NovelToon NovelToon
Istri Kedua Suamiku

Istri Kedua Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:343.2k
Nilai: 4.7
Nama Author: Tya

Betapa hancurnya perasaanku, saat aku tau suamiku menikah diam diam di belakangku dengan temanku..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Setelah makan siang aku berpamitan dulu dengan Imas, karena aku mau lanjut untuk menemui klienku.

Saat aku melangkah keluar dari restoran, tiba-tiba anak perempuan kecil berlari kencang dan menabrakku tanpa sengaja.

Ia terjatuh dan mulai menangis sesenggukan. Aku segera membantunya untuk bangkit.

"Tolong aku," serunya dengan suara sendu dan matanya yang sembab.

"Kamu kenapa, Nak?" tanyaku dengan lembut, mencoba menenangkan gadis kecil itu yang tampak ketakutan.

"Om mana, om?" ia bertanya sambil terisak-isak, mencari sosok yang sepertinya sudah dikenalnya.

Aku merasa bingung. Mungkin gadis kecil ini sedang mencari om-nya? Aku mencoba membantu dengan menanyakan lebih lanjut.

"Kamu mencari om kamu?" tanyaku, berusaha untuk mengerti situasinya.

"Iya, Aunty. Om aku mana?" jawabnya dengan suara lirih dan masih menangis.

"Aunty tidak tahu, Nak," ucapku seraya merasa iba melihatnya.

Anak manis itu kembali menangis, bahkan kini tangisannya semakin kencang dan membuatku merasa harus membantu. Aku menyentuh bahunya dan mencoba menawarkan bantuan.

"Jangan nangis, yuk, kita cari om kamu," seruku dengan semangat, berusaha menghiburnya.

Dia menganggukkan kepalanya, tangisannya mulai mereda. Lalu, aku menggandeng tangannya dan mulai mencari om-nya bersama-sama, berharap bisa menemukannya secepatnya agar gadis kecil itu kembali merasa tenang.

Anak manis itu,  bersemangat untuk mencari sosok omnya. Sudah setengah jam berkeliling di taman bermain, belum juga menemukan omnya, Akubingung harus mencari di mana lagi.

"Adek, om kamu itu seperti apa sih? Ciri-cirinya maksud Aunty?" tanyaku pada anak manis ini berharap mendapatkan petunjuk.

Anak itu menatap ke arah mainan anak-anak di sebrang jalan, matanya berbinar. "Itu, Aunty! Dia om aku!" serunya bahagia.

"Om Delvin!" teriak anak manis kecil dengan suara yang menggemaskan.

Tiba-tiba, terdengar suara balasan dari seseorang di belakang kami. "Non Icha!"

Aku dan anak manis segera menoleh ke sumber suara. Di sana, berdiri seorang perempuan berpakaian baby sister dengan senyum lebar di wajahnya. Rupanya, dia adalah encus.

"Encus!" seru anak manis  bahagia, segera berlari ke arah encus untuk memeluknya erat.

Ketika melihat kebahagiaan mereka berdua, aku tersenyum lega. Akhirnya, anak manis  berhasil menemukan sosok keluarganya.

meski bukan omnya yang dicari-cari,  Kebersamaan mereka kali ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Anak manis itu melepaskan pelukannya, matanya bersinar ceria. Ia kembali menatapku dan berkata, "Terima kasih, Aunty. Kenalkan, aku Icha. Aunty cantik namanya siapa?"

"Nama Aunty Rea," sahutku sambil tersenyum.

"Terima kasih, Mbak, sudah menolong Icha," seru Encus yang berdiri di samping Icha dengan wajah penuh harap.

Tiba-tiba, ponselku berbunyi, membuyarkan perhatianku. Aku melirik layar dan mendapati Titin sedang meneleponku.

Aku menoleh ke arah jam tangan di pergelangan tanganku dan tersentak, menunjukkan pukul dua siang.

"Sial," desisku pelan.

Aku tidak mengangkat telepon Titin, merasa terburu-buru. Dengan tergesa-gesa, aku berpamitan kepada Icha dan Encus.

"Maaf, Icha, Encus, Aunty harus pergi sekarang. Semoga kita bisa bertemu lagi."

Mereka mengangguk, dan aku bergegas meninggalkan mereka. Aku berlari menuju mobilku, khawatir akan akibatnya jika terlambat.

Sesampainya di mobil aku segera melajukan mobil dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibu kota yang terlihat seperti biasanya.

Setiabanya di kantor, aku langsung menuju ruang meeting dengan langkah cepat dan tergesa-gesa.

Nafasku naik turun tak karuan, jantung berdegup kencang, dan keringat dingin membasahi dahi. Situasi ini benar-benar menguras tenagaku dan membuatku gugup.

Saat aku membuka pintu ruang meeting, ternyata klien sudah datang. Namun, bukan Pak Hartono yang biasa aku temui.

melainkan seorang pria yang belum pernah kulihat sebelumnya. Dia duduk di depan Titin, hanya terhalang oleh meja yang ada di antara mereka.

"Maaf, saya terlambat," seruku sambil menarik napas panjang.

"Ini bos kamu?" tanya pria itu dengan nada sinis sambil menatap Titin.

"I-iya," jawab Titin dengan gugup, wajahnya memerah.

