syafik sering melakukan shalat istikharah dan Umi tahu, apa yang selama ini muncul di mimpi Syafik?” Syafik bertanya kepada Farida dan Farida menggelengkan kepalanya.
“Wanita bercadar dan seorang janda adalah jodoh Syafik yang Allah kirimkan. Jadi pada saat pertama kali Syafik bertemu dengan Vira, Syafik sedikit terkejut karena wanita itu yang selalu hadir dalam mimpi Syafik,” jelas Syafik.
“Masya Allah, semoga kalian memang benar-benar berjodoh.”
“Amin.”
Farida mengusap punggung Syafik dengan penuh kasih sayang. Farida mempunyai tiga orang anak dan semuanya sedang mondok di sebuah pondok pesantren. Syafik sudah ia anggap seperti anaknya sendiri, maka dari itu jika Syafik bahagia maka ia pun akan ikut bahagia.
.tp bau2 nya anisa jodohnya yusuf😄😄