NovelToon NovelToon
The Wait Gets Duda Elegan

The Wait Gets Duda Elegan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / spiritual / Duda / Cinta setelah menikah / Cinta Murni / suami ideal
Popularitas:116.6k
Nilai: 5
Nama Author: Naacha_Nadya

"Pasti Bapak juga gak percaya, kan kalo saya masih perawan?"

"Iya saya gak percaya! Sebelum saya menikahi kamu."
_____

Bagi Tasila, Gezze itu menyeramkan. Dia tidak seperti laki-laki baik yang Ia idam-idamkan selama ini. Dia seorang duda kaya raya yang isu-isunya sempat terkena kasus KDRT sebelum bercerai dengan mantan istrinya.

Tapi, dibalik itu Gezze adalah penyelamatnya. Lebih tepatnya mereka saling menyelamatkan satu sama lain.

Gezze menikahi Tasila bukan tanpa sebab melainkan ada sebuah rahasia yang membuatnya tertarik kepada gadis itu.

Begitupun dengan Tasila, walaupun Ia menerima Gezze pada awalnya karena keterpaksaan namun, pada akhirnya Ia pun mulai menjadikan Gezze sebagai sosok pelindungnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naacha_Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga Terbaik

Sehabis dari kantor Tasila memutuskan untuk menemui Dika di kediamannya. Ia pun sempat menghubungi Niki terlebih dahulu untuk menanyakan apakah kedua Kakak beradik itu ada di rumah dan ternyata keduanya sudah sama-sama pulang ke rumah. Mengetahui hal itu Tasila pun tanpa lama langsung bergegas menuju rumah keduanya.

Kini ketiganya sedang duduk di taman belakang rumah Dika dengan lesehan di rumput. Mereka dari dulu memang sering menggunakan tempat itu untuk bersantai.

"Kalo dari Agent Plam si gak pernah ngirim orang ke perusahaan Megan Steel. Dan aku yakin banget gak mungkin ada orang yang berani menghianati sumpah anggota. Pak Demian itu bukan orang yang bisa dikelabui. Dia akan bertindak tegas apabila ada pelanggaran yang dilakukan anggotanya."

"Iya aku tau Dik, tapi aku bingung aja kenapa bisa taktik yang aku pelajarin di Agent bisa digunakan laki-laki misterius itu?"

"Bisa jadi dia mantan Agent karena memang tahun ini ada beberapa anggota yang memutuskan untuk lengser. Kamu tenang ya Sil, aku janji bakalan selalu bantuin kamu terutama soal si laki-laki misterius ini." Tasila mengangguk mempercayai sahabatnya.

"Terimakasih banyak ya Dik, kamu emang sahabat aku yang paling baik,"

"Santai." Dika tersenyum smirk.

"Nik__"

Dika dan Tasila tertawa melihat gadis itu sudah tertidur lelap dengan posisi terlentang. Sepertinya gadis itu merasa terlalu bosan dengan obrolan dua orang dewasa di hadapannya hingga mengantuk.

Pukul 16:00 Tasila pun memutuskan untuk pamit pulang kepada Dika dan Niki. Kebetulan di rumah hanya ada mereka berdua saja, sedangkan orang tua Dika nampaknya masih belum pulang dari kantor.

"Beneran gak mau aku anterin?" Tanya Dika lagi.

"Gak usah deh Dik. Aku takutnya suami aku marah kalo aku pulang dianterin cowok. Gak papa ya?"

"Iya aku paham kok," Dika tersenyum tipis.

"Yaudah aku pulang dulu ya Dika, Niki."

"Hati-hati Kak Lala," Niki melambaikan tangannya.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam."

Tasila pun melangkahkan kakinya keluar dari gerbang rumah Dika. Ia melihat jika sore hari ini suasana jalanan komplek nampak ramai dengan anak-anak kecil yang sedang bermain. Mungkin karena sekarang sudah ada taman bermain panjang yang baru saja selesai dibuat dan diresmikan minggu kemarin.

