Dear, My Love

"Sok cantik amat tuh cewek, gayanya sombong banget." kata seorang gadis yang duduk bersama teman-temannya.

Dia adalah Audya, mahasiswi paling populer di kampusnya. Namun, beberapa waktu ini kepopulerannya agak merosot karena kehadiran seorang gadis cantik yang merupakan mahasiswa baru di kampusnya..

"Ooh, itu si Anya. Anak psikolog. Cantik tapi nggak ngaruh buat kita, anaknya introvert dan cupu." kata Namira teman Audya.

"Iya sih, kalau aku perhatiin itu anak, bajunya aja cuci kering pakai. Baju yang dipakai cuma itu-itu aja." kata Lulu yang duduk di sebelah Audya.

Anya sekarang ini memang tak begitu memperdulikan penampilan. Bukannya tak memiliki pakaian yang layak, mbaknya sudah mengirimkan baju lamanya juga baju baru saat beberapa minggu dia sampai di Jogja.

Hanya saja Anya memang memilih memakai pakaian longgar yang tak menunjukkan bentuk tubuhnya.

Apalagi akhir-akhir ini tubuhnya cukup berisi, karena suatu hal.

Anya mengelus perutnya yang mulai terlihat membuncit. Beberapa hari yang lalu dia mencoba untuk membeli alat tes kehamilan. Karena sudah dua bulan ini dia tak datang bulan.

Dia memberanikan diri untuk mengeceknya, dan benar dia positif hamil. Sampai saat ini Anya belum menceritakan hal itu pada siapapun.

"Nya, kau sepertinya benar-benar lapar ya. Makan seperti orang kesetanan saja. Tadi kau baca doa, tidak?" tanya Tiur saat melihat Anya yang makan dengan lahap.

"Tadi pagi aku gak sarapan, Tiur. Kesiangan bangun." kata Anya jujur.

Dia memang kesiangan bangun tadi dan hampir melewatkan sholat subuh. Semalaman dia tak bisa tidur karena ingin makan pisang goreng, tapi tak tau mau membelinya dimana.

Dia juga tak punya keberanian untuk pergi keluar malam-malam di daerah yang baru didatanginya beberapa bulan ini.

"Kau ini ada-ada saja, padahal aku kira kau manusia paling sempurna yang kukenal. Rupanya ada juga ya cacat mu." kata Tiur dengan ceplas-ceplos.

Tanpa gadis bertubuh sintal itu sadari hati Anya cukup tercubit mendengar hal tersebut.

'Andai saja kamu tau, aku memang sudah cacat.' batin Anya sedih

"Hei, cepat habiskan makananmu. Sebentar lagi kita mau masuk lagi. Kau tau kan kali ini dosennya cukup killer." kata Tiur mengingatkan Anya.

Anya pun mengangguk dan segera menghabiskan makanannya. Dia memang tak suka membuang makanan walaupun sebenarnya selera makannya sudah hilang saat Tiur mengucapkan kata cacat tadi.

Selesai makan, Anya dan Tiur pun masuk ke dalam kelasnya menunggu dosennya datang. Seperti biasa, Anya akan memilih deretan bangku paling depan. Tiur pun akhirnya mau tak mau ikut duduk di sebelah Anya. Biarpun bagaimana, Tiur hanya punya satu orang yang dianggapnya teman yaitu Anya.

Tubuh Tiur yang agak besar selalu menjadi bahan bullying teman-temannya juga beberapa senior kampusnya.

Hanya Anya yang tak pernah berkomentar apapun mengenai tubuh besarnya itu.

"Hei, badak. Kamu itu gak sadar diri apa, duduk di depan. Menghalangi kami saja." kata Dion teman sekelasnya yang memang memiliki mulut yang pedas.

"Bangku ini kan kosong, kalian tak mau mengisinya. Jadi jangan salahkan aku duduk di sini. Toh, kita juga sama-sama bayar di sini." kata Tiur membalas ucapan Dion dan membuat lelaki itu cukup geram.

"Hei!!! Ga..."

Belum sempat Dion membalas ucapan Tiur, dosen mereka pun sudah masuk ke dalam kelas. Dan membuat Dion terdiam dan langsung duduk di bangkunya.

Lelaki yang usianya cukup muda itu terlihat menatap serius ke arah seluruh mahasiswa di dalam kelasnya itu.

"Kalau masih ada yang mau ribut, silahkan keluar dari kelas saya." kata dosen itu.

Pak Seno merupakan dosen mata kuliah bahasa inggris. Lelaki itu memang tak suka akan kegaduhan dan cukup perfeksionis untuk urusan tugas.

Lelaki yang usianya sekitar tiga puluh tahunan itu memang terkenal sebagai idola para mahasiswa perempuan di fakultas ini.

Namun, dia tak pernah mau sembarangan tersenyum atau tebar-tebar pesona pada para mahasiswi yang sering mencari perhatian padanya.

Menurut kabar yang beredar, Pak Seno sudah berkeluarga dan saat ini anak dan istrinya sedang berada di luar kota. Hal ini didukung dengan foto postingannya bersama seorang anak kecil di medsos.

Anya tak begitu perduli dengan urusan pribadi dosen ataupun teman-temannya. Dirinya hanya fokus pada kuliahnya, dia ingin segera menyelesaikan kuliahnya dengan nilai yang sangat memuaskan.

Tentu saja itu semua ingin dia persembahkan untuk mbak April nya, juga bayi yang dikandungnya sekarang.

Anya mau menjadi ibu yang baik untuk anaknya kelak, agar anaknya tak kekurangan apapun.

Dia sudah memantapkan hatinya untuk menerima kehadiran janin di rahimnya. Anya berpikir jika ini adalah anugerah dari Tuhan, banyak wanita yang menginginkan agar bisa hamil namun, tak memiliki kesempatan.

'Bantu bunda ya dek, supaya bunda selalu kuat.' batin Anya.

❤️❤️❤️

Hari ini author udah banyak kasih up, jadi jangan lupa likenya ya 🤗