Berawal dari kesalahan Mike dan Sandra yang menyebabkan Sandra harus hamil di luar nikah. Mike pun di usir dari rumah. Lalu Mike membawa Sandra kabur dari rumah orang tua Sandra dan menikah tanpa restu orangtua. Lalu papa Mike berusaha membuat hidup mereka menderita agar Mike meninggalkan Sandra dan balik padanya.
Suatu saat Sandra kontraksi. Tak satu pun warga mau menolong mereka. Mike hanya menemukan gerobak dan membawa Sandra dalam kondisi hujan ke rumah sakit. Mike meminta tolong pada pihak rumah sakit untuk menolong Sandra dengan kekuatan terakhirnya lalu Mike pun pingsan. Lalu keduanya langsung di tangani. Mike pun meninggal. Sandra melahirkan bayi laki-laki yang lucu.
Mengetahui anaknya meninggal, Pak Anwar pun mengambil mayatnya Mike beserta anak mereka. Sandra yang masih lemah tidak dapat mengejar Pak Anwar dan terjatuh.
“Jangan Ambil Anakku” Ucap Sandra saat dia terjatuh .
Bagaimanakah nasib Sandra dan anaknya? Apakah Sandra masih bisa bertemu dengan anaknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anita Jenius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Mike dan Pak Budi Pergi Ke Rumah Sandra (Part 1)
Tanpa terasa malam pun berganti pagi. Hari pun berganti. Hari ini Mike dan Pak Budi pun bersiap untuk pergi ke rumah Sandra sebagaimana rencana Mike kemaren. Mike dan Pak Budi pun mempersiapkan beberapa bawaan yang akan mereka bawa ke rumah Sandra selayaknya lamaran yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. Mike dan Pak Budi dibantu oleh ibu tetangga sebelah untuk membeli dan membungkus barang bawaan mereka.
“ Gimana Pak persiapannya? Apa semuanya sudah dibungkus rapi?” Tanya Mike pada Pak Budi.
“Barusan bapak ke rumah ibu Siti yang disebelah rumah dan bapak lihat sudah mau selesai kok dibungkus sama mereka. Kan nggak banyak juga. Jadi pasti bisa siap lah sebelum jam sebelas pagi.” Jawab pak Budi.
“Hmm.. Berarti satu jam lagi ya Pak?” Mike melihat ke jam tangan nya.
“Iya Mike. Memang kamu janji jam berapa sama Sandra?”
“Nggak ada janji jam berapanya sih Pak. Cuma Mike hanya bilang siang saja sama dia. Tapi menurut Mike kan lebih cepat lebih baik sih.” Ucap Mike.
“Iya. Bapak tahu. Tapi kan satu jam bukan waktu yang lama juga.”
“Bener sih Pak. Ya udah deh, Mike akan menunggu dengan tenang.” Mike pun mengalah untuk menunggu walau dalam hatinya dia nggak tenang kalau semuanya nggak selesai saat waktunya tiba.
“Kamu tenang saja Mike. Semuanya pasti beres kok.” Ucap Pak Budi.
“Iya Pak. Mike lagi berusaha untuk tenang kok.”Mike memaksakan senyumnya pada Pak Budi.
Sambil menunggu, Mike pun menelpon Sandra. Kebetulan saat ini Sandra sedang duduk dengan kedua orangtuanya di ruang tamu. Pak Riko ingin bertanya apa keputusan Sandra saat ini.
******Kring… Kring.. Kring…*********
Saat hendak mulai bicara, handphone Sandra berbunyi. Pak Riko dan Bu Mira yakni papa dan mamanya Sandra yang ada di sana langsung menoleh ke arah Sandra saat mendengar bunyi handphone nya Sandra.
Sandra nggak langsung mengangkatnya. Dia hanya memperhatikan handphone tersebut karena takut melihat papa dan mamanya kalau dia mengangkat handphonenya apalagi orang yang menelponnya adalah Mike.
“Siapa Sandra? Kenapa nggak diangkat telponnya?” Tanya Pak Riko dengan sinis.
“Ini.. Ini dari mas Mike pa?” Jawab Sandra dengan takut-takut.
“Mas Mike? Sejak kapan kamu memanggilnya dengan sebutan mas?”
“Sejak kami berencana menikah pa. Biar sopan.” Jawab Sandra.
“Ya sudah angkat saja telponnya. Tapi speaker kan. Papa dan mama mau dengar dia mau bilang apa.” Titah Pak Riko.
“Tapi pa? Memangnya nggak apa-apa kayak gitu?”
“Ya nggak apa-apa lah. Kan kami selaku orangtua kamu pengen tahu juga anak itu mau ngomong apa. Takutnya nanti dia mengajak kamu melakukan yang aneh-aneh. Kami harus hati-hati.”
“Ishh papa ini ntah apa yang dipikirkannya. Nggak mungkin lah mas Mike memikirkan yang aneh-aneh. Mas Mike itu orangnya baik.” Sandra membela Mike.
“Papa Cuma berjaga-jaga saja kok. Manatahu memang benar apa yang bapak pikirin.” Ucap Pak Riko.
