Hutang budi karena pernah ditolong, seorang pria kaya berjanji akan menikahkan putrinya kepada pemuda bernama Kosim anak orang miskin yang menolongnya.
Di lain pihak istri seorang kaya itu tak setuju. Dia tak rela bermenantukan anak orang miskin dengan rupa kerap dicemooh orang desa.
Namun sang suami tak mau ingkar janji, ia menyebut tanpa ditolong orang miskin itu entah bagaimana nasibnya mungkin hanya tinggal nama.
Akhirnya sang istri merestui namun dalam hatinya selalu tumbuh rasa antipati kepada sang menantu, tak rela atas kehadiran si menantu orang miskin yang buruk rupa.
Bagaimana jadinya? Ya, "Mertua Kaya Menantu Teraniaya."
Lebih rincinya ikuti saja jalan ceritanya di buku kedua penulis di PF NToon ini.
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fendy citrawarga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Godaan Sang Pengojek
Karena menunggu kedatangan ojek dirasa cukup lama, Amih Iah pun akhirnya berjalan kaki ke arah kampung halamannya sambil sesekali menengok ke belakang menunggu tukang ojek.
Hatinya masih terganjal oleh ulah si Fitri anak Mang Koyod dan Bi Icih yang ternyata punya keberanian dan lihai berkelit ketika diterjang.
"Dari mana tuh anak punya ilmu bela diri? Kurang ajar, kalau tadi tak melawan sudah habis tuh anak!" gumam Amih lagi.
"Boleh kamu menang sekarang, tapi rasakan nanti pembalasanku! Jangan sebut Sajiah kalau tak punya nyali melabrak siapa pun yang merintangi tujuan dan harapannya. Ya, harapan utuk menguasai harta benda sebanyak-banyaknya! Aku ingin paling kaya di kampungku, di desaku, di kecamatanku, di kabupatenku, di provinsiku, di Indonesiaku, dan bahkan di duniaku!" celoteh ngawur angan-angan Amih Iah.
Tak lama kemudian terdengar bunyi sepeda motor dari belakang, Amih Iah sangat senang karena kini waktu sudah sore, mungkin pukul 16:30. Hampir seharian dia keluar rumah sampai lupa makan mencari Yani dan Kosim tapi nihil.
Sementara sepeda motor terdengar dipelankan, Amih makin senang karena pastinya itu motor ojek yang sedang mencari penumpang. Amih pun segera menoleh, dan memang benar tukang ojek yang telah Amih kenal, si Oyot yang tadi mengantarkannya ke rumah Mang Koyod, namun ongkosnya belum dibayar.
Amih menunggu tawaran si Oyot untuk menaiki ojeknya. Namun, alih-alih mendapat tawaran, si Oyot malah langsung melajukan sepeda motornya meski pelan-pelan.
"Saryot, kenapa sih kamu terus jalan 'kan ada penumpang?" hardik Amih Iah.
"Oh Bu Haji mau naik ojek?"
"Ya iyalah kan kamu lihat aku berjalan kaki lagi menunggu ojek."
"Ogah ah."
"Belagu lu pakai gak mau narik penunpang, emang kamu sudah kaya?"
"Justru itu tak kaya-kaya karena dikerjai orang kaya yang naik ojeknya ngutang," celoteh si Oyot nyindir Amih Iah.
Amih Iah baru mengerti sekarang mengapa si Oyot berulah kepadanya, gegaranya ongkos naik ojek tadi
belum dibayar padahal tadi emang uang ada disimpan di balik BH dan Amih sengaja ngerjain si Oyot karena berlaku cunihin alias suka menggoda wanita.
Jelas Amih tak suka digoda oleh si Oyot yang walaupun tampak berotot dan berbodi sedikit macho. Lain hanya jika yang meggoda itu Juragan Darmin si orang kaya di desa ini yang sudah punya supermarket pastilah dia suka.
