Menikahi Kakak Ipar Kejam

"Jo, wajahmu asam sekali. Apa ada sesuatu?"

"Sepertinya anda akan mengalami masalah tuan"

"Maksud kamu?"

"Baru saja nyonya besar telfon, Beliau mengatakan bahwa anda dan nona Renata diminta datang langsung ke Singapura untuk menghadiri acara seminar sukses antar perusahaan besar se-asia Tenggara Tuan"

"Haruskah dengan wanita itu?"

"Iya tuan"

"Menyebarkan sekali! Jo, kalau begitu cepat bawa wanita itu ke sini!"

"Iya Tuan, Tapi.."

"Ingat ya! Saat kau akan menjemputnya buatlah seolah-olah bukan kita yang sedang membutuhkannya, tapi usahakan jika kita hanya simpati dan kasihan pada kehidupan yang dijalaninya saat ini. Jadi kita ingin membawanya kembali ke mansion. Jelaskan lah seperti itu. Kau mengerti kan maksudku?"

"Iya Tuan saya mengerti maksud anda. Tapi yang jadi permasalahannya kita tidak tahu di mana Nona Renata berada"

"Bagaimana bisa kau tidak menemukan wanita itu? Makanya kalau punya otak itu dibuat berpikir sedikit! Dasar bodoh! Dia itu tidak punya siapa-siapa di kota ini selain keluarga Mahesa dan anak anak jalanan itu. Jadi kalau kita tidak menemukan wanita itu disini, maka sudah bisa dipastikan kalau dia pasti ada di tempat anak-anak jalanan itu!"

"Awalnya saya juga berpikir seperti itu tuan, tapi saat saya mengerahkan pengawal untuk menjemput nona, nyatanya nona Renata tidak berada di tempat itu. Bahkan menurut informasi yang di berikan oleh anak anak jalanan tersebut, sudah dua hari ini nona tidak datang ke tempat mereka"

"Apa kau sudah coba cari ke tempat lain?"

"Sudah Tuan. Saya juga sudah mendatangi rumah teman yang sempat nona tinggali selama dua minggu ini"

"Lalu?"

"Hasilnya sama"

"Sama bagaimana maksut kamu!?"

"Nona tetap tak ada di sana tuan"

"Sial! Hidupnya benar benar menyusahkan! Aku tidak mau tau. Jo, cepat kerahkan seluruh pengawal untuk mencari dia sampai ketemu"

"Baik Tuan"

Jo pun segera pergi. Ia akan menemui dokter Hana terlebih dahulu. Karena menurutnya, Dokter Hana pasti tau informasi tentang kepergian sang nona muda tersebut.

Jika dulu dia bisa menyembunyikan tentang kehamilan nona muda, maka tidak menutup kemungkinan bahwa dia juga bisa menyembunyikan keberadaan Renata saat ini. Begitu pikirnya.

Sementara di sudut ruang yang berbeda, seorang dokter muda yang tengah duduk santai sembari mengunyah makanan di kejutkan dengan sebuah pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.

Ya, dia adalah dokter Hana. Setelah tanda tangan pemberhentian kontrak kerja, ia menemani Dokter Alex makan malam di salah satu resto mewah di kota itu.

Sebenarnya dokter cantik itu masih tak begitu lapar, namun mau tak mau ia harus menemani kakak sepupunya untuk makan. Setidaknya untuk rasa terimakasih karena sudah sering menolongnya mendapatkan pekerjaan. Begitu batin Hana.

Apalagi Hana pun tahu jika di rumah kakak sepupunya ini pasti tidak akan ada makanan apapun saat malam hari lantaran istrinya yang masih sibuk dan asik dengan dunia modelnya.

"Han, kamu kenapa senyum senyum sendiri? Habis menang undian?" tanya Dokter Alex.

"Iya" "Eh! Enggak kok" sahut Hana tergagap namun sesekali juga menatap ponselnya.

"Terus?"

"Terus.. Kakak lanjutin makannya, karena aku mau pergi sebentar" ucap Hana sembari berdiri lalu mulai berjalan menjauh

"Pergi kemana woy"

"Sebentar doang kok. Kak Alex tunggu aja, nanti aku balik kesini lagi"

Mau apa sih tu anak? Aneh banget. Alex mengedikkan bahunya acuh. Ia tak menghiraukan Hana yang sudah menghilang dari resto. Ia lebih memilih melanjutkan makan malamnya meski hanya seorang diri.

