NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Jangan lupa follow vote and Coment 💜

Love dulu buat part ini ♥️

Selamat membaca kesayanganku 🤗

***

Ketika Naomi masuk ke rumah Yudistira, ia dikejutkan dengan beberapa foto yang berjejer di dinding. Ia kira tadi foto Presiden yang sering ia lihat di dinding kelas mengingat pakaian dan backgroundnya sama. Ternyata itu

foto Yudistira dan keempat adiknya yang bergaya ala Presiden.

“Udah cocok belum jadi presiden?” Nakula tiba-tiba muncul mengagetkan Naomi.

“Ah itu udah kok.” Jawab Naomi sekenanya walau di dalam hati ia tertawa.

“Foto ini ide si Bima. Keren parah sih berasa jadi Presiden dan jajaran kabinetnya.” Naomi kembali melihat ke lima foto tersebut. Ia tertawa kecil.

Naomi menatap sekeliling mencari keberadaan Yudistira. Ia baru sadar jika cowok itu tidak bersama dengannya. Padahal tadi mereka masuk bersama.

“Cari Kak Yudis?”

“Eh iya.”

“Tadi ke dapur. Susulin aja!” Naomi menatap Nakula ragu. Ini kali pertama ia masuk ke dalam rumah Yudistira. Bukannya tidak sopan.

“Santai aja anggep rumah sendiri. Lagian bentar lagi bakal jadi Kakak ipar.” Perkataan Nakula membuat pipi Naomi bersemu kemerahan. Ia jadi malu. Pasti orang-orang berpikir jika ia memiliki hubungan dengan Yudistira.

“Iya Kak.” Naomi melangkah menuju dapur sesuai arahan Nakula.

Ketika ia sampai di dapur, Naomi terkejut mendapati ibu Yudistira. Ia merasa canggung. Sedangkan orang yang ia cari tidak ada. Naomi melangkah dengan ragu menghampiri wanita dewasa tersebut.

“Kamu pasti Naomi,” langkah kaki Naomi terhenti. Ia heran bagaimana Kalila tahu namanya.

“Yudis sering cerita tentang kamu.” Naomi salah tingkah mendengar itu. Ia tidak menyangka jika bosnya akan menceritakan tentang dirinya. Kalila tersenyum hangat, lalu menuntun Naomi untuk mendekat.

“Tante mau bikin kue?” tanya Naomi berusaha untuk membaur.

“Nakula sama Sadewa dari kemarin rewel minta brownis sampai pusing kepala Bunda.”

“Naomi boleh bantu Tante?”

“Boleh dong, panggil Bunda aja biar akrab.” Naomi tersenyum canggung, lidahnya terasa kelu. Bagaimana mungkin ia bisa memanggil Kalila dengan sebutan Bunda? Bukankah ini sudah terlewat jauh.

“Iya, Bun.”

“Kamu udah kenalkan sama adik-adiknya Yudistira?”

“Udah Bun.” Rasanya canggung sekali, tapi Naomi tetap memaksakan diri. Sekarang ia sedang menyiapkan beberapa peralatan untuk membuat adonan kue.

“Mereka nggak gangguin kamu kan?”

“Enggak kok Bun, Pandawa baik sama Naomi.”

“Syukurlah. Kadang Bunda sampai mau masuk rumah sakit, kalau nakalnya mereka kumat. Dulu Bunda pernah dipanggil ke kantor polisi gara-gara kelima anak bunda ketangkep balapan liar.”

Naomi jadi membayangkan bagaimana repotnya Kalila mengurus Pandawa. Ia seperti menemukan sosok ibu idaman di dalam diri Kalila. Andai saja ibunya seperti Kalila. Mata Naomi berubah sendu. Ia sedih karena tidak

memiliki kesempatan untuk dekat dengan ibunya.

“Kamu sakit?” Tiba-tiba Kalila mendekat ke arah Naomi. Ia terkejut melihat darah keluar dari gadis kecil itu.

“Enggak Bun.”

“Tapi hidung kamu berdarah.” Naomi dengan cepat menyentuh hidungnya. Benar ada darah tapi tidak sebanyak biasanya. Ia langsung membersihkan diri di wastefel. Kalila mengambil handuk untuk membantu Naomi membersihkan noda darah tersebut.

“Kamu beneran nggak kenapa-kenapa?”