Senyuman cerah pun terbit dari bibir merahnya melihat kebahagiaan para anak-anak itu. Ia jadi rindu masa kecilnya. Masa-masa dimana kedua orang tuanya masih ada dan selalu menemani setiap langkahnya.

Tidak peduli seberapa di bencinya sosok Papahnya di keluar besar, almarhum tak pernah membalas perlakuan tidak mengenakan yang dilakukan Kakak, adiknya maupun orang tuanya sendiri yang selalu membanding-bandingkan. Beliau orang yang sangat baik dan selalu memaafkan kesalahan orang lain seberapa besar pun kesalahan itu.

"Ih! Apaan si Tasila tuh gak boleh ikut! Boneka Tasila jelek gak level sama punya kita!"

Tasila kecil pun terbangun dari duduknya dengan raut murung. Ia pikir sepupu-sepupunya akan menerimanya ikut bermain boneka.

"Kakak, Tasila ikut Kakak main ayunan ya." Tasila menampilkan senyuman cerianya.

"Anak kecil gak boleh main ayunan nanti jatoh!"

Tasila kecil pun berbalik badan dan pergi dengan wajah murungnya. Tiba-tiba saja sebuah helikopter terbang di depannya membuat senyuman cerah kembali terbit dari bibir mungil itu.

"Papah sekarang jadi pilot helikopter, Tata mau naik tidak?" Sang Papah berbicara dengan nada dibuat-buat.

"Mau Papah." Tasila kecil pun meletakkan boneka bunny nya ke atas helikopter.

"Brum..." Sang Papah mulai melajukan helikopter tersebut.

"Ihh... Bukan blum Papah emangnya motol bunyinya blum. Yang benel itu wussss...." Sang Papah terkekeh melihat kelucuan putrinya.

"Ta, ayo makan dulu." Sang Mamah datang sambil membawakan makanan untuk Tasila kecil.

Tasila kecil yang nakal malah berlarian sambil membawa helikopternya tanpa mau mendengarkan perintah sang Mamah. Namun, sang Mamah tak menyerah Ia terus mengejar putrinya hingga sang putri mau memakan sesuap nasi yang dibawanya.

Mata Tasila berkaca-kaca mengingat kejadian itu. Ia benar-benar rindu dengan kedua orangtuanya. Dunia terlalu keras setelah mereka tiada. Ia menyesal disaat mereka masih hidup, Ia malah menyibukkan dirinya siang dan malam hanya untuk menyelesaikan misi.

Tasila tidak tau apakah perubahannya sekarang sudah bisa menebus dosa lamanya kepada Mamah dan Papahnya. Sedari dulu Mamah dan Papahnya sangat menginginkan Tasila untuk berpakaian tertutup dan mau belajar agama. Bahkan cita-cita Mamahnya, beliau ingin Tasila mengambil kuliah jurusan agama.

Saat itu Tasila sedang kuliah S1 dengan mengambil jurusan hukum dan satu fakultas juga dengan Dika. Tapi demi wasiat terakhir Mamahnya Ia terpaksa harus berhenti kuliah dan pindah kampus ke Institut agama dan tentunya mengambil jurusan baru.

Sedangkan wasiat dari Papahnya beliau ingin Tasila masuk pesantren dan, Tasila pun melakukannya. Walaupun sangat disayangkan Ia tidak bisa melihat raut bahagia kedua orangtuanya saat tau anak perempuannya yang dulu sangat garang ini sekarang sudah mau berubah menjadi perempuan muslimah sesuai aturan agama.

"Eh, Tasila. Dari rumah Pak Mugi ya?" Beberapa ibu-ibu yang tak sengaja berpapasan dengannya pun menyapanya. Ia ingat, mereka adalah ibu-ibu yang sering menjulidinya ketika pagi.

"Enggak Bu, saya dari rumah Niki." Balas Tasila dengan senyum tipisnya.

"Eh, eh Ta pungpung kamu disini kita mau nanya dong. Emang bener ya kamu udah punya suami? Katanya duda ya?"

"Iya Bu Alhamdulillah," Tasila menunduk.

