Dara, Mengubah Takdir

Eunghh~

Dara menggeliat pelan sambil membuka kedua matanya, dan betapa terkejutnya dia saat ini masih berada di dalam mobil yang sudah berhenti sejak entah berapa lama.

"Sudah bangun ? " kata William lirih pelan seakan tidak ingin mengagetkan wanita nya.

"Kita dimana ?" tanya Dara setelah menjawab pertanyaan William dengan anggukan.

"Ayo kita turun, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu." William tersenyum manis lalu membuka pintu dan turun dari mobil.

Dengan gerakan yang lebih cepat dari Dara, kini William bahkan sudah membukakan pintu samping untuk Dara.

Aaarrhhh ini terlalu perhatian namanya !!!

Dara hanya tersenyum sembari keluar dari mobil, keduanya berjalan beriringan masuk ke dalam sebuah villa.

"Anda sudah datang rupanya, tuan muda.." sapa Flinch agak sewot.

Bagaimana tidak sewot jika dia harus menunggu berjam jam agar kekasih bos nya bangun.

Dia terlihat biasa saja, benar benar biasa saja dan tidak menarik. Dan aku harus merendahkan harga diriku pada wanita jelek itu ?? INI PENGHINAAN NAMANYA !! umpat Flinch dalam hati.

"Jaga pandangan mu Flinch. Jangan menatap kekasihku seperti itu, kamu membuat Dara tidak nyaman!" suara William tegas.

"Ahh iya maaf, perkenalkan aku adalah Flinch." Flinch memperkenalkan diri meski dalam hatinya masih mengumpat, Aku bahkan tidak sudi menatap wanita itu lebih dari satu detik, dan William benar benar keterlaluan !!!

"Dara.." singkat Dara membalas uluran tangan Flinch. Hanya perkenalan singkat dan cepat karena setelah itu, William meminta Flinch untuk segera mengantar mereka ke sebuah ruangan.

Di dalam sebuah ruangan yang cukup luas dan bersih, mirip ruang keluarga yang nyaman dengan sofa dan perapian. Dara yang berjalan di samping William kembali dikejutkan akan kehadiran sosok Walter sang ayah.

"Ayah..." lirih Dara menyebut ayahnya , sedikit menahan haru sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Dara, putriku..." Walter yang juga terharu pun merentangkan kedua tangan agar sang putri mendekat dan memeluk nya.

"Hiks~ Dara kangen sekali dengan mu, ayah.. Huhuhuu~" Tidak dapat membendung perasaan bahagia bercampur haru, Dara sampai menangis sesenggukan di dalam pelukan ayahnya.

William dan Flinch yang berdiri agak jauh pun memandang adegan tersebut dengan pemikiran masing masing.

"Cih~ norak sekali !!" batin Flinch.

"Aku tahu apa yang membuatmu gelisah akhir akhir ini. Dan aku senang melihat kamu bisa bertemu lagi dengan ayahmu, Cinderella ku... " batin William dengan senyum tipis di sudut bibir nya.

Setelah beberapa saat..

Kini semua orang tampak duduk di sofa mengelilingi meja di ruangan tersebut.

Dara tidak melepaskan tangannya dari Walter saat Flinch menjelaskan sesuatu.

"Ini adalah bukti jika kecurigaan putri anda benar adanya, tuan Walter. Anda memelihara ular berbisa dan tampaknya ular tersebut sengaja ingin melenyapkan anda. Pelan tapi pasti, ular itu ingin anda mati."

Flinch menunjukkan sebuah kertas berisi hasil lab atas sisa cairan teh yang ditemukan di saku pakaian Dara tempo hari.

Dara semakin mengeratkan genggaman tangan ayahnya. Berusaha menyalurkan kekuatan supaya Walter bisa menerima fakta yang terkuak.

"Dara bukan anak durhaka, Dara hanya ingin menyelamatkan ayah, hiks~ Dara tidak ingin kehilangan Ayah~" ucap Dara yang masih terisak, kala Walter membaca hasil lab di tangan satunya.

"Jadi selama ini... Astaga~ aku tidak menyangka jika aku telah meminum racun. Dan aku lebih tidak menyangka jika istriku sendiri yang memberikan racun itu padaku." tuan Walter tampak sangat kecewa , terlihat dari bagaimana dia meremas kertas yang dia baca barusan.

Kemudian Walter menatap putri semata wayang yang masih menggengam erat tangannya, tatapan rasa bersalah karena sudah menampar waktu itu.

"Maafkan ayah anakku,apa masih sakit ? Maaf kan ayahmu yang bodoh ini, hiks~" tuan Walter mulai tergugu meneteskan air mata,merasa menyesali perbuatannya saat memarahi Dara yang pulang ke rumah tempo hari.

"Bisa melihat ayah , rasa sakit itu sudah hilang , yah. Jangan menangis nanti Dara ikut menangis lagi, ayah~"

Walter kembali memeluk putri kecil nya seperti sedang meminta maaf atas perlakuan buruknya selama ini.

"Sekarang bukan saatnya larut dalam kesedihan, kini kita tahu fakta sebenarnya dan siapa penjahat yang harus kita adili. Tuan Walter, apakah anda siap jika harus menyaksikan istrimu mendekam di dalam sel penjara atas kejahatannya selama ini ? Sejak awal pernikahan Megan sudah memberi anda racun untuk dikonsumsi. Jelas sekali dia tidak mencintai anda secara tulus, Megan hanya mengincar harta keluarga Svaroski." kata William jujur.

"Ya.. Fakta ini sangat menyakitkan. Aku berharap semua ini hanyalah mimpi. Aku menyesal telah menikahi Megan dan ingin sekali memutar waktu, aku minta maaf putriku... " lagi lagi Walter meminta maaf dan Dara lagi lagi mengeluarkan air mata.

"Kita harus bekerja sama, ayah. Kita akan membuat Megan mengakui perbuatannya secara langsung . " kata Dara yakin menatap sang ayah.

"Apa rencana kita ?"