Naik Ranjang : Terjerat Sang Perebut Tahta

Entah apa yang dipikirkan Harry sampai-sampai pria itu mengajak Selia untuk kabur bersamanya padahal status Selia saat ini ialah kakak iparnya. Harry hanya ingin bersama Selia membangun kembali rumah tangga yang telah dihancurkan oleh Hiro.

"Selia ayo kita pergi jauh dan tinggalkan Hiro. Aku mencintaimu dan aku ingin bersamamu," kata Harry masih terus membujuk Selia yang sejak tadi hanya diam.

Selia tidak menyangka bila Harry akan mengajaknya kabur padahal selama ini pria itu tidak mempercayai dirinya bahkan untuk kembali bersama pria itu meminta dirinya membuktikan bila dirinya tidak bersalah.

Seandainya Harry mengajaknya kabur saat ia belum menikah dengan Hiro mungkin saja ia akan menyetujuinya dan tidak diam seperti ini. Akan tetapi saat ini ia sudah menikah dengan Hiro dan Harry terlambat melakukannya.

Hiro tidak akan membiarkan dirinya pergi begitu saja dari sisi pria itu. Karena kehilangan dirinya sama saja kehilangan posisi CEO yang sangat pria itu inginkan.

"Katakan sesuatu, Selia, jangan diam saja dan menatapku seperti itu," kata Harry menggoyang bahu Selia menyadarkan wanita itu dari diamnya.

Selia memejamkan mata dan menghembuskan nafas berat. Lalu, kembali membuka mata dan menatap Harry di hadapannya.

"Mas, maafkan aku. Aku nggak bisa melakukan semua itu. Aku sudah menikah dengan Hiro dan dia nggak mungkin menceraikan aku. Dia pasti akan mengejarku kemanapun aku pergi dan nggak akan membiarkan kita bersama," jelas Selia dengan lirih.

"Jadi maksudnya kamu akan tetap bersama Hiro dan nggak akan memperjuangkan cinta kita, Selia?" tanya Harry menatap Selia penuh kekecewaan.

"Bukan seperti itu, Mas_"

"Kalau bukan seperti itu lalu seperti apa? Kita ini saling mencintai, Selia, kita harus memperjuangkan cinta kita dan kembali bersama!" seru Harry yang mulai emosi menghadapi hubungannya dengan Selia yang semakin rumit.

"Iya tapi caranya nggak kabur, Mas, aku harus tetap mencari bukti kejahatan Hiro kemudian menjebloskannya ke penjara baru setelahnya kita bisa bersama," jelas Selia.

"Tapi, Sel, itu akan menghabiskan waktu lama dan aku nggak rela kamu terlalu lama bersama Hiro dan disentuh dia," kata Harry lagi.

"Kita nggak punya pilihan lain, Mas. Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk kita bisa bersama," balas Selia lagi.

Harry menghembuskan nafas kasar. Ia tidak punya pilihan lain selain menyetujui perkataan Selia. Meski berat baginya menerima semua itu, namun ia akan berusaha menerimanya.

*

*

Selia menatap ponsel miliknya melihat jam sudah menunjukkan tengah hari namun Hiro sejak semalam belum kembali dan sama sekali tidak memberi kabar padanya.

Sebetulnya ia tidak peduli Hiro kembali atau tidak namun ia penasaran dengan apa yang pria itu lakukan sehingga Ia memutuskan untuk menghubungi pria itu. Ia tidak ingin Hiro melakukan rencana lain yang berujung merugikan dirinya seperti yang pernah dilakukan padanya.

"Apa kamu menghubungiku karena merindukanku?" tanya Hiro dari sebrang telfon namun Selia mengabaikannya.

"Dimana kamu sekarang, Hiro, kenapa nggak pulang?" tanya Selia yang ditanggapi senyum sinis oleh Hiro disebrang telfon.

Selia bersikap seolah menjadi istri yang menantikan suaminya pulang namun yang terjadi adalah sebaliknya. Wanita itu sangat menikmati dirinya tidak ada dirumah sebab bisa leluasa bertemu dengan Harry.

Apa yang Selia lakukan ia tahu semuanya karena setiap gerak gerik wanita itu selalu dalam pengawasannya.

"Menurutmu apa aku harus pulang saat istriku sendiri lebih senang aku nggak pulang," jawab Hiro dengan sinis.