Sebenarnya Alex tak akan seorang diri karena dia akan memanggil satu pelayan resto yang akan ia minta untuk menemaninya di meja ini. Tak peduli jika manajernya akan marah. jika harus bayar sewa pun ia tak akan masalah. Yang penting bagi Alex, ia bisa menatap wajah imut nan menggemaskan milik Tania.

Sementara disisi lain, Hana terus berjalan menuju seberang jalan dimana sebuah mobil hitam telah terparkir sembarang.

"Sekertaris Jo" Sapa Hana sembari menunduk. Pipi yang kian memerah pun menunjukkan bahwa Hana tengah berada di fase malu.

"Hana, apa kau tau dimana nona Renata?"

Deg

Hana membeku.

Pertanyaan macam apa ini? Kenapa sekertaris Jo malah menyanyakan keberadaan dari istri tuannya? Batin Hana

Sungguh membagongkan bukan? Harapan suka dan bahagia dari seorang Hana yang baru saja mendapat pesan kabar bahwa orang yang ia akhirnya hancur

Ya, Hana memang diam diam menyukai sekertaris Jo. Namun perasaan suka itu hanya dapat ia pendam seorang diri mengingat bagaimana sikap dingin sekertaris Jo padanya waktu itu.

Dan saat ini? Hanya mendapat pesan singkat dari Sekertaris Jo yang meminta ingin bertemu sebentar saja sudah bisa membangkitkan gairahnya kembali. Rasa yang hendak ia kubur, seketika itu juga langsung bangun dan hidup lagi.

Tapi semua itu hanyalah harapan. Ia pikir sekertaris Jo mulai menyukainya, tapi ternyata salah. Ia hanya dimanfaatkan untuk sebuah informasi belaka.

"Han, Kau pasti tau kan dimana nona Renata berada?"

"Aku tidak tau!"

"Jangan berbohong! Kau kan sangat dekat dengan nona. Kau pasti tau semua tentang nona Renata"

"Aku tidak tau apapun tentang nona Renata. Jadi aku mohon, jangan menanyakan apapun lagi padaku" Sahut Hana berlalu pergi

Namun saat berbalik, tangan Hana sudah lebih dulu ditarik oleh Sekertaris Jo hingga tubuh mungil itu langsung menabrak dada bidang sang sekertaris.

Deg

"Anda sangat tidak sopan!" Hana mendorong dada bidang itu dan berlari pergi sejauh mungkin.

Bukan karena tak suka, namun ia lebih memilih pergi dan menyelamatkan hatinya dari rasa sakit.

Dan tak terasa, air mata Hana jatuh begitu saja membasahi pipi mulusnya. Sakit hati yang ia tahan sejak tadi rupanya begitu menyesakkan. Hana memukul mukul dadanya yang terasa sesak.

Hana mencoba menetralkan suasana hatinya terlebih dulu sebelum kembali ke resto. Dan setelah berhasil, ia pun kembali ke resto untuk menemui kakak sepupunya lagi.

Namun sayangnya nasib sedang tak berpihak kepadanya. Ia justru melihat sang kakak tengah asik berbincang dengan Tania. Wanita yang di kagumi beberapa minggu terakhir ini. Hana tau itu.

Karena merasa malas berada diantara dua insan itu, Hana pun memutuskan untuk menunggu di mobil saja.

"Kak, aku tunggu di mobil. Jangan lama lama ya!"

Dokter Alex yang mendapat pesan singkat itu pun segera mengakhiri bincang bincangnya dan menyusul Hana.

"Kau tak masuk ke resto lagi?"

"Malas"

"Kenapa?"

"Buat apa masuk kalo cuma jadi obat nyamuk"

"Ya gak apa apa dong. Sekali kali kan gak papa"

"Dih, Ogah banget!"

"Hahaha..."

"Jangan tertawa mulu deh! Cepat jalan dan jangan lupa lewat jalan Priyaman ya"

"Jalan Priyaman kan jalur sepi. Rawan kejahatan juga loh! Kenapa kamu malah menyuruhku melewati jalan itu?"

"Jalan itu adalah jalur yang tercepat untuk sampai ke rumahku kak. Aku sangat lelah dan ingin secepatnya istirahat"

"Baiklah"

Alex segera melajukan mobilnya meski tersimpan keanehan pada sikap Hana. Tapi ia tak mau terlalu memikirkannya.

Namun tanpa keduanya sadari, dari ujung jalan lain, ada seorang yang diam diam mengikuti mereka.

.

.