ICE LOTUS SAINT

Wajah tetua Lu terlihat jelek dan jelek, sejak beberapa hari yang lalu pria tua itu terlihat sangat kesal, tiga orang tetua terus saja membuntutinya, mereka bahkan berkali-kali beradu mulut sambil beradu tinju, hingga akhirnya membuat pria tua itu mengeluarkan ember yang berisi madu lebah merah, dan saat ini hanya tersisa seperempat bagian untuknya.

Hal itu tentu saja membuat dia sangat tidak bahagia, awalnya tetua Lu berhasil merampok 1 ember besar, namun karena kelalaiannya, 3 orang tetua yang lain melihat, hingga akhirnya mau tak mau mereka saling berebut dan berbagi rata.

"Pria tua bau, sepertinya kau sangat kesal?" tanya Shen Jiewen sambil mendudukkan dirinya di samping tetua Lu.

"Tentu saja, para biadab tua itu telah merampok pria tua ini, aku benar-benar sangat miskin sekarang. Bocah bau, cepat keluarkan lagi 1 ember madu lebah merah," jawab tetua Lu sambil menengadahkan tangannya di depan Shen Jiewen.

"Bagaimana mungkin aku bisa memberikannya? Aku hanya mendapatkan 3 ember dan sudah dibagi-bagikan," jawab Shen Jiewen sambil mengangkat kedua bahunya.

Mata tetua Lu langsung melotot, "Bocah, kau memainkan trik yang sama lagi! Aku yakin, janggut pria tua ini akan rontok karenamu!"

"Bagaimana bisa janggutmu begitu rapuh? Sepertinya aku harus segera memanggil putri ketiga, supaya dia memikirkan cara untuk menguatkannya! Atau kau mau aku membawakan peti mati untukmu?" tanya Shen Jiewen sambil menaik turunkan alisnya.

"Bocah sialan! Berani sekali kau mempermainkan pria tua ini! Aku benar-benar miskin, kau harus memikirkan cara untuk mendapatkan madu lebah merah lagi untuk pria tua ini, atau kau akan melihatku terus layu sepanjang hari!" jawab tetua Lu sambil menghembuskan nafas tak berdaya

"Astaga pria tua bau, apakah kau berpikir bahwa hidupmu seperti bunga?" tanya Shen Jiewen sambil menunjukkan wajah terkejut.

Tetua Lu mendengus, "Bocah bau, kau benar-benar serigala berbulu domba, aku yakin di cincin penyimpananmu masih banyak madu lebah merah. Kenapa kau begitu pelit pada pria tua miskin ini? Ayo cepat keluarkan!"

"Bagaimana kau mengatakan bahwa dirimu miskin? Cincin penyimpananmu memiliki banyak koin emas, sedangkan cincin penyimpananku benar-benar kosong. Tidakkah kau berfikir untuk memberikanku beberapa rumput roh dan juga buah-buahan berharga? Sepertinya itu cukup untuk mengobati kesedihanku," jawab Shen Jiewen, wajah pemuda itu terlihat memelas dan penuh keluhan.

Tetua Lu langsung berpunuk, "Bocah bau, apa kau berpikir aku akan tertipu oleh wajah layu mu? Kau sebenarnya seorang leluhur kecil yang sangat licik!"

Shen Jiewen menarik nafas tak berdaya, "Bagaimana mungkin pria muda sepertiku disebut sebagai leluhur kecil? Kau keterlaluan! Hatiku ini sangat rapuh!"

Tetua Lu hanya mengerutkan kedua alisnya sambil menyipitkan mata, "Kau benar-benar menyebalkan! Aku tidak ingin bermain lagi!"

"Hei pria tua bau! Jangan mencuri kata-kataku!" teriak Shen Jiewen.

"Bocah bau, pria tua ini belajar berperut hitam darimu. Kau tidak boleh terlalu pelit!" jawab tetua Lu sambil menatap garang ke arah Shen Jiewen.

Beberapa orang murid sekte yang menonton hal itu hanya bisa menepuk kening mereka, Shen Jiewen sangat tidak tahu malu, namun tetua Lu juga memiliki wajah yang tebal. Keduanya memang benar-benar sangat klop, mereka bahkan tidak terlihat seperti guru dan murid, namun seperti kucing dan tikus.

"Apakah kalian ingin bertaruh? Menurut kalian, siapa sebenarnya yang lebih tidak tahu malu? Apakah Shen Jiewen atau tetua Lu?" tanya salah seorang murid sekte sambil melirik ke arah rekan-rekannya.

