Damar Prasetyo, lelaki yang berprofesi sebagai seorang ASN di suatu instansi. Damar dikenal sebagai lelaki yang baik. Namun sayang, hidupnya tak sebaik dengan sifatnya.
Istri yang dinikahi selama hampir tiga tahun, tiba-tiba meminta cerai. Padahal mereka sudah dikaruniai dua orang anak.
Damar pun dipindahkan ke daerah pelosok oleh atasannya yang tak lain adalah paman dari Rasita, mantan istrinya.
Ketika pindah ke daerah itu, Damar bertemu dengan Kasih seorang guru di daerah itu.
Perjuangan hidup Kasih dan juga beberapa orang yang dikenalnya di daerah itu, membuat Damar sadar, jika hidupnya masih lebih baik dibandingkan mereka.
Damar pun bangkit dan bertekad akan merubah hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Bahkan Damar menggunakan warisan yang tak pernah dia gubris selama ini untuk membangun daerah itu.
Bagaimanakah kisah Damar? Apakah bisa dia mewujudkan keinginannya itu? Bagaimana pula reaksi Damar setelah tau alasan sebenarnya kenapa Rasita meminta cerai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan tanggung semuanya sendiri
Damar bangun saat suara mengaji di masjid sebelum azan subuh berkumandang. Dia sempat kaget karena bangun di kamar yang masih asing baginya. Damar baru menyadari beberapa saat setelah mengumpulkan semua kesadarannya
Damar pun tersenyum ketika ingat jika semalam dia tidur bersama Kasih di kamar istrinya itu.
Dia melihat ke arah tempat tidur di sebelahnya yang sudah kosong. Sepertinya istrinya sudah bangun jam segini.
"Istriku." kata Damar pelan sambil tersenyum-senyum sendiri.
Damar pun segera bangkit dari kasur dan keluar dari kamar. Dia mendengar suara dari arah dapur, istrinya sudah mulai memasak di jam segini.
Damar mencium aroma nasi yang baru ditanak. Istrinya tak menggunakan rice cooker untuk memasak nasi. Padahal bisa saja menggunakan benda itu, asalkan memasaknya sebelum jam lima subuh.
"Lagi ngapain, dek?" tanya Damar pada istrinya.
"Siapin buat sarapan mas. Nanti habis subuh tinggal masaknya." kata Kasih sambil mengulek bumbu.
"Mas kalau mau ke masjid, bersih-bersih dulu di kamar mandi." kata Kasih sambil menunjuk kamar mandi yang berada di dekat dapur itu.
"Mas, ke rumah depan dulu ya, sayang. Mas mau ganti baju juga sekalian." kata Damar pada istrinya.
" Iya mas, nggak apa-apa kok." kata Kasih dengan maklum karena mereka memang menikah secara mendadak.
"Mas balik ke depan dulu, ya." kata Damar lalu mengecup kening istrinya.
"Assalamualaikum." kata Damar
"Waalaikumsalam." jawab Kasih.
Saat Damar pergi, Kasih menghela nafas dengan lega. Dia sangat gugup, semalaman dia merasa jika jantungnya berdetak tak karuan.
Mereka memang hanya tidur saja. Tapi suaminya itu memeluknya sepanjang malam.
Ditambah lagi tingkah mesra suaminya yang memanggilnya dengan sayang dan mengecup keningnya.
Dalam hati Kasih terbesit rasa cemburu dengan istri pertama Damar. Pasti suaminya juga selalu melakukan hal seperti ini bersama wanita yang masih sah berstatus sebagai istri Damar itu.
Berbeda dengan Kasih, Damar suami kasih pulang ke rumah dinasnya yang berada tepat di seberang rumah kasih dengan perasaan ceria.
Sepertinya mulai hari ini dia akan membereskan beberapa barang-barangnya untuk dibawanya ke rumah kasih. Dia tak mau jika besok harus balik ke rumah dinasnya di jam-jam seperti ini. Seharusnya saat ini dia bersama istrinya, menemani dan membantu istrinya menyiapkan masakan untuk menu sarapan.
Saat Damar melintasi jalan untuk menyebrang ke rumahnya, namanya dipanggil oleh Ridwan.
Remaja itu sudah siap akan pergi ke masjid, sementara ini memang Ridwan selalu menjadi Muazin setiap subuh selama dia ada di desa ini.
"Masa pengantin baru pulang ke rumah dinas. Diusir mbak Kasih, mas?" tanya Ridwan sembari mengejek Damar.
"Ish, kamu ini. Sudah sana buruan ke masjid. Nanti keburu ayam duluan yang berkokok baru kamu azan." kata Damar lalu segera menuju rumahnya.
Dia pun segera masuk dan membersihkan diri sebelum pergi ke masjid.
