Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LUKA BARU
"Ada, om Lo?"
Pertanyaan dari Raya membuat Tasya tersentak. Karena terlalu memikirkan soal apa yang dilihatnya tadi, Tasya sampai lupa kalau sang sahabat menunggunya tidak jauh dari ruangan dosen.
"Ah, iya, ada. Hehe." Tasya menjawab dengan gugup.
Gadis itu tanpa sadar menggaruk kepalanya sendiri. Sementara Raya memandangi Tasya dengan tatapan keheranan.
"Lo kenapa, sih? Keluar dari ruangan dosen Lo jadi aneh. Bilang ke gue, Sya. Lo kenapa?"
Tasya menggigit bibir bawahnya. Dia semakin gamang. Kalau dia menceritakan apa yang dia lihat barusan, dia yakin itu akan memperburuk hubungan Raya dengan Bagas.
Tapi ...
Kalau dia tidak menceritakan apa yang dilihatnya, dia tidak akan merasa tenang. Tasya sendiri geram dengan tingkah Bagas. Jelas-jelas statusnya suami Raya, tetapi dia dengan seenaknya bermesraan dengan wanita lain. Apalagi dia tahu pasti, bagaimana sang dosen memperlakukan sahabatnya.
"Gu-gue sebenarnya melihat sesuatu, Ra. Tapi gue ragu buat ngomong sama Lo. Gue takut Lo nganggep gue kompor." Tasya berucap takut-takut.
Kalimat yang baru saja keluar dari mulut Tasya jelas menarik perhatian Raya. Wanita itu yakin, apa yang akan disampaikan oleh sahabatnya pasti berhubungan dengan Bagas. Raya masih belum bisa memaafkan suaminya soal yang kemarin. Kalau sampai hari ini dia mendapatkan berita baru lagi, mungkin Raya akan melakukan sesuatu yang lebih nekat dari kemarin.
"Bilang ke gue, Sya. Apa yang Lo tau? Gue nggak akan nganggep Lo kompor atau apa. Karena gue tau, apa yang Lo lihat pasti itu emang beneran kejadian."
"Tadi, pas gue masuk ke dalem, gue kan langsung nyelonong aja. Kebetulan meja om gue deket pintu. Pas gue masuk, gue lihat pak Bagas meluk pacarnya. Kali ini dia yang meluk, Ra. Sambil ngelus punggungnya gitu. Pacarnya lagi nangis. Cuma gue nggak tau mereka lagi bahas apaan."
Hati Raya terasa berdenyut. Sakitnya melebihi yang kemarin. Dia yang statusnya istri Bagas saja sampai seperti pengemis meminta disentuh oleh suami sendiri, sementara Bagas justru memberikan sentuhan-sentuhan itu pada wanita lain. Raya tentu tidak bisa terima ini.
"Makasih udah kasih tau gue, Sya. Udahlah, Lo nggak usah ngerasa nggak enak gitu. Biar aja Bagas mau ngapain, itu hak dia. Dia bisa cari kesenangan dia, gue juga bisa lakuin itu. Gue nggak apa-apa. Ayo ke kelas," ucap Raya berusaha santai. Dia menarik tangan sahabatnya, dan membawanya ke arah kelas mereka.
Tasya menghentikan langkahnya, dia juga menghentikan Raya. Gadis itu menatap sahabatnya dalam. Dia tahu kalau Raya sekarang tidak dalam keadaan baik.
"Ra, Lo nggak usah pura-pura kuat. Kalo emang itu nyakitin Lo banget, Lo boleh nangis. Lo boleh teriak buat lepasin beban di hati Lo. Jangan ditahan. Gue nggak mau Lo sakit sendirian, Ra." Tasya mengucapkan itu dengan penuh penekanan. Mata gadis itu sampai memerah, ikut merasakan sakit yang sahabatnya rasakan.
"Gue baik-baik aja, Sya. Lo tenang aja," ucap Raya lirih, tetapi sorot matanya tidak bisa bohong. Wanita itu menyembunyikan lukanya.
"Lo bohong, Ra. Lo bohong. Lo sakit sekarang. Lo terluka. Kali ini, kalo Lo izinin gue, biar gue yang tampar pak Bagas buat ringanin rasa sakit yang Lo rasain."
Raya tertawa mendengar apa yang baru saja Tasya katakan. Dia memang tidak perlu meragukan kesetiaan gadis itu sebagai sahabatnya. Tasya rela melakukan apapun asal membuatnya tersenyum.
"Buat apa, Sya? Di sini gue yang salah. Gue yang ngotot buat mepetin pak Bagas, gue juga yang kegatelan minta dinikahin. Semua salah gue. Ini konsekuensi yang harus gue terima, kan? Gue tahu diri, kok. Ini semua bukan sepenuhnya salah pak Bagas."