"Aku tidak yakin, keduanya memiliki wajah yang sama tebal!" salah seorang murid menjawab sambil mengangkat kedua bahunya dengan acuh tak acuh. Murid yang lain hampir saja menyemburkan tawa.

"Melihat kegigihan tetua Lu untuk merampok madu lebah merah milik Shen Jiewen, aku yakin jika pria yang paling tak tahu malu itu adalah yang lebih tua!" jawab murid yang lain.

"Heh! Apa yang kalian katakan? Menurutku mereka hanya memainkan trik babi yang memakan harimau."

"Ups!" murid-murid itu langsung tertawa terbahak-bahak setelah mendengar jawaban terakhir dari salah seorang rekannya. Bagaimana bisa Shen Jiewen dan tetua Lu dikatakan memainkan trik babi yang memakan harimau? Bahkan sejak tadi babi itu terus saja merengek, namun tak mampu untuk mengangkat cakarnya apalagi untuk menggigit harimau.

Mata tetua Lu dan Shen Jiewen langsung berkilat dingin, kedua orang pria berbeda usia itu segera melirik ke arah tempat persembunyian murid-murid sekte surga suci.

"Penyelundup!"

"Idiot!"

Setelah memuntahkan kata-kata kasar, kedua orang pria berbeda usia itu segera bangkit, kemudian pergi menuju paviliunnya masing-masing. Mereka tak lagi memperhatikan murid-murid sekte surga suci.

Dua bulan berlalu dengan sangat cepat, saat ini desas-desus tentang pembukaan makam kuno telah terdengar. 10 orang murid yang terpilih akan segera pergi dipimpin oleh Shen Jiewen, mereka mempergunakan alat transfer yang sebelumnya telah disempurnakan oleh salah seorang tetua, sehingga hanya membutuhkan waktu tak lebih dari 7 hari.

Alat transfer mengirim mereka ke sebuah kota, masih ada waktu tiga hari lagi hingga makam kuno dibuka, mereka tak langsung bergegas, namun berjalan-jalan sebentar, bahkan memilih untuk menginap di penginapan.

Namun setiap hari mereka bergerak menuju ke makam kuno, untuk memastikan bahwa mereka tidak akan terlambat memasukinya.

Ada lapangan yang sangat besar, ribuan orang berkumpul di sana. Wajah mereka terlihat sangat bersemangat, untuk mencari harta karun yang terkubur di reruntuhan makam kuno. Tidak hanya murid-murid sekte, namun juga perwakilan dari keluarga besar maupun perwakilan dari istana kekaisaran.

Beberapa orang pemuda berdiri dengan sangat tegak, mereka menatap ke satu sisi, di mana seorang gadis cantik menggunakan pakaian berwarna lavender berdiri dengan sangat dingin dan penuh keterasingan.

Mata para pemuda itu berbinar, di depannya ada sebuah kecantikan yang sangat menakjubkan. Dibandingkan dengan para nona muda, wajah itu terlalu mengagumkan. Mereka terlihat sangat tertarik, dan langsung mendekati gadis itu. Bahkan beberapa orang murid sekte yang lain juga melakukan hal yang serupa, mereka tidak mungkin melewatkan keindahan begitu saja.

"Nona muda, bagaimana jika kau bergabung dengan kami?" tanya salah seorang pemuda sambil menatap penuh kelembutan, namun gadis itu sama sekali tidak melirik ke arahnya.

"Nona muda, akan lebih baik jika kau mengikuti kami," pemuda yang lain pun ikut membuka suara, sambil melirik sinis ke arah pemuda yang sebelumnya melobi gadis itu.

"Nona muda, kami adalah murid dari sekte gunung suci. Semua orang mengetahui, bahwa kekuatan kami adalah yang terbaik. Bagaimana jika kau bergabung dengan kami?" salah seorang murid sekte juga bergegas ke arah gadis itu.

"Kau!" pemuda yang lain langsung mengacungkan jarinya, dia merasa sangat kesal. Walau bagaimanapun dia adalah orang pertama yang melirik ke arah gadis itu, namun pihak lain sepertinya ingin bersaing.

Gadis itu menoleh dengan tidak peduli, namun ketika matanya bertatapan dengan pandangan seorang pemuda berambut silver, aura tubuh gadis itu berubah, wajahnya berkedut lucu, sambil berlari ke arahnya.

"Jiewen sayang! Seseorang ingin menculik istrimu!" teriaknya sambil menggelayut manja pada lengan kekar milik pemuda berambut silver. Dia bahkan tidak memperdulikan pandangan dari pria-pria lain yang terlihat sangat panas dan penuh permusuhan terhadap pemuda itu.