Who Is?

Mahen berlari menaiki anak tangga sambil mengumpati dirinya sendiri karena melupakan janjinya pada Anna. Padahal, ia pulang karena ingin menemui Anna. Seharian penuh ia habiskan waktu bersama Laura, ketika senja hampir berlalu ia baru memeriksa ponselnya yang ternyata ada banyak panggilan dan pesan dari Anna yang tak sempat ia baca.

Mahen membuka pintu, ia menemukan Anna yang sedang mengisi beberapa lembar pakaian saat di dalam koper. Dengan langkah lebar Mahen mendekatinya.

Anna tahu Mahen datang, tetapi ia mengabaikannya. Ia ingin tahu seperti apa reaksi Mahen saat tahu ia terabaikan dan akan ditinggalkan.

Ya, Anna memutuskan untuk pergi. Ia sakit hati karena lagi dan lagi Mahen terus saja mengabaikannya. Jika dulu Mahen memprioritaskan dirinya, sekarang sungguh berbeda. Ia tidak percaya lagi dengan ucapan cinta dan sayang dari Mahen, semua hanya surga telinga. Mungkin pamannya benar, nyawa dibalas nyawa.

"Anna tidak seperti ini, sayang. Kamu mau ke mana? Jangan pergi dari rumah ini. Maaf karena aku tidak datang tepat waktu, ada hal yang sangat penting dan mendesak yang harus aku selesaikan lebih dulu," ucap Mahen memohon.

Anna terkekeh. "Ya, karena aku bukan yang penting buat kamu. Lagi pula siapa aku? Aku bukan siapa-siapa sehingga kamu dengan mudah mengabaikan aku di sini. Sekarang aku pamit, tidak ada gunanya juga aku berada di sini. Hanya mempersulit kamu."

Anna berdiri, ia menarik kopernya tetapi dengan keras Mahen menahan koper tersebut agar tidak bergerak. "Jangan coba-coba melangkah satu langkah pun dari rumah ini. Sekali kamu masuk maka kamu sudah tidak punya jalan untuk keluar," tekan Mahen.

Anna menghapus air matanya dengan kasar. Ia berbalik menatap Mahen yang kini wajahnya terlihat tegang. "Aku tidak bisa Mahen. Lebih baik kita kembali pada awalnya saja. Aku membencimu dan kamu adalah orang yang harus aku lenyapkan. Kamu pikir enak mencintai kamu yang selalu saja membuat aku sakit hati? Kamu tidak mencintaiku sebagaimana kata cinta yang selalu kamu agungkan itu. Jika kamu mencintaiku, kamu pasti menyempatkan waktu untuk memberi kabar padaku. Tetapi ... ah sudahlah, aku mengerti jika kamu belum sesayang itu padaku."

Dengan perlahan Anna menyingkirkan tangan Mahen dari kopernya. Ia tidak benar-benar ingin pergi, hanya ingin melihat sampai di mana Mahen memperjuangkan dirinya. Anna juga takut keluar, takut bertemu dengan pamannya dan takut melangkah ke arah mana setelah ini.

Bersama Mahen Anna telah menemukan kembali kehidupannya, bagaimana ia akan pergi jika hidupnya sudah bergantung pada pria ini?

Dua langkah tiga langkah bahkan Anna hampir sampai di pintu baru lah Mahen memanggilnya dan hal itu membuat Anna mengulas senyuman. Ia tahu Mahen akan mengejarnya dan ia sengaja melakukan ini untuk menggertak Mahen.

"Jangan pergi Anna. Aku sangat mencintaimu. Aku minta maaf, ini yang terakhir kali aku lakukan. Kedepannya aku akan selalu memberi kabar jika aku sedang sibuk," bujuk Mahen.

"Tidak Mahen. Hidupku juga terlalu rumit. Aku akan kembali pada pamanku. Kamu harus hidup dengan baik-baik saja karena setelah ini aku akan datang dan kembali menjadi musuh untukmu. Aku mencintaimu dan karena rasa cinta itu aku harus mengambil langkah ini. Aku yakin dan percaya jika kamu pasti masih akan mengulanginya lagi. Kamu tidak sesayang itu padaku!"