Raya tersenyum, tetapi di saat bersamaan, air mata wanita itu juga jatuh. Sakit memang, tetapi di sisi lain Raya juga sadar kalau dia juga salah. Dia terlalu percaya diri untuk bisa meluluhkan hati Bagas. Padahal kenyataannya nol besar.
"Ra," panggil Tasya lirih. Dia menarik sahabatnya itu ke dalam dekapannya. Di sana Raya terisak.
Sepanjang jam pelajaran berlangsung, Raya fokus mencatat. Tidak sedetikpun pandangannya beralih ke arah di mana Bagas berada. Dia bahkan mati-matian menganggap kalau itu orang lain. Tanpa dia sadari, sesekali Bagas mencuri pandang ke arahnya. Dan sampai jam istirahat tiba, Raya tidak menoleh ke arah suaminya.
Raya tidak menyadari kalau Bagas menoleh ke arahnya sekali lagi sebelum keluar dari kelas.
"Ra, ke kantin yuk, gue traktir." Martin, teman sekelas Raya ise menawarkan traktiran.
Walaupun beberapa kali ditolak, pemuda itu seakan tidak pernah kapok untuk menawarkan lagi, dan lagi. Dia sudah lama menaruh hati pada Raya. Dia berusaha melakukan pendekatan yang hampir selalu sia-sia.
"Boleh. Kali ini biar gue yang traktir. Gue ajak Tasya, Lo ajak Hans ya biar rame." Raya mengajukan penawaran.
Martin yang selama ini sering ditolak tentu saja sangat senang mengetahui Raya menerima ajakannya. Tidak masalah tidak berdua, asalkan mereka bisa makan dalam satu meja yang sama.
"Oke, gampang soal itu. Makasih ya, Ray. Gue nggak nyangka kali ini Lo mau menerima ajakan gue buat makan bareng."
"Sama-sama," sahut Raya singkat, sekenanya.
Dia sebenarnya tidak peduli dengan Martin. Raya menerima ajakan dari pemuda itu hanya untuk menghibur diri. Setidaknya dia bisa melupakan masalahnya dengan Bagas sejenak dengan bersenang-senang bersama teman.
"Ra, Lo ngapain sih nerima ajakan Martin? Lo tau kan, dia suka sama Lo. Ntar dia ngerasa Lo ngasih kesempatan gimana?" Tasya tampak begitu khawatir saat mengetahui tentang itu.
"Gue cuma mau have fun sama temen-temen gue, Sya. Gue yakin Martin nggak sedangkal itu cara berpikirnya. Selama ini dia udah gue tolak, tetapi nyatanya dia tetap baik sama gue. Itu bisa jadi bukti kalo Martin nggak seburuk itu." Raya menyampaikan argumennya.
"Lo nggak mau coba buat ngomong sama pak Bagas aja?"
"Nggak perlu untuk sekarang. Gue masih pengen menenangkan diri. Kalo emang dia jodoh gue, dia nggak akan pergi ke mana-mana. Udah yuk ke kantin sekarang." Kali ini Raya yang menarik tangan Tasya. Gadis itu pun tidak keberatan. Dia akan selalu ada di samping Raya untuk keamanan sahabatnya itu.
Di kantin, Raya memesan banyak sekali makanan. Sudah menjadi ciri khasnya, dia akan makan banyak makanan di saat galau. Menurut Raya, dibanding menangis, makan banyak makanan favoritnya akan membuat hatinya jauh lebih baik.
"Kalian boleh pesan apa aja, nggak usah sungkan. Hari ini gue yang bayarin," ucap Raya dengan nada ramah.
"Makasih ya Ra, traktirannya. Tadi gue yang mau traktir malah jadi Lo. Lain kali biar gue gantian traktir Lo, ya?"
"Santai aja, Martin. Kalo ada kesempatan boleh aja. Kamu juga Hans, jangan sungkan."
"Thanks, Ra. Kalo gini jadi enak, gue. Haha."
Mereka berempat kemudian asyik dengan makanan masing-masing. Sesekali mereka terlibat obrolan ringan, dan juga canda tawa. Tasya diam-diam memperhatikan Raya. Dia sedikit lega melihat sahabatnya itu bisa tertawa.
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd
jujur klo suami yg menghargai pernikahn pasti klo niaty mo nolong wanita ln aplg mlm2 hrsy ajk istriy.agr tdk ad kesalh pahaman.nah ini...org emang egois d maruk.maunya dptin semuany demi nama baik diriny sendiri