Amih Iah memang punya ambisi beragai cara untuk meraup kekayaan, termasuk kekayaan Juragan Darmin. Makanya dia bersemangat menjodohkan Yani dengan Johar agar jika sudah berjodoh kekayaan Juragan Darmin pun bisa dicicipi Amih Iah.
Namun ternyata untuk menggapai harapan itu banyak rintangannya. Rintangan utama adalah dari suaminya, Pak Haji Soleh, yang telah menjodohkan Yani dengan si Kosim anak orang miskin.
Amih Iah kira Yani bakal tak mau ditikahkan dengan. Yani anak cantik, berbodi montok, berkulit kuning langsat. Lah si Kosim? Selain anak orang misikin, juga buruk rupa.
Namun kenyataannya di mata Yani Kosim adalah Dewa Kamajaya yang turun dari Kahyangan.
"Kamu nyindir ya Oyot? Mau dibayar berapa kamu ngojek, kamu takut ongkosnya tak dibayar? Rumah saya kamu tahu, dua pabrik huler kamu juga lihat. Nih lihat!" ujar Amih Iah sungguh tak enak disindir pedas oleh si Oyot.
"Kalau ada uang mengapa tadi tidak dibayar?" balas si Oyot.
"Aku lupa, biasanya bawa dompet tapi tadi tegesa-gesa. Uang hanya di simpan di dada," ujar Amih.
Dalam waktu bersamaan ada seseorang naik sepeda, ternyata dia adalah Mang Koyod yang baru pulang bekerja dari rumah Pak Haji Soleh atau rumah Amih Iah.
Melihat dari kejauhan seperti Amih Iah dan tukang ojek, Mang Koyod segera turun dari sepedanya serta menuntun sepedanya ke pinggir jalan lalu memasuki kebun tetangganya yang di sana terdapat tumpukan batu bata merah.
Di balik batu merah ituah Mang Koyod menyimpan sepedanya lalu dia mengendap-endap ke balik pohon mendekati Amih Iah dan tukang ojek mendengarkan apa yang tengah dibicarakan keduanya.
"Kok mau ngojek lama banget adu tawarnya, pasti ada pembicaraan lain," bisik hati Mang Koyod.
Yang pasti Mang Koyod sudah tak enak hati karena boleh jadi Amih Iah telah mendatangi rumahnya untuk mencari Yani dan Kosim.
Dibayangkan pula oleh Mang Koyod bahwa Amih Iah pasti marah-marah kepada istrinya, bahkan boleh jadi dipukul dan disiksa karena yang dicarinya tidak ada. Kalau hal itu terjadi, Mang Koyod jelas tak tega.
"Jangan takut tak dibayar Oyot ganteng, pasti Amih bayar," ujar Amih Iah sembari bercanda dengan menyebut si Oyot ganteng.
Keruan saja si Oyot membuka helm lalu membereskan rambutnya dengan jemarinya, mungkin dari sananya ingin menambah kegantengan sebagaimana pujian Amih Iah.
"Bik kalau begitu mah Amih cantik," timpal si Oyot, dipuji ganteng malah makin 'cunihin' saja menyebut Amih cantik.
"Hih, mentang-mentang dipuji ganteng kamu makin 'cunihin' saja Oyot. Aku bilang sama istrimu, kena hajar lo!"
"Aku belum punya istri Mih."
"Dibilang sama pacarmu."
"Aku belum punya pacar Mih."
"Huh, sial bener elo jadi lelaki Yot. Otot saja menonjol! Udah dengerin ya. Nih ongkos bolak-balik aku ya," ujar Amih Iah sambil mengasihkan uang Rp 100.000 yang langsung diterima oleh si Oyot.
"Kamu ingin uang lebih banyak?"
"Jelas dong. Kalau Oyot punya uang banyak kan pasti mudah nyari pacar nyari istri. Kalau miskin ya beginilah jomblo terusssss!" keluh Oyot.
