Lisna seorang istri penyabar dan tidak pernah mengeluh pada sang suami yang memilih menganggur sejak tahun ke tiga pernikahan mereka. Lisna dengan tulus menjadi tulang punggung keluarga.
Setelah tujuh tahun pernikahan akhirnya sang suami terhasut omongan ibunya yang menjodohkannya dengan seorang janda kaya raya. Dia pun menikahi janda itu atas persetujuan Lisna. Karena memang Lisna tidak bisa memberikan suaminya keturunan.
Namun istri kedua ternyata berhati jahat. Dia memfitnah Lisna dengan mengedit foto seakan Lisna sedang bermesraan dengan pria lain. Lagi lagi suaminya terhasut dan tanpa sadar memukul Lisna bahkan sampai menceraikan Lisna tanpa memberi kesempatan Lisna untuk menjelaskan.
"Aku pastikan ini adalah air mata terakhirku sebagai istri pertama kamu, mas Fauzi." Ujarnya sambil menghapus sisa air mata dipipinya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Saksikan di serial novel 'Air Mata Terakhir Istri Pertama'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana jahat Wulan
Sejak Wulan dan Fauzi menaruh curiga pada Lisna tentang mencelakai Queen. Lisna menjauhkan diri dari gadis kecil itu. Lisna meninggalkan rumah pagi pagi sekali sebelum pemilik rumah bangun, lalu dia akan pulang larut malam saat penghuni rumah sudah tidur.
Seperti itulah yang dilakukan Lisna seminggu terakhir. Hingga kini tibalah di hari minggu. Lisna yang merasa merindukan mama mertuanya menghubungi untuk menginap disana.
"Mama tidak di rumah. Fitri juga tidak ada."
Begitulah jawaban mama mertuanya. Padahal, dia ada di rumahnya bersama Fauzi, Wulan dan juga Queen. Sementara Lisna sendirian di rumah kontrakannya.
Kembali ke rumah Fatimah. Malam ini mereka berbincang bincang cukup lama. Membahas banyak hal hal lucu dan menyenangkan. Tentu saja juga bermain bersama Queen.
"Mama sudah mengantuk. Kalian belum mau tidur?" Tanya Fatimah oada Wulan dan Fauzi.
"Belum, ma. Kami masih mau mengobrol sebentar lagi." Jawab Wulan tanpa persetujuan Fauzi.
"Ya sudah kalau gitu mama tidur duluan ya. Mama mau menemani cucu mama yang sudah tidur lebih dulu."
"Iya ma. Selamat malam.." Ucap Wulan dan Fauzi berbarengan.
Saat Fatimah sudah menghilang di balik pintu kamarnya, Wulan pun merebahkan kepalanya tepat di pangkuan suaminya itu. Dan Fauzi pun membelai lembut rambut panjang Wulan yang selalu harum membuatnya candu setiap malamnya untuk menyentuh istrinya itu.
"Mas, apa mas tidak curiga sama mbak Lisna?"
"Curiga bagaimana maksud kamu?"
"Ya curiga. Mbak Lisna akhir akhir ini jarang terlihat di rumah."
"Jelas dia jarang di rumah, sayang. Kan dia kerja."
"Iya aku tahu dia kerja. Tapi masak sih lembur terus?"
Kalimat terakhir yang Wulan ucapkan membuat Fauzi mulai curiga pada istri pertamanya yang tidak pernah mendapatkan apa apa darinya.
"Gini loh mas. Aku bukannya mau menuduh atau mengadukan mbak Lisna pada mas. Tapi, kemarin karyawanku yang datang ke kantor Lisna untuk meeting, dia bilang dia melihat Lisna mesra mesraan dengan salah satu karyawan disana."
"Masak sih. Memangnya karyawan perusahaan ada yang kenal sama Lisna?"
"Ya kenal lah mas. Kan dia salah satu karyawan yang hadir di pernikahan kita waktu itu."
Fauzi terdiam. Tangannya yang tadi membelai rambut Wulan dia alihkan untuk mengepalnya erat.
"Kalau sampai Lisna berani selingkuh, aku tidak akan memberinya ampun." Gumamnya sambil menggertakkan gigi gerahamnya.
Wulan tersenyum senang dalam hatinya. Suaminya itu mudah sekali dihasut.
Aku tidak perlu bekerja keras sampai turun tangan untuk mengusir Lisna dari kehidupanku. Ternyata Fauzi sangat mudah dihasut. Aku hanya tinggal membumbui saja dengan bumbu yang banyak, dan doorr… Selamat tinggal Lisna yang malang.
Lisna yang sedang mereguk segelas kopi tersedak tiba tiba. Mungkin karena Wulan sedang menyebut namanya dan berpikiran jahat padanya.
Tin..
Tin…
Suara klakson motor itu memekakkan telinga semua penghuni kontrakan itu termasuk Lisna.
"Siapa yang membunyikan klakson motor malam malam begini?" Tutuk Lisna merasa terganggu.
Dia melangkah mendekati kaca depan rumahnya, Lisna mengintip dari balik gordennya.
"Elang!" Serunya.
Segera saja Lisna meraih handphonenya yang tergeletak diatas meja. Dia menghubungi Elang yang kini ada di depan kontrakannya.
Panggilan terhubung, hingga suara klakson motor pun tidak lagi memekakkan telinga warga setempat.