“Naomi cuma kecapean aja bun.”

“Periksa sama bunda besok gimana? Kalau didiemin bisa bahaya. Apalagi udah mimisan gini, takut ada masalah yang serius,” Kalila khawatir, dulu ia pernah berada di posisi yang sama dengan Naomi. Ia memiliki penyakit

yang mematikan.

“Nggak usah Bun, Naomi baik-baik aja. Cuma kecapean aja.”

“Kamu sering mimisan gini?” Kalila curiga jika ini bukan kali pertama. Naomi terdiam, ia tidak bisa berbohong. Ia hanya bisa mengangguk.

“Yudistira tahu hal ini?”

Naomi menggelengkan kepalanya, “Jangan kasih tau Kak Yudis, Bun.” Naomi jadi panik. Ia tidak mau menambah beban cowok itu lagi. Cukup segala kehidupannya ditanggung oleh Yudistira. Penyakitnya ini biarlah jadi urusannya sendiri.

Kalila terdiam sebentar, ia menatap Naomi sedih. Yudistira sudah menceritakan semua tentang Naomi. Mulai dari ayahnya yang meninggal, ibu dan kakak yang tidak peduli dengan gadis itu dan kesulitan uang yang dialaminya.

Ia iba bagaimana gadis sekecil ini bisa bertahan hidup dengan keluarga toxic seperti itu?

“Bunda nggak bakal bilang sama Yudistira. Tapi, kamu harus mau berobat sama bunda besok.” Kalila tidak ingin penyakit Naomi semakin memburuk. Ia harus mendapat penanganan yang cepat. Sebelum hal yang buruk terjadi. Ia akan menolong, selagi bisa.

Naomi diam menatap Kalila. Kali ini ia tidak punya pilihan untuk menolak.\ Yang penting Yudistira tidak tahu mengenai penyakitnya. Naomi mengangguk tanpa sadar menyetujui keinginan Kalila.

“Siapa yang sakit?” Suara Yudistira membuat kedua orang itu kelagapan.

Yudistira muncul dari kamar. Ia sudah mengganti seragamnya dengan pakaian yang santai. Ia menatap keduanya curiga. Kenapa Kalila mengajak Naomi berobat? Apa ada yang disembunyikan darinya?

“Ah itu Bunda cuma mau ngajak Naomi kontrol di rumah sakit. Ayah nggak bisa nemenin.”

“Iya Kak, aku mau nemenin Bunda. Kasian kalau sendiri.” Naomi ikut berbohong. Ia tidak ingin penyakitnya terbongkar.

Yudistira yang awalnya curiga. Jadi percaya setelah mendengar ucapan Naomi. Siapa tahu setelah ini Bunda dan Naomi jadi lebih akrab.

“Oh. Yudis kira Naomi sakit,” ia sedikit lega karena Naomi baik-baik saja.

“Kamu mending ke depan aja. Adik-adik kamu nyariin.” Kalila berusaha mengusir Yudistira. Agar tidak menganggunya dengan Naomi.

“Paling nyariin minta duit Bun. Mending Yudis disini aja bantu bikin kue," ia ingin menghabiskan waktu bersama Naomi.

“Memang kamu bisa bikin kue? Masak air aja nggak bisa. Bunda sampe bingung, bikin cafe kok nggak bisa masak.” Yudistira cemberut mendengar kalimat terakhir ibunya. Memang kalau jualan kulkas harus juga bisa bikin

kulkas. Sekarang itu yang penting bisa mengelola dan punya uang. Pasti bisnis apapun akan lancar.

“Udah sana ke depan aja! Bisa meledak dapur bunda kalau kamu ikut masak.” Naomi tertawa kecil melihat pertengkaran ibu dan anak tersebut. Ia iri dengan keluarga yang dimiliki Yudistira. Betapa beruntungnya cowok itu

terlahir dengan keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang.

“Tapi Bun, Yudis mau belajar masak kok.”

“Alah alasan biasanya aja diajak nggak pernah mau. Mending urusin adik-adik kamu. Tanyain udah pada makan siang belum.”

Yudistira mengalah, dengan lemas ia beranjak dari dapur. Namun sebelum pergi. Ia masih sempat untuk membisikkan sesuatu yang membuat Naomi malu setengah mati.

“Anggep aja Bunda aku itu ibu mertua kamu.”

***

Gimana part ini?

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!