NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20

Suara celoteh bising para siswa terdengar memenuhi gendang telinga. Lantas mengalir menuju kiprah pikiranku yang penuh. Menciptakan emosi amarah yang tertahan.

"Muka kusutmu itu tidak akan membuat pak Azzam mendadak absen." Wajah Kai muncul ketika aku menengadah.

Perkara bentakannya tempo hari tidak menyebabkan kami berselisih dalam waktu lama. Ia langsung menjahiliku seperti biasa, satu hari setelahnya. Kai yang kami kenal kembali. Tidak menyisakan sedikit pun sosok pemarah bermata merah itu. Bahkan seolah hal tersebut tidak pernah terjadi. Kami berdamai begitu saja. Perasaan lega mengayomi. Sebab kala itu pikirku ia tak akan pernah menyapaku lagi.

"Apaan, sih," ujarku malas.

Belasan menit berlalu, seorang guru bertubuh gempal terlihat memasuki kelas. Langkahnya selalu cepat, seperti seseorang yang buru-buru menuju tempat tuduh ketika hujan tiba-tiba mengguyur.

Pandanganku menyapu seluruh isi kelas. Semua sudah hadir. Kecuali Niji. Ke mana pula gadis tinggi itu. Mana ada siswa SMP ini yang berani terlambat untuk masuk kelas pak Azzam. Mungkinkah Niji sakit? Atau sebentar lagi ia akan datang?

Namun hingga pelajaran matematika yang mengerikan itu selesai, puluh hidung kecil Niji itu tidak nongol juga. Bahkan ketika pak Azzam membacakan absensi, tak ada yang tahu keterangannya. Tentu saja, kalau aku saja tidak tahu, apalagi yang lain. Orang terdekat Niji 'kan aku. Orang yang letak rumahnya paling dekat dengan Niji 'kan juga aku.

Pucuk hidung yang terlebih dahulu muncul justru milik Yoru. Ketika dalam perjalanan pulang dari sekolah selepas turun dari angkot. Kali ini Yoru tidak mengenakan kemeja krem lusuh itu karena ia mengenakan seragam. Tak dapat dipungkiri, rasanya lega melihatnya hanya sendirian tanpa gadis manis yang ramah itu lagi. Ya, walaupun sebenarnya aku baru satu kali bertemu dan melihat Yoru bersama gadis itu. Aku tak tahu bagaimana awalnya, tapi relung hatiku meronta dan memberikan makna bahwa nyatanya aku sedang cemburu.

Bangunan sekolah Yoru terlihat masih dipadati para siswa. Letaknya masih di dalam desa. Sedangkan sekolahku berada di desa yang berbeda sehingga memerlukan transportasi untuk ke sana.

Kami berjalan sejajar, namun ia langsung mempercepat langkah panjangnya. Melihat itu, aku mencoba menyusul dengan setengah berlari hingga mampu menyejajarinya lagi. Lelaki itu membuang wajah. Kemudian memelankan langkahnya. Membiarkanku berlahan di samping dengan jalan satu meter. Lumayan jauh.

"Dasar anak haram!" ketus seorang siswi yang berjalan cepat melewati tengah-tengah kami sambil memandang Yoru.

Yoru tak bereaksi apa pun. Dianggap angin lalu. Ia pasti habis berulah lagi di sekolahnya. Tiada habisnya. Namun, dipikir-dipikir. Aku ingin seperti Yoru. Tak pernah memasukkan ke hati semua pernyataan menyakitkan serta kasar kepadanya. Apalagi sekedar bentakan yang remeh-temeh. Jika siswi tadi membentak ke arahku, mungkin aku sudah menangis sebelum sampai rumah.

Kami masih berjalan dalam diam di jalanan luas dekat pematang sawah. Dua orang anak kecil berlari sambil memainkan roda sepeda bekas. Karena jumlahnya hanya satu, mereka memainkannya secara bergiliran sambil berlari.

"Hei!" Aku yang mengetahui gerak-gerik Yoru yang menghadangnya dua anak kecil itu langsung menarik ranselnya.

Aku berhasil membuat dua anak itu lolos. Mereka terlihat ketakutan sambil menoleh ke belakang. Tingkat kecepatan diubah. Melihat itu, Yoru mengejarnya hingga membuatku terpental karena masih menarik ranselnya.

Dua anak kecil itu menjerit ketakutan, seperti dikejar seorang penculik.

"Jangan, Yoru!" pintaku sambil berusaha berdiri.

Seragamku kotor oleh tanah liat.

Tanpa ampun, lelaki nakal itu merebut roda sepeda si anak-anak malang kemudian membuangnya ke belakang. Nyaris mengenaiku yang sedang berlari menyusul.

"Jangan, Yoru!" seruku dengan suara kencang. Sekali lagi menahan gerakannya dengan menarik ransel.

