ISTRI KE DUA

“Sayang Kamu kapan pulang ?” tanya Dion sambungan teleponnya pada Maya.

“Aku gak mau pulang !” kata Maya dengan kesalnya. Mana mungkin ia mau kembali ke mansions dan hidup satu atap dengan madunya.

“Sayang, kamu jangan seperti ini !” ucap Dion melemah.

“Kamu benar-benar gak punya perasaan Dion, kamu pikir aku sudi hidup berdampingan dengan wanita itu ! Tidak ! Tidak akan !” kata Maya menegaskan.

Dion mengusap kasar wajahnya “Sekarang apa mau mu ? Akan aku turuti !” kata Dion melemah, Dion sangat mencintai Maya separuh hidupnya sudah ia berikan untuk Maya, bagi Dion ia tak bisa hidup tanpa Maya.

“Suruh wanita itu keluar dari mansion, Aku gak mau dia tinggal berdampingan dengan kita !” kata Maya memutuskan.

Dion menghela nafasnya ia pun diam sejenak dan kembali berusaha membujuk Maya untuk kembali pulang ke mansions.

“Baik, Akan aku lakukan. Tapi kamu janji akan pulang, ya ?” ucap Dion pelan.

“Begitu aku di mansions aku gak mau wanita itu masih ada disana !” pintu Maya.

“Iya, akan Aku turuti semua keinginan mu.” Kata Dion

“Janji ?”

“Janji !”

“Ya, sudah besok pagi aku sudah ada di mansions.” Kata Maya kemudian ia mematikan panggilan telepon mereka.

Dion terduduk di kursi kebesarannya, mendadak kepalanya terasa pening dan memijat kepalanya. Mau tidak mau ia harus menuruti permintaan Maya untuk mengeluarkan Diana dari mansions.

Dion kemudian membuka ponselnya dan menelpon Benu untuk mengirim dua orang pelayan bekerja di apartemennya. Dion pikir ia harus membawa Diana tinggal di apartemennya saja.

“Pak Benu, bisakah kirim dua orang pelayan mansions ke apartemen ku ? Diana akan tinggal disana !” kata Dion

“Baik tuan muda !” kata Benu

Benu kemudian melaporkannya pada majikannya jika Dion meminta Diana tinggal di apartemen.

“Tuan Dion akan mengajak Diana tinggal di apartemennya, tuan !” kata Benu pada Frans yang sedang membaca korannya.

Frans kemudian menutup koran yang ia baca. “Tidak mudah memang menerima wanita lain hadir dalam satu atap. Aku tahu pasti Maya yang memintanya, dan Dion yang bodoh selalu menuruti keinginan istrinya !” kata Frans pelan kemudian ia melanjutkan ucapannya pada Benu.

“Berikan apa yang Dion inginkan, Aku percaya Diana bisa merubah Dion nantinya.” Kata Frans lagi.

“Baik tuan.” Ucap Benu menuruti perintah majikannya.

Sore harinya, Dion membawa Diana keluar dari mansions dengan terlebih dahulu berpamitan dengan kedua orang tuanya.

“Kamu mau bawa Diana kemana, Dion ?” tanya Shella

“Dia akan tinggal di apartemen ku, Bu !” kata Dion

“Apa ?” Shella tentu saja terkejut mendengarnya begitupun dengan Fiona.

“Aku tidak ingin terus menyakiti Maya dengan melihat kehadiran Diana disini !” kata Dion menjelaskan.

Apa yang bisa Shella perbuat, keputusan ada di tangan putranya. Meskipun ia Ibunya ia pun tidak bisa ikut campur dalam rumah tangga putranya.

“Ibu akan sering berkunjung !” kata Shella, sebenarnya ia pun merasa kasihan pada Diana. Ia tahu ini semua tidaklah mudah bagi Diana yang harus menjadi istri kedua putranya. Tapi Shella percaya suatu saat Diana pasti mendapatkan kebahagiaannya.

Shella kemudian langsung memeluk Diana dengan penuh kasih sayang, dan membuat Dion memalingkan wajahnya. Pasalnya Ibunya tersebut tidak pernah bersikap demikian dengan Maya.

Pada akhirnya Dion membawa Diana tinggal di apartemennya. Begitu mereka tiba di apartemen, Diana hanya bisa menatap kagum apartemen milik suaminya yang sangat terkesan mewah dan elegan.

Dua orang pelayan yang sudah bekerja di apartemen Dion pun langsung membawa koper dan tas milik Diana ke dalam kamar utama.

“Jangan pernah berani-beraninya keluar dari apartemen ini tanpa seizin ku !” kata Dion memperingati Diana.

Diana menganggukkan kepalanya sebagai bentuk jawaban. Ia tak berani menatap wajah Dion yang terkesan menakutkan baginya, walaupun Dion nyatanya pria yang begitu tampan.

Namun sedetik kemudian, mata Diana tertuju pada jas yang dilepaskan oleh Dion ke lantai. Diana kemudian mendongakkan wajahnya melihat Dion yang membuka satu persatu kancing kemeja yang ia kenakan.

“Mas…mau apa ?” kata Diana dengan gugup, ia takut jika Dion melakukan hal semalam lagi padanya.

“Meminta hak ku, bukan kah kamu istri yang dipersiapkan keluarga ku untuk melayani ku di atas ranjang dan memberikan ku keturunan. Jadi lakukan saja kewajiban mu, Diana !” Dion mendorong tubuh Diana hingga terlentang di atas tempat tidur mereka.

Dan Diana hanya bisa menangis dalam diam, kala Dion melakukan hal seperti semalam. Namun entah mengapa kali ini Dion menyentuhnya dengan penuh kelembutan. Karena tanpa Dion sadari tubuh Diana seperti candu untuknya, meskipun Dion melakukannya tanpa dasar cinta, rasanya Dion begitu nyaman di atas tubuh Diana yang begitu membuatnya terpesona.

Dion membalikkan tubuh Diana ke atasnya, ia memberikan Diana pelajaran untuk melayaninya dengan baik.

“Belajarlah melayani ku seperti ini, yaah…seperti ini !”

Sekuat apapun Diana untuk tidak mengeluarkan suaranya, namun pada akhirnya suara-suara merdu tersebut berulang kali keluar dari mulutnya. Dan membuat Dion semakin bersemangat dan terus merindukan tubuh Diana.

Suara dering ponsel Dion terus berbunyi, namun Dion masih menghujani tubuh Diana. Dion menoleh melihat siapa yang menghubunginya, tentu saja Maya istri tercintanya. Dion mempercepat ritmenya pada Diana, hingga Diana berteriak dan pada akhirnya Dion menyemburkan semua benihnya ke dalam milik Diana tanpa tersisa.

Diana langsung tumbang dengan posisi tengkurap. Air mata Diana kembali menetes sebelum ia menutup matanya karena merasa lelah telah melayani suaminya.

Dion membersihkan tubuhnya di bawah pancuran air, bayangan tubuh Diana terus terlintas di pikirannya, bahkan suara-suara indah tersebut yang membuat Dion lupa akan Maya.

“Tidak mungkin ! Tidak mungkin Aku beralih menyukai wanita lain !” Dion berusaha menepis apa yang ada di dalam pikirannya. Tidak mungkin ia menyukai Diana, sebab separuh hidupnya dan seluruh cintanya hanya ia berikan untuk Maya.

...****************...