"Nah kalau kamu mau dapat uang banyak, kamu harus bekerja sama dengan Amih, Yot."
"Kerja sama?"
"Iya, tugas kamu enteng saja. Tetapi kalau berhasil uang ini akan Amih kasihkan ke kamu!" kata Amih sambil memperlihatkan uang sisa pembayaran ongkos yang seratus ribu.
"Apa tugasnya, Mih?"
"Dengarkan ya. Sedari pagi tadi Amih mencari anakku si Yani dan si tikus besar," Amih berhenti bicaranya karena disela oleh si Oyot.
"Lho sejak kapan Jeng Yani dinikahi tikus? Bukankah suaminya Den Kosim?"
"Awas ya sekali lagi kau bilang Den Kosim, aku paling sebel mendengar orang menyebut kata itu. Si tikus besar ya si Kosim Yot! Keduanya kabur dari rumah Amih, Amih telah cari ke rumah ibunya si Kosim, nihil, dicari lagi ke rumah si Icih barusan tidak ada, malah Amih kena sial jatuh mencium ubin kayu gegara anak si Koyod tak mau aku pukul, tuh lihat lebam begini!" ujar Amih curhat panjang lebar.
"Ya jelas lebam dong Mih kena cium papan kayu mah. Coba kalau kena bibir Oyot.......hahaaaa!"
"Mulutmu! Ayo, katakan siap tidak?"
"Ya, Oyot harus kerja sama apa? Kerja sama di ranjang kan sudah ada Pak Haji, masa Oyot main serobot begitu saja?"
"Kenapa sih pikiranmu ngeres terus dan menggoda aku? Tak levellah aku digoda tukang ojek, Oyot! Ingat ini di tempat umum, tempat terbuka, dilihat mulai anak-anak hingga orangtua. Kalau kamu bicara ngeres lalu didengar editor NToon, bakal kena sensor, tahu!"
"Hahaaa.....! Ya beginilah Mih nasib bujang jomblo tak ada pasangan. Oke, lalu kerja sama apa yang bisa Oyot kerjakan?"
"Kamu tinggal bantu mencari si Yani dan si Kosim di sekitaran sini atau sekali-sekali ke rumah ibunya, tahu kan rumahnya? Itu tetanggaan dengan si Mpok Ipah! Nah kalau kamu berhasil segera kontak Amih yah!"
"Mana nomer HP Amihnya biar kita mudah chating, eh maaf biar Oyot mudah mengirim info," ujar Oyot.
"Nanti saja kalau ketamuan lagi. Kini Amih tak bawa HP tergesa-gesa, keluar rumah sembunyi-sembunyi dari Pak Haji. Ayo sekarang segera antar Amih pulang sudah sore. Ingat ya itu tugasmu dan nanti kalau berhasil Amih akan kasih bonus!"
"Siap! Ayo segera naik, sayang!" celoteh si Oyot gak ada kapok-kapoknya menggoda Amih Iah. Malah sengaja menggoda dengan menyebut sayang.
Akibatnya, plak! Sebuah pukulan keras menimpuk pundak si Oyot.
"Auuuuw! si Oyot menjerit sambil melajukan sepeda motornya meninggalkan Kampung Dadap Desa Sukasari kampung halaman Mang Koyod.
Sementara Mang Koyod yang tengah mengintip Amih dan tukang ojek yang ternyata si Oyot, dia cuma geleng-geleng kepala melihat ulah si Oyot yang menggoda majikan perempuannya.
Ternyata benar kedatangan Amih Iah ke kampungnya ini untuk mencari-cari Yani dan Kosim serta tadi dengar pula Amih Iah menyinggung anaknya Fitri. Berarti Fitri ada ke rumahnya.
Mang Koyod pun tak membuang-buang waktu lagi, dia langsung saja mengambil sepeda dan dituntun hingga ke rumahnya karena sudah dekat, hanya beberapa meter saja.
(Bersambung)