Banyak siswa-siswi dari sekolah Yoru yang lewat, tapi mereka tetap berjalan. Bukan karena tidak peduli, tapi mereka malas berurusan dengan Yoru. Mereka pasti sedang menatap aneh kepada seseorang yang entah datang dari mana, sudi berurusan dengan lelaki yang paling dihindari semua orang.

"Awas!" tegas Yoru sambil mendorongku karena melihat dua anak kecil berlari semakin jauh.

Langkah cepat Yoru langsung menyusul. Semakin jauh. Namun teriakan anak-anak malang itu terdengar melengking.

Aku ingin mengejarnya. Tapi sudah terlalu jauh. Kalau terkejar pun, hanya akan membuat Yoru melakukan hal yang sama. Menjatuhkan seorang gadis lemah sepertiku.

Ada seorang siswa dari sekolah yang sama dengan Yoru menarik dua anak kecil itu dan melindunginya dari depan. Lantas merentangkan tangannya di hadapan Yoru. Siapa dia? Apakah orang gila kedua setelah diriku.

Yoru tak peduli dengan lelaki itu. Ia bisa langsung meraih tubuh salah satu anak malang itu dari celah yang tersedia. Ya, dengan hanya merentangkan tangan seperti itu tentu membuat siapa pun bisa menerobos pertahanan lawak seperti itu.

"AAAA!" Aku menjerit kencang melihat kepala salah satu anak itu ditendang Yoru. Satunya lagi berhasil kabur.

Lelaki yang berusaha melindungi anak-anak itu mendorong dada Yoru. Sepertinya akan terjadi pertengkaran.

"Dasar banci! Bisanya mukul anak kecil yang lemah!" Suara lelaki itu mulai jelas seiring dengan semakin dekatnya jarak mereka.

Tangan Yoru meraih lengan kurus bocah yang habis ditendangnya. Lelaki di sebelah meraih tangan satunya.

"Lepas!" seru lelaki itu. Dari dekat aku melihat mata yang berwarna coklat muda. Kulitnya lebih putih dari Yoru.

Belum sempat sempat di anak kecil bernapas lega, Yoru tiba-tiba langsung memukul wajah anak malang itu dengan telapak tangannya yang terbuka. Seperti sedang menepuk nyamuk.

"UDAH, YORU!" Aku langsung memeluk anak kecil yang menangis kencang itu.

Si lelaki bermata coklat terlihat kebingungan akan kehadiranku. Mungkin dia heran ada orang aneh lainnya yang mau berurusan dengan Yoru.

"Di mana orang tuanya? Seharusnya anak yang kabur tadi bisa memanggilkannya," ujarku dengan perasaan remuk.

"Kedua orang tuanya merantau jauh. Tak ia tinggal bersama neneknya yang sudah tua. Neneknya juga kurang memperhatikannya. Manusia busuk ini memanfaatkan itu karena ia tahu, tak ada tempat bagi anak ini untuk mengadu," terang si lelaki bermata coklat.

"Sialan!" umpatku tepat di depan wajah Yoru setelah berdiri usai melepas pelukan dari anak itu.

Tanganku sudah sangat gatal dan mendorong Yoru dengan sekuat tenaga yang aku bisa.

"Tidak punya hati! Manusia jahat! Pergi aja kamu sejauh-jauhnya!" bentakku pada Yoru yang tetap dengan ekspresi datar.

"Mundur dari sini. Jangan berurusan dengannya atau nanti kamu yang menjadi korban juga," ujar lelaki bermata coklat mengingatkan.

Tak sampai di sana, Yoru tiba-tiba malah menjambak rambut anak malang itu setelah berdiri usai aku mendorongnya sampai jatuh. Spontan, tanganku lagi-lagi seperti bergerak tanpa perintah. Tamparan keras mendarat tempat di pipi kanan Yoru. Lelaki bermata coklat langsung berdiri di depanku. Kenapa dia jadi siswa terakhir yang terlihat berjalan di sini? Kenapa sudah tidak ramai lagi?

"Aku tak tahu bagaimana melindungi kalian berdua. Sedangkan kamu menyaksikan sendiri bagaimana nasib anak malang ini," ucap lelaki bermata coklat membelakangi.

Yoru masih terpaku seperti patung.

"Sampingkan rasa ibamu terhadap anak ini. Pergi dan jangan pernah berurusan dengan lelaki kasar ini," tambah si lelaki bermata coklat.

Dhuakkk...

Tendangan keras mendarat di hidung si lelaki bermata coklat. Seperti kejadian kepada pak Addin waktu itu. Ketika Yoru marah karena kemejanya sobek. Artinya, saat ini, lelaki bermata coklat itu juga telah membuat Yoru marah. Tapi, ini tidak ada kaitannya dengan kemeja lusuh kesayangan Yoru.

"Dia selalu berurusan denganku. Dia temanku!" tegas Yoru kepada si lelaki bermata coklat.

Alasan tendangan itu muncul terjawab.

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!