"Kata Budhe mu suami kamu itu Gezze Sky ya mantan suaminya Felina Ayumi?" Tasila terdiam mendengar pertanyaan itu entah kenapa Ia rasanya malas untuk menjawab.

"Aku pernah denger beritanya katanya Felina Ayumi itu digebukin sama mantan suaminya sampe bonyok-bonyok."

"Tapi kok bisa ya mantan suaminya lolos dari tuntutan?"

"Orang kaya jeng. Ya jelas aja lah bisa lolos."

"Kamu gak papa Sil? Gak ada yang luka, kan badan kamu?"

"Saya permisi Bu. Assalamu'alaikum," Tasila yang sudah merasa tidak nyaman pun langsung berjalan cepat meninggalkan ibu-ibu tukang gosip itu.

"Wa'alaikumsalam."

"Ih, kasian ya Bu. Udah jadi perawan tua eh, gosipnya kan dia udah gak perawan makanya nutup diri. Eh... pas dapet suami duda! Mana pernah KDRT sama artis lagi."

Tasila yang masih bisa mendengar obrolan ibu-ibu itu hanya bisa menghela nafas. Ia berusaha tetap sabar dan tenang walaupun sejujurnya hatinya sangat sakit selalu diremehkan seperti itu.

****

Tasila mendudukkan dirinya di atas kursi depan meja makan seraya menuangkan air ke dalam gelas dan meminumnya hingga habis. Tasila terdiam melamun cukup lama hingga sebuah tepukan di bahunya mampu menyadarkan lamunannya bahkan tubuhnya sedikit mengejut.

"Astagfirullah Mas ngagetin aja." Tasila menoleh dan mendapati suaminya yang nampak rapih dengan baju koko, sarung dan pecinya.

Sepertinya laki-laki itu baru saja pulang jama'ah ashar dan dilanjut dengan pengajian makanya jam segini baru pulang.

"Aku tadi udah ngucap salam di depan tapi gak ada sahutan. Ternyata istri aku disini lagi ngelamun. Ngelamunin apa si hmm?"

"Mas... Aku mau nanya," Tasila memainkan jari-jari tangannya.

"Nanya apa sayang?" Gezze menarik satu kursi disamping istrinya dan mendudukkan dirinya disana.

"Mas ngerasa aku masih perawan atau gak semalem?" Gezze mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan sang istri.

"Masih dong sayang. Kalo kamu udah gak perawan gak mungkin kamu nangis." Gezze sedikit berbisik untuk kalimat yang terakhir.

"Ih! Ngeselin deh." Tasila mencebikan bibirnya malu.

"Biarkan orang mau berkata apa tentang kamu, fitnah-fitnah mereka akan menjadi keuntungan besar untuk kamu di akhirat nanti. Yang tau rasanya cuma Mas dan yang tau kebenarannya cuma Allah dan Mas saja."

"Rasa alpukat kali ya," grutu Tasila membuat Gezze terkekeh.

"Gimana informasi dari temen kamu?"

"Kata Dika Agent Plam gak ada ngirim orang ke perusahaan Megan Steel. Orang misterius yang ngikutin aku itu bisa jadi hanya mantan anggota yang telah lengser."

"Mas sebenarnya udah nyuruh Sidik buat nyelidikin tapi kata dia lumayan susah karena kita gak tau kilas identitasnya samasekali." Tasila mengangguk sambil memegangi dagunya.

"Mmm... Sebaiknya, kalo di rumah mending jangan ngomongin itu dulu. Kita juga perlu ketenangan dan kehangatan jangan biarkan masalah menguasai hati dan pikiran kita." Gezze meraih tangan kanan Tasila dan menggenggamnya.

Tasila memperhatikan wajah tampan suaminya dengan senyuman lembut. Ia bersyukur mendapatkan laki-laki baik seperti Gezze yang dapat merubah kehidupannya 180 derajat. Walaupun laki-laki itu sering kali mendapatkan tudingan buruk dan selalu dipandang sebagai penjahat dimata orang lain tapi, bagi Tasila, Gezze tetaplah orang yang paling berharga di dalam hidupnya. Ia beruntung dapat melihat sisi baik, sisi hangat, dan kelembutan suaminya.