Aku segera mengambil tempat duduk di samping Titin, berusaha untuk menenangkan diri.

Pria di depanku itu memiliki wajah yang sangat menyebalkan, membuatku merasa tidak nyaman.

"Kenalkan, Pak, saya Rea," kataku sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.

"Gak tanya," jawabnya sinis, sambil melirik tangan yang kuletakkan di atas meja dengan sinis.

Aku menarik tangan dan membenahi posisi duduk, mencoba untuk mengabaikan perasaan tidak nyaman yang kian menguat.

Namun, di balik rasa kesal ini, aku tahu bahwa aku harus tetap profesional dan menyelesaikan pertemuan dengan klien ini.

Aku menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, berusaha untuk bersabar.

Di ruangan tersebut, asisten pria menyebalkan itu berbicara, "Kenalkan, ini anaknya Pak Hartono, Ibu Rea. Dia akan menggantikan Pak Hartono dalam proyek ini. Jadi kita akan membahas tentang proyek yang akan kita jalani bersama Ibu Rea dan Pak Delvin."

Delvin? Aku merasa pernah mendengar nama itu sebelumnya. Aku mencoba mengingat-ingat, namun tiba-tiba tangan Titin menyodokku dan membuatku terbangun dari lamunanku.

"bisa bisanya ya bram, papah bekerja sama dengan klien yang tidak tepat waktu dan suka bengong?" tegur Delvin dengan nada tegas.

"Maaf, Pak," jawabku dengan cepat, merasa malu atas kelalaianku.

Wajahku merona merah, menyadari betapa tidak profesionalnya aku dalam situasi ini. Aku berjanji pada diri sendiri untuk lebih fokus dan serius dalam membahas proyek ini, demi keberhasilan usaha keluarga.

Aku duduk dengan tenang di ruang rapat, bersiap untuk memulai pertemuan. Wajah Delvin yang tengil benar-benar sangat menyebalkan, namun entah mengapa rapat ini berlangsung sangat mulus dan lancar.

Delvin mengepal tinjunya dan menyatakan dengan tegas, "Besok kita akan ke lapangan langsung, dan kamu jangan sampai telat!"

"Iya, Pak," jawabku patuh, berusaha menahan rasa jengkel yang mulai memuncak.

"Bagus, cukup sampai di sini," kata Delvin, lalu ia mengakhiri rapat dengan menepuk meja.

"Iya," sahutku sambil tersenyum kecut. Aku beranjak dari kursiku dan melihat Bram yang sudah berdiri di dekat pintu, menyapa dengan ramah, "Permisi, Ibu Rea."

"Oke, Bram," jawab Titin dengan gaya centilnya, mencoba mencairkan suasana.

Bram memasang wajah datarnya seperti biasa, tanpa ekspresi yang berlebihan. Aku berjalan mendekati Delvin, hendak menjulurkan tanganku untuk berjabat tangan dengannya sebagai tanda profesionalisme.

Namun, Delvin langsung berlalu begitu saja tanpa memberikan kesempatan untukku menyentuh tangannya.

"Dasar aneh," keluhku dalam hati, merasa heran dengan sikap Delvin yang terkesan dingin dan acuh tak acuh.

aku dan titin saling pandang, setelah bram dan delvin keluar dari ruanganku,"mereka sama sama tampan" lirih itin

"biasa saj, kamu bereskan semuanya, aku mau balik duluan"

"baru jam tiga lebih bu bos"

"mau kerumah sakit"

titin menganggukan kepalanya, melangkahkan kakiku menuju lit,sesampainya lit di lantai bawah aku segera keluar dari lift.

****

1
Retno Harningsih
lanjut
Nora♡~
lanjut... ke bab2... seterusnya..
Dewi Nurani
biasanya pemeran utama pinter masak dan hidup sederhana , si rea mah beda ya
Dewi Nurani
si kimberly keras kepala sombong gak profesional banget
tokoh² nya gak ada yg oke
Soraya
dtunggu updatenya thor
Retno Harningsih
up
Soraya
Rea juga aneh ada mertua dtg bukan nya dibikinin minum mlh nanya mamah mau minum,
Sunaryati
Thoor kabarnya Rena bagaimana ni, judulnya istri kedua suamiku kok isinya banyak kisah istri pertama
Tya: nanti dong, akan ada kejutan
total 1 replies
Sunaryati
Bener, belum lihat kemampuannya sudah merendahkan, ujung2nya jatuh cinta
Dewi Nurani
sombong amat si kimberly , nilai orang dari penampilannya
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Sunaryati
Lanjut semoga selalu kompak dan harmonis
Dewi Nurani
perasaan kalau di super.market ada yg ganteng , ibu² sama yg lainnya biasa aja gak segitunya mengagumi , kayak kurang kerjaan banget
si rea gak tau cara masak nasi , keterlaluan buat apa cantik gak bisa apa² diih memalukan
Retno Harningsih
up
Hanisah Nisa
lanjut
Yati Syahira
bodoh ada orang dungu
Yati Syahira
getok palanya rea sadar cegeng mulu nangisi lalor ama pengkhianat rugi ,othoor gimnan mbulet trus
Yati Syahira
cucok sama arogan dan pezina rena hans
Yati Syahira
bodoh rea cengeng masih nangisi laki laknat sebel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!