"El, kamu ngapain? Malam malam bikin ribut di sini!" Rutuk Lisna.
"Hanya mau memastikan apa kakak ada di rumah atau tidak." Jawabnya santai.
"Untuk apa?"
"Ya hanya sekedar memastikan saja."
"Aneh."
"Ya sudah ya kak. Aku pamit, ada shooting."
Panggilan di putus oleh El, lalu dia pun tancap gas meninggalkan perkarangan rumah kontrakan Lisna.
"Dasar bocah aneh. Kurang kerjaan banget." Celoteh Lisna melangkah kembali masuk kekamarnya.
*
*
*
Keesokan harinya, Lisna sudah kembali ke rumah Wulan lagi. Dan malam harinya, Fauzi menepati janjinya untuk tidur di kamar Lisna.
"Lis, kamu marah ya sama aku?"
Dasar Fauzi tidak punya hati. Bukannya meminta maaf malah menuduh Lisna marah.
"Kenapa aku marah, mas?" Jawab Lisna yang sedang membereskan mukenanya. Dia baru saja selesai sholat isa.
"Ya, karena kamu terkesan menjauh. Pagi pagi sudah berangkat kerja. Pulangnya juga sudah malam, pas aku sudah tidur."
"Ya karena kalau pun aku pulang cepat, buat apa mas. Toh mas juga sedang menikmati malam bersama istri baru mas." Celetuk Lisna.
Fauzi kaget. Baru kali ini Lisna bicara judes padanya selama tujuh tahun pernikahan.
"Kamu cemburu sama Wulan?"
Pertanyaan bodoh apa lagi itu Fauzi. Dasar laki laki satu ini tidak pernah sadar diri.
"Tentu aku cemburu, mas. Aku istrimu, aku ikut kamu pindah ke rumah ini, ke rumah maduku. Disini aku merasa terasing, mas. Tapi, mas malah tidak punya waktu sedikitpun untukku. Aku mengerti, mas sama Wulan pengantin baru. Tapi, apakah tidak bisa mas memberikan perhatian padaku sebelum mas masuk ke kamar Wulan?"
Fauzi tediam. Dia baru pertama kalinya mendengar Lisna mengomel panjang lebar seperti ini. Padahal sebelumnya Lisna istri yang sangat lembut, pengertian dan penyabar.
"Aku minta maaf, Lis."
Fauzi mendekati Lisna dan langsung memeluk Lisna dengan pelukan hangat yang dirindukan Lisna dua minggu terakhir.
"Aku janji, mulai malam ini sampai seminggu kedepan aku akan tidur di sini, bersama kamu. Aku akan memelukmu dengan erat sepanjang malam." Bisiknya.
Malam ini, Fauzi berhasil menyirami hati Lisna yang layu bahkan hampir mati. Hati itu kembali segar dan terasa menghangatkan.
Sepasang suami istri itu akhirnya menghabiskan malam bersama setelah sekian lama. Fauzi merasa bersemangat menyentuh kembali tubuh Lisna yang sebenarnya jauh lebih membuatnya candu dibanding Wulan. Tapi, secara pelayanan tentu Wulan lebih mahir dan berpengalaman. Karena itulah Fauzi suka menghabiskan malam bersama Wulan dibanding Lisna yang terkesan lemah dan membosankan.
Meninggalkan pasangan suami istri yang tengah menikmati malam mereka. Wulan justru keluar dari rumah diam diam. Entah kemana tujuannya, yang jelas dia berpakaian rapi, menutupi wajahnya dengan masker dan juga menggunakan kaca mata hitam.
Dia pergi dari rumah dengan memesan go car. Karena jika membawa mobilnya, suaranya pasti akan didengar oleh Fauzi dan Lisna.
"Antar saya ke alamat ini, mas."
Wulan memperlihatkan alamat yang akan dia tuju di layar handphone-nya.
Mobil itu melaju kencang berpacu di jalan raya menuju alamat yang diminta oleh penumpangnya itu. Mobil itu terus melaju, hingga tiba di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
"Mas tunggu saya di sini. Sekitar sepuluh menit saja."
"Baik mbak."
Wulan melangkah masuk ke gang sempit itu dengan berjalan kaki. Kemudian langkahnya berhenti tepat di depan salah satu rumah kecil. Segera saja Wulan mengetuk pintu itu.
Tok…
Tok...
Pemilik rumah akhirnya membuka pintu dan langsung mempersilahkan Wulan masuk.
Wulan memberikan foto Lisna pada pria berperawakan preman itu.
"Singkirkan wanita ini segera."
"Mbak Wulan berani bayar berapa?" Tanya Pria itu yang sepertinya sudah mengenal Wulan sebelumnya.
"Berapapun yang kamu mau, asal wanita ini menghilang dari keluarga saya."
"Baiklah. Ini perkara gampang."
"Saya percaya sama kamu Roy. Ingat, jangan sampai gagal dan jangan sampai ketahuan kalau saya yang membayar kamu untuk menyingkirkan wanita ini." Ancamnya.
"Tenang saja, mbak Wulan. Rahasia di jamin aman di tangan saya."
Wulan dan Pria itu berjabat tangan tanda kerjasama antara mereka sudah saling disetujui.
.
.
Catatan: *Tulisan miring artinya suara hati ya!!
uh..ampun dah..
biarkan metrka berusaha dengan keangkuhanya dulu