"Makasih ya Mas," Tasila memeluk tubuh suaminya.

"Makasih kenapa sayang?"

"Sejak Mamah Papah meninggal aku gak pernah mendapatkan perlakuan baik dari orang lain. Pelukan hangat, genggaman erat, tutur kata lembut. Aku gak pernah mendapatkan itu semua dari orang terdekat aku. Hidup ku memang keras tapi lebih terasa kerasnya ketika Mamah Papah telah tiada. Aku sadar aku ini hanyalah perempuan rapuh yang butuh sandaran. Aku benar-benar gak nyangka bisa berada di titik ini bersama kamu Mas. Allah menjawab doa-doa ku dengan mengirimkan laki-laki yang mau menerima aku dengan segala kekurangan yang aku punya."

"Kamu istimewa sayang. Mas selalu menjadikan kamu perempuan paling berharga di hidup Mas"

"Udah Mas jangan muji-muji." Tasila semakin terisak haru dengan wajahnya Ia sembunyikan pada lengan kekar suaminya.

"Kasian istri Mas ingusan begini," Gezze terkekeh seraya mengarahkan tangannya untuk menghapus air mata yang membasahi wajah istrinya.

"Jangan pandang aku dari kecantikan ya Mas karena kecantikan bisa habis dan kamu akan merasa cepat bosan dengan ku, jangan pula dengan kepintaran karena sejujurnya aku tidak sepintar itu, dan jangan pula karena agama ku karena aku ini manusia, aku bisa khilaf dan berbuat kemaksiatan. Jangan pandang aku dari suduh pandang manapun tapi, pandanglah aku dengan keimanan mu karena dengan iman segala sesuatu pada diri kamu baik mata, pikiran, dan hati bisa terjaga kebersihannya.

Mata yang terjaga karena keimanan akan merasa sungkan untuk melihat sesuatu hal yang haram, Pikiran yang terjaga karena keimanan akan enggan memikirkan perbuatan yang haram, dan hati yang terjaga karena keimanan akan menolak bahkan secuil pun niat untuk dirinya melakukan perbuatan haram."

Gezze mengangguk-angguk faham memahami nasehat istrinya. Dalam masalah agama memang Ia harus belajar banyak dari sang istri.

"Jadi intinya apabila mata, hati, dan pikiran sudah terbiasa melihat sesuatu yang haram dan sudah terbiasa terlepas dari keimanan, ketika dia melihat sesuatu yang halal akan terasa biasa saja bahkan mungkin hambar. Dan dia akan terus mencari-cari apa yang dia inginkan dari perbuatan haramnya. Tapi tentu saja dia tidak akan merasa puas karena Allah tidak pernah meridhoinya. Yang ada Allah malah berpaling dan mendatangkan istidraj untuk orang-orang tersebut." Lanjut Tasila.

"Paham Pak CEO?"

"Paham Ustadzah." Gezze tersenyum hangat.

"Makasih ya atas nasehatnya. Mas jadi malu karena kamu yang ngajarin Mas."

"Saling mengajarkan Mas. Mas juga sering kok ngasih pelajaran hidup sama aku entah itu dengan ucapan ataupun tindakan Mas."

"Mas janji akan menerapkan apa yang kamu jelaskan tadi."

"Makasih Mas udah mau menghargai ucapan aku. Kamu keluarga pertama aku yang mau mendengarkan nasehat agama aku. Karena biasanya kalo aku nasehatin Desi, Budhe atau saudara-saudara aku yang lain mereka malah ngata-ngatain aku." Tasila tersenyum miris.

Gezze membelai pipi mulus istrinya dan menatapnya sedikit lirih. Ia benar-benar tidak tega melihat kesedihan yang tertahan pada tatapan mata istrinya.

Gezze sekarang faham kenapa Ia ditakdirkan untuk tetap hidup. Karena masih ada perempuan rapuh yang harus Ia dampingi dan beri kekuatan. Ia bersyukur dirinya masih punya takdir untuk bertemu dengan Tasila. Perempuan random yang kadang membuatnya tertawa karena leluconnya, membuatnya terharu karena kisah hidupnya, dan membuatnya merasa bertambah keimanan karena mendengar nasehat agamanya.