“Baiklah pa.”
Sandra pun berniat mengangkat handphone nya yang sudah lama berbunyi. Dia hendak menekan tombol berwarna hijau tanda telpon diangkat.
“Yah.. Mati Pa.” Sandra menunjukan tanda panggilan tak terjawab pada papanya.
“Kamu sih kelamaan angkatnya jadi mati lah. Atau jangan-jangan kamu sengaja ya lama angkatnya agar papa nggak bisa tahu dan dengar apa yang akan kalian bicarakan. Iyakan?” Tebak Pak Riko.
“Nggak pa. Sandra nggak pernah berbuat dan berencana kayak gitu.”
“Ya sudah kita tunggu Mike telpon lagi.”
“Iya pa.” Sandra menyetujui perkataan papanya.
Di lain tempat, Mike yang menelpon Sandra kecewa telponnya nggak diangkat oleh Sandra. Dia pun jadi cemas jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi pada Sandra. Lalu dia pun menelpon Sandra lagi.
******Kring… Kring.. Kring…*********
Handpone Sandra pun berbunyi lagi. Papa dan mamanya pun melihat ke arah Sandra lagi.
“Angkat sekarang Sandra.” Titah Pak Riko.
“Iya pa.” Sandra mengikuti omongan papanya.
Sandra pun menekan tombol hijau yang ada di handphone nya untuk mengangkat telpon dari Mike dan langsung menyalakan mode speakernya sesuai perintah dari papanya.
“Halo mas..!!” Sandra menjawab telpon tersebut dengan perasaan deg-degan takut Mike salah ngomong dan keceplosan tentang rencana kawin lari mereka.
“Halo Sandra. Kamu dari mana? Kok handphone nya baru diangkat?”Tanya Mike pada Sandra.
“Hmm.. anu mas. Sandra sedang ngobrol tadi sama papa dan mama. Kenapa mas?” Tanya Sandra dengan suara parau.
“Kamu kenapa? Sakit?”
“Nggak mas. Sandra baik-baik saja.” Sandra meyakinkannya.
“Oh ya Sandra. Mas hari ini menelpon kamu karena mas mau kasitau kalau hari ini tepatnya jam dua belas siang nanti, mas mau datang ke rumah kamu untuk melamar kamu secara resmi. Papa dan mama kamu ada di rumah kan?” Tanya Mike
“Papa sama mama ya mas?” Sandra bertanya sembari melihat papa dan mamanya yang sama-sama mendengar omongan mereka.
“Iya papa dan mama kamu. Ada di rumahkan?”
Sandra nggak berani menjawab dulu. Jadi dia melihat ke arah papanya. Pak Riko pun mengangguk mengatakan secara nggak langsung bahwa Sandra dapat bilang ke Mike kalau dia ada di rumah.
“Sandra.. Kamu dengar mas kan?” Mike menanyakan ulang pada Sandra karena Sandra nggak menjawabnya sama sekali.
“Ehh.. iya dengar kok mas. Papa dan mama di rumah kok. Kalau mas mau datang silahkan datang saja mas.” Akhirnya Sandra menjawab pertanyaan Mike barusan.
“Oh iya. Bagus dong kalau gitu. Kamu bilang ya sama om Riko dan tante Mira.” Titah Mike.
“Baik mas.”Sandra pun menuruti Mike.
“Ya sudah ya Sandra. Mas tutup dulu telponnya ya. Masih ada yang mas urus lagi.”
“Iya mas.”
Sandra pun menutup handphonenya dan langsung melihat ke arah orangtuanya yang menatap nya dengan sinis.
“Jadi dia mau ke sini?” Tanya papa Sandra.
“Iya pa. bolehkan?”
“Baiklah. Kita tunggu kedatangannya di rumah ini. Papa mau lihat apa yang mau dia katakan di sini.”
Sandra hanya diam saja mendengar perkataan papanya tersebut yang seakan dia menunggu apa tindakan dari Mike.
Kali ini Sandra nggak bisa bilang apapun atau membantah orangtuanya.
Sementara itu Mike mondar mandir menunggu ibu tetangga sebelah rumah Pak Budi. Dia menunggu semuanya beres di bungkus supaya mereka bisa langsung pergi ke rumahnya Sandra. Pak Budi melihat kelakuan Mike tersebut yang seperti cacing kepanasan menunggu semuanya selesai.
“Sabar Nak Mike. Bentar lagi semuanya siap kok.”
“Tapi pak ini udah hampir jam sebelas pak. Dan Mike sudah bilang sama Sandra akan sampai di sana jam dua belas siang pak.” Keluh Mike.
“Tenang Mike. Bapak yakin kok semua selesai tepat waktu.” Ucap Pak Budi meyakinkan Mike.
“Baiklah Pak kalau begitu.” Mike pun jadi tenang mendengar perkataan Pak Budi. Walaupun masih ada sedikit rasa cemas dalam hatinya namun karena Pak Budi sudah memastikan semua aman dan sesuai jadwal, Mike pun tidak terlalu memusingkan hal tersebut lagi. Mike menunggu semuanya siap di depan rumah Pak Budi.