Gadis Miskin Milik Tuan Grey

Grey bersikukuh ingin tetap tinggal di dalam ruang kerjanya, ia sengaja ingin melihat Lucia bekerja. Namun sayang hal itu tidak terjadi, rupanya Lucia sudah tugas di lantai lain, jadi atasanya menuruh tiga orang cleaning servis datang untuk membersihkan ruangan CEO baru di perusahaanya.

Salah satunya ada Gea, dia dan dua teman wanitanya terkejut saat tau jika mereka salah paham dan mengira Adnan lah adik dari Nona Valen. Rupanya, pria tampan yang tengah sibuk membaca berkas di kursi kerajaannya.

“Huh.” Andan menghela nafasnya, untung sekarang Grey pokus pada pekerjaan dan tidak marah lagi atau menendang kakinya lagi karena Lucia tidak datang membersihakn ruangan itu.

Satu jam berlalu ruangan itu hamoir selesai di bersihkan, dan di ganti beberapa barang yang ada di sana karena Grey tak suka terlalu feminim.

Adnan tersenyum saat melihat Lucia datang ke ruangan itu sambil membawa nampan berisi satu cangkir kopi, Lucia pun menunduk pada Andan untuk memberi hormat.

“Tuan, saya taro di sini kopinya. Sil—“

“Cia, di sana orangnya.” Cegah Gea karena tadi pria itulah yang menyuruh Gea membuatkan teh, karena saking sibuknya Gea menyuruh orang lain kebetulan Lucia yang baru selesai dengan pekerjaannya.

“Iya, simpanlah di atas meja CEO baru kita.” Ucap Adnan, Lucia diam wanita itu nampak berpikir.

Gea yang hendak mengelap meja kecil di samping Lucia oun langsung berbisik karena Lucia juga mungkin saja bingung seperti dirinya yang salah mengira orang.

“Aku ternyata salah informasi, cepat letakan di meja CEO kita, nanti dia keburu emosi.” Bisik Gea, Lucia pun mengangguk dan membawa nampan itu menuju meja besar yang di pakai CEO barunya.

Sejak tadi ia menunduk, saat hendak mengangkat kopi dan menyimpanya di meja Lucia seketika kaget saat pandangan matanya tak sengaja menangkap sosok pria di depannya.

Tangan Lucia bergetar hebat dan menimbulkan suara dari cangkir yang ia pegang sampai kopi itu tumpah-tumpah.

“Lucia.” Panggil Gea, ia takut tumpahan kopi itu mengenaik berkas yang ada di atas meja.

Mendengar nama orang yang sangat ia kenal, Grey pun menoleh ke samping di mana Lucia dan Gea berdiri.

Prang!

Cangkir itu terjatuh di atas lantai, Gea yang sedang mengelap tumpahan kopi pun ikut menatap ke arah cangkir yang terjatuh.

“Cia?!” Panggil Grey, pria itu berdiri dan menghampiri Lucia. “Kamu gak apa-apa?” Tanya Grey sambil menyentuh kedua tangan Lucia dengan hawatir.

Gea terdiam seketika melihat reaksi dari CEO barunya itu, yang lebih terkejutnya lagi pria itu menggenggam tangan sahabatnya.

“Cepat bersihkan, lalu keluar kalian.” Ucap Grey, ketiga cleaning service itu bergegas membersihkan kekacauan yang di buat Lucia.

Lucia hendak turun untuk berjongkok berniat membersihkan apa yang sudah ia lakukan, namun Grey menarik tangan Lucia untuk duduk di atas sofa.

“Cepat.” Ucap Adnan, ia tidak mau ketiga orang itu melihat interaksi tuannya dengan Lucia di hadapan ketiga pegawainya itu.

Gea dan kedua temanya bergegas keluar, sementara Lucia wanita itu masih terdiam dengan tubuh yang bergetar.

“Cia, apa tanganmu kena air panas?” Tanya Grey, namun ia tak dapat melihat luka di tangan wanita itu. Tapi anehnya Lucia tetap berdiam diri.

Lucia menarik tanganya sendiri, agar tidak bersentuhan dengan Grey. “Se-sedang apa di sini?” Tanya Lucia terbata, ia sudah bisa menebak jika mungkin saja benar kalau Grey adalah CEO baru di tempat itu, mamun ia tak akan percaya sebelum Grey sendiri yang mengatakanya.

“Bukanya kamu nyuruh aku kerja, aku kan sudah bilang kalau aku memang punya pekerjaan.” Jawabnya dengan percaya diri.

“Jadi kamu adik dari Ibu Valen?” Tanya Lucia untuk memastikan.

Grey mengangguk. “Bagaimana kamu tau?” Tanya Grey, karena tidak ada orang yang tau jika dirinya sudah pulang ke indonesia, tak ada juga yang tau jika dialah adik satu-satunya Valen termasuk satu-satunya penerus kerajaan bisnis sang ayah.

Lucia seketika berdiri. “Maaf tuan, saya pamit untuk kembali bekerja.” Ucap Lucia, wanita itu bahkan menunduk hormat pada pria yang pernah tidur dengannya itu.

“Tunggu! Kenapa kamu bertingkah aneh?” Tanya Grey, karena biasanya Lucia tidak sehormat ini pada dirinya, apa karena kini Lucia tau siapa diirnya.

Lucia tak mendengarkan ucapan Grey, dia bergegas pergi meninggalkan ruangan itu.

“Lucia!!” Teriak Grey saat membuka pintu yang tadi sempat tertutup karena Lucia.

Adnan menahan tubuh Grey. “Maaf Tuan, kita harus rapat.” Tahan Andan karena ini adalah rapat jajaran atas, ini hari pertama Tuannya bekerja sebagai CEO, ia harus mengenalkan diri, visi dan misinya di rapat penting pertamanya.

“Aishh!!” Pekiknya sambil menendang kaki Adnan dengan kesal.

Sementara Lucia, wanita itu kini duduk di pojokan di ruang ganti khusus wanita. Kaki nya terus bergetar tidak karuan, ia juga menggigit-gigit kuku ibu jarinya.

.

To be continued…