"Ze! Lo gila ya? Gue tau masalah hidup lo semakin berat sejak meninggalnya Mamah Papah lo tapi, lo pikirin juga nasib lo. Lo itu harapan untuk Mamah Papah lo! Mereka nitipin perusahaannya sama lo! Kalo bukan lo yang ngurus siapa lagi? Kakak-kakak bajingan lo? Lo tega biarin perusahaan kedua orang tua lo berantakan dan di rusak sama mereka Ha?" Omel Sidik.

Gezze menunduk menatap bawah gedung yang cukup tinggi itu. Entah kenapa hatinya merasa gemetar melihat itu setelah Sidik memberikan siraman rohani untuknya.

"Ya terserah kalo lo mau lanjutin. Palingan kalo tuhan gak nakdirin lo mati sekarang, lo bakalan cacat seumur hidup!"

"Mas? Kok bengong?" Gezze mengerjapkan matanya dan menatap sang istri dengan sedikit linglung.

"Eh, maaf Mas cuma terharu aja."

"Yaudah Mas aku mandi dulu ya udah kerasa lengket." Tasila pun beranjak dari duduknya.

"Mau Mas temenin?" Goda Gezze mengedipkan satu matanya.

"Issh... Apaan si Mas, dasar mesum!" Tasila mengambil kemeja Gezze yang baru kering di atas jemuran kecil dan dengan kesal melemparkannya ke arah laki-laki itu hingga menutupi seluruh wajahnya.

Gezze tertawa seraya menyingkirkan kemeja yang menutupi wajahnya itu.

1
Vitha Vivi
Luar biasa
FeVey
cerita yang menarik, good job author🥰
Reza Muna
Luar biasa
Marya Dina
udh keluar judul ya aku disini istriku.
Puguh Suryanto
spill judulnya kak
Fenny: Judulnya
total 1 replies
ariyan
lanjut Thor......knp tega bgt di Ahir di kasih bawang,anda jahat thor
Tina Ajay
semoga Kean bisa menjadi pengganti untuk sandaran tasila
Ihda Rozi
d dunia novel itu mengharukan tdk seperti dunia nyata kebanyakan suami ninggal bukan sedih mlh sibuk nyari pengganti 🤔
Asri Iqrok
keren.. ayo cepetan sembuh.. kean jadi pengganti gezze
jaran goyang
𝒑𝒂 𝒌𝒉 𝒏𝒊 𝒄𝒖𝒎𝒂 𝒕𝒓𝒊𝒌 𝒎𝒖 𝒛𝒆𝒆𝒆...𝒑𝒖𝒓𝒂 𝒏𝒈𝒍 𝒈𝒕.... 𝒂𝒏𝒆𝒉 𝒚𝒂.... 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒖𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒆𝒕
Elen Gunarti
knp hrs meninggal sih Thor 😭😭 ,, kan blm bhgia ,pya ank ,udh meninggal
Nenden Lasminingsih
Thor mengapa harus meningggal mas geze nya?sedih banget,,nyesek dech
Diah Darmawati
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
ariyan
banyak mengandung bawang /Sob//Sob//Sob//Sob/
Matcha
Woe siapa yang naro bawang disini/Grimace/
jaran goyang
𝒈𝒐𝒐𝒅... 𝒖𝒅 𝒂𝒒 𝒕𝒆𝒃𝒂𝒌 𝒌𝒏...𝒅𝒊𝒌𝒂 𝒍𝒉 𝒐𝒓𝒈 𝒏𝒚.... 𝒔𝒊𝒍𝒂 𝒌𝒂𝒖 𝒕𝒓𝒍𝒍 𝒍𝒐𝒏𝒈𝒐𝒓𝒓𝒓.... 𝒑𝒓𝒄𝒚 𝒔𝒎 𝒏𝒚
Ihda Rozi
lanjut
Elen Gunarti
double up thor 👍 tiap hri
Kamiem sag
kasihan Kean
Elen Gunarti
lnjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!