Sesampainya di masjid Damar hampir saja terlambat mengikuti shalat subuh. Dan tentunya itu menjadi bahan ledekan bagi pengantin baru dadakan ini.
"Telat bangun, mas Damar. Kayaknya tidurnya nyenyak banget ya?" tanya Pak Aji sambil tersenyum geli saat melihat wajah malu Damar.
"Maklum pak, gulingnya masih baru." ledek pak Yanto.
Terang saja semua orang yang ada di sana tertawa, sedangkan Damar hanya menunduk malu.
"Tapi tadi sebelum azan subuh, mas Damar diusir sama mbak Kasih, pak." ledek Ridwan
Damar yang mendengar hal itu pun mendelik kesal pada remaja delapan belas tahun itu.
"Jangan ngaco, itu aku pulang ke rumah dinas soalnya barang-barang ku masih di sana." kata Damar sewot. Sontak saja semua orang di sana tertawa lagi.
Saat sampai di depan rumah Kasih, Damar pun melihat istrinya menyapu halaman.
Dengan segera Damar masuk ke dalam halaman rumah istrinya itu.
"Dek, sini biar mas yang sapu." kata Damar sambil mengambil sapu lidi dari tangan Kasih.
"Besok-besok, biar mas yang kerjakan ini. Kamu jangan kerja berat-berat dulu. Luka kamu kemarin bisa kebuka lagi." kata Damar.
"Kalau cuma nyapu aku bisa, mas. Nggak berat kok." kata Raina.
"Nggak, kamu serahin sama mas. Sekalian mas mau nyapu rumah depan. Kamu cek ibu dulu, dek." kata Damar.
Kasih pun mengangguk dan meninggalkan Damar di halaman rumah melanjutkan menyapu halaman yang lumayan luas ini.
Setelah selesai menyapu dua halaman rumah yang berhadapan itu. Damar mengemasi beberapa barangnya untuk dibawa ke rumah Kasih.
"Duh, gini amat sih nikah karena digrebek." kata Damar sambil mengemasi beberapa pakaian yang biasa dipakainya ke dalam tas.
Damar melihat kipas angin yang ada di rumah ini. Walaupun kecil tapi rumah ini sudah menggunakan listrik tenaga surya jadi Damar bisa menghidupkan kipas angin dan juga beberapa lampu di siang hari.
"Kayaknya aku belikan saja lagi untuk di rumah Kasih." kata Damar
Setelah beres berkemas, Damar pun membawanya tas menuju rumah istrinya. Lagi-lagi istrinya itu sedang berada di dapur dan sibuk membuat kopi. Aroma kopi pun sudah menyeruak di indra penciuman Damar.
Damar melihat kasih yang sudah selesai mandi dengan rambut yang masih terlilit handuk. Namun, kasih sudah menggunakan daster yang berbeda.
'Aduh, kenapa makin cantik gini, sih. Kan jadi kepengen terkam.' batin Damar.
"Simpan di kamar aja, mas. Nanti Kasih beresin." kata Kasih pada Damar.
Dia meletakkan kopi dan juga sudah ada sepiring singkong rebus di atas meja makan. Bahkan sudah ada beberapa menu sederhana di atas meja itu.
Damar sangat heran dengan istrinya yang bisa secepat itu mengerjakan semuanya
"Kopi nya mas. Kasih gak tau selera mas. Kalau kemanisan atau kurang gula kasih tau Kasih. Biar lain kali Kasih bisa buat yang sesuai dengan selera mas." kata kasih pada suaminya saat Damar menghampirinya.
"Kenapa kamu gak pandai diem sih, sayang. Mas nyapu halaman biar kamu itu gak banyak gerak. Tapi ternyata kamu itu malah ngerjain hal lain." kata Damar pada istrinya dan memeluk Kasih dari belakang.
Damar mengecup lembut pundak istrinya lalu meletakkan dagunya di bahu Kasih.
Membuat tubuh Kasih mendadak kaku karena gugup. Dia tak pernah sejauh ini dengan Galih atau lelaki manapun.
"Pundak ini, cuma boleh untuk mas ciumi. Bukan untuk menanggung beban. Serahkan semuanya di pundak, mas. Jangan. Tanggung semua sendiri. Hanya saja mas minta dukung mas dan dampingi mas selalu." kata Damar pada istrinya.
Kasih yang awalnya hanya diam saja lalu mengangguk malu. Apalagi suaminya itu semakin aktif melakukan kontak fisik walaupun baru sebatas mengecup dan juga meraba saja.
🍀🍀🍀
Tangan Damar mulai aktif ya Bun...🤭
Jangan lupa likenya ya🤗
kok lama gak berlanjutttt????
wahhhh..
sejahtera..