"Ya, aku lebih senang kamu nggak pulang dan berharap kamu nggak pulang selamanya," balas Selia kemudian mematikan sambungan telfon tersebut dan menghembuskan nafas kasar.

Berbicara dengan Hiro selalu membuatnya kesal. Apa yang pria itu katakan sangat menyinggung dirinya.

Bergegas Selia menuju balkon saat mendengar deru suara mobil yang baru saja datang dan Hiro keluar dari mobil itu. Rupanya saat menjawab panggilan telfon dari Selia Hiro sedang dalam perjalanan menuju rumah.

"Hiro," gumam Selia kemudian bergegas keluar dari kamar berniat menghampiri pria itu namun Harry lebih dulu menghadang Hiro yang akan menaiki tangga.

Kedua pria tampan itu saling berhadapan dengan wajah lebam dan sorot mata penuh permusuhan.

"Aku minta lepaskan Selia dan biarkan dia bahagia bersamaku," pinta Harry menatap dingin Hiro yang tersenyum sinis padanya.

"Melepaskan Selia dan membiarkan dia bahagia bersamamu itu nggak mungkin terjadi. Selia adalah milikku dan selamanya dia akan menjadi milikku!" tegas Hiro.

"Tapi dia nggak mencintai kamu, Hiro, dia nggak bahagia sama kamu," kata Harry.

"Bahagia atau nggaknya semua itu tergantung Selia yang menjalaninya. Semakin dia menolakku maka semakin dia merasa nggak bahagia," balas Hiro kemudian berlalu meninggalkan Harry yang mengepalkan kuat tangannya.

Hiro menatap datar pada Selia yang menyaksikan perdebatan dirinya dan Harry dan memilih menuju kamar untuk berganti pakaian dan beristirahat.

Sementara Selia hanya terdiam meresapi perkataan Hiro pada mantan suami yang masih ia cintai. Ia memang menolak Hiro namun penolakannya bukan tanpa sebab.

Pria itu sudah menghancurkan rumah tangganya dan ia membenci pria itu. Membenci apapun tentang pria itu meski ia tidak mengerti mengapa hati kecilnya berkata lain.

*

*

Apa yang Hiro impikan selama ini akhirnya tercapai. Setelah menikahi Selia seminggu yang lalu dan menjadi suami wanita itu kini ia resmi menduduki posisi CEO diperusahaannya.

Sesuatu yang sangat membanggakan bagi dirinya bisa menempati posisi tertinggi di perusahaan.

Rapat penting perusahaan pun digelar untuk membahas struktur organisasai dan Hiro merubah beberapa orang yang menduduki jabatan di bawahnya menarik Selia menjadi sekretarisnya dan meminta Harry yang menempati posisi Selia.

"Kembalikan aku keposisi sebelumnya, Hiro. Aku nggak mau jadi sekretaris kamu," protes Selia masuk ke dalam ruangan Hiro.

Hiro duduk bersandar di kursi kebesarannya dan menyeringai pada Selia yang tengah protes padanya.

"Apa kamu keberatan karena posisi sekretaris lebih rendah dari posisimu sebelumnya?" tanya Hiro.

"Ini bukan karena tinggi rendahnya jabatanku tapi aku nggak mau kerja bersama kamu. Kamu sengaja kan menempatkan aku di posisi sekretaris agar kamu bisa terus bersama aku dan menjeratku?" tanya Selia.

Hiro bertepuk tangan bangkit dari duduknya dan menghampiri Selia yang berdiri didepan meja kerjanya.

"Seratus buat kamu, Selia, tebakanmu benar sekali," kata Hiro mengitari Selia yang mengepalkan kuat tangannya dan menatap benci pada Hiro.

Ia terus menghindari Hiro namun pria licik itu memiliki banyak cara untuk menjeratnya dan membuat dirinya sulit menolak pria itu. Semakin ia menolak Hiro semakin kuat juga pria itu menjerat dirinya.

Bukan hanya urusan pekerjaan namun juga urusan ranjang. Hiro selalu berhasil membuatnya terbuai dengan sentuhan pria itu.

Hiro mengabaikan tatapan Selia lalu menarik pinggang wanita itu dan mencium begitu dalam.

*

*

Jangan lupa dukungannya ya.. 😍