Mahen berlutut, ia tidak mungkin membiarkan adik kecilnya yang selama bertahun-tahun ia cari lantas pergi meninggalkannya. Ia juga tidak tahu mengapa saat bersama Laura ia bisa melupakan segalanya termasuk melupakan Anna. Padahal, tadi Laura lebih banyak tidur tetapi ia justru tidak ingin beranjak dan memilih memeriksa pekerjaannya di dalam kamarnya yang ditempati Laura.

"Jangan pergi Anna, kumohon. Jika aku sampai mengulanginya lagi kamu boleh menghukumku asalkan kamu jangan pergi," pinta Mahen mengiba.

Anna memalingkan wajahnya. Mahen yang seperti ini, Mahen yang memohon padanya adalah yang ia inginkan. Dulu tidak pernah terpikirkan dan bahkan ia merasa sungkan saat Mahen terus saja memintanya, tetapi entah sejak kapan Anna pun tidak tahu tetapi ia sangat suka ketika Mahen berlutut padanya. Anna suka, Anna sadar dia egois tetapi melihat Mahen yang tak berdaya karenanya Anna sungguh menyukainya.

Bagi Anna, hanya dengan sedikit merengek dan membuat drama maka Mahen akan berlutut untuknya. Ia berhasil menguasai hati dan pikiran lelaki ini, pikirnya.

"Aku takut kecewa," cicitnya.

Anna masih memainkan perannya. Ia menyukai Mahen yang lemah karenanya.

Ah, bukankah rasa cinta itu saling menguatkan? Mengapa Anna justru berharap Mahen akan terus menjadi lemah di hadapannya?

"Tidak akan lagi, tidak akan lagi membuatmu kecewa," ujar Mahen.

Apakah Anna tahu seberapa besar rasa takut yang Mahen rasakan? Sangat besar! Anna terlalu menguji perasaan Mahen, andaikan ia bisa melihat isi hati Mahen, senyuman lebar pasti akan ia persembahkan.

"Berjanjilah untuk tidak mengabaikan aku lagi. Aku sungguh merasa sakit dan kecil saat kamu sama sekali tidak memberiku kabar. Aku sakit hati saat kamu ternyata mengingkari ucapanmu. Aku takut untuk berharap padamu Kak Mahen," ucap Anna dengan menekan kata 'Kak Mahen' untuk kembali menyadarkan Mahen jika dialah yang membawa Anna ke dalam dunianya.

'Sungguh, aku tidak peduli lagi apakah aku adalah orang yang dicari Mahen atau bukan. Jika bukan aku, maka jangan pernah hadirkan wanita itu dalam kehidupan kami. Jika itu benar aku, maka jangan hadirkan wanita lain dalam hidup kami. Aku egois, aku hanya ingin mempertahankan apa yang aku punya!'

Mahen berdiri lalu ia memeluk Anna. Ia membisikkan kata-kata yang membuat Anna yakin akan dirinya. Sudah cukup ia tersiksa selama bertahun-tahun mencari keberadaanya. Mahen tidak mungkin sebodoh itu membiarkannya pergi lagi.

"Ayo duduk kembali, ceritakan tentang pamanmu. Dia adalah ancaman untukmu, jangan pernah keluar dari rumah atau toko tanpa pengawasan. Kamu juga sudah membuatku kecewa dan ketakutan dengan pergi diam-diam. Kalau sampai terjadi sesuatu padamu, aku adalah orang yang akan mati lebih dulu. Percayalah, aku lebih baik melihat penderitaan dan kematianku sendiri daripada aku harus melihat kamu yang mengalaminya," ucap Mahen kemudian ia kembali mendekap erat tubuh Anna.

Anna tersenyum haru, masihkah ia meragukan cinta Mahen untuknya? Lelaki ini sangat mencintainya dan takut kehilangannya. Ia harus lebih berpikir positif, Mahen sangat sibuk dengan banyak pekerjaan yang berbeda-beda.

"Jangan pernah tinggalkan aku. Jika suatu saat ternyata aku bukanlah wanita yang kamu cari, tolong jangan tinggalkan aku. Aku sudah cinta berat padamu, aku bisa mati jika aku kehilanganmu. Berjanjilah Kak Mahen," pinta Anna, ia membalas pelukan Mahen tak kalah eratnya.