Mertua Kaya Menantu Teraniaya

Mertua Kaya Menantu Teraniaya

Bab 1. Sedang Makan Dimarahi

"Kosiiiiiiiim........!" teriak Amih Iah memanggil sang menantu prianya yang saat itu tengah makan karena perutnya sudah sangat lapar dari pagi hingga pukul 11:00 belum makan.

"Iya Mih. Ma, mangap....lagi makhan," timpal Kosim sang menantu yang sangat dibenci mertua perempuannya itu.

Kosim bicara dengan mulut penuh makanan hingga terdengar tidak sempurna.

Amih Iah, demikian orang-orang menyapa Ibu Hajah Sajiah, istri Pak Haji Soleh ini, sangat geram mendengar Kosim bicara tak jelas. Itu tak sopan, pikirnya.

Amih Iah pun setengah loncat menuju kamar anak menantunya. Tampak Kosim lagi makan di lantai kamarnya tak beralaskan apa pun, ia begitu lahap makan yang disajikan sang istri.

Sementara Yani, istri Kosim atau putri Pak Haji Soleh dan Amih Iah tengah merapikan pakaian yang baru diangkatnya dari penjemuran. Meski masih jam 11:00 tapi sebagian sudah ada yang kering karena sudah dijemur dua kali dengan hari kemarin.

Amih Iah berkacak pinggang, tak ubahnya orang-orangan di sawah. Kosim tak hirau, dia masih terus menyuapi mulutnya sendiri karena belum kenyang.

"Hey, kunyuk!" semprot Amih Iah demi melihat si Kosim m⁶asih anteng mengunyah padahal mertua galaknya sudah berkacak pinggang di ambang pintu.

Kosim tak menyahut. Ia mencuil bagian ikan pindang yang montok, lalu dimasukkan ke dalam mulutnya. Lalap daun kol muda dicoelkan ke sambal terasi merah menyala yang disimpan di piringnya.

Keruan saja Amih Iah tambah emosi. Dia merasa sudah tidak dihargai lagi oleh menantu yang disebutnya kunyuk. Kalau menantunya kunyuk, mertuanya apa ya?

"Sekali lagi kamu cuekin aku, aku gampar kepala borokan kamu!" ancam Amih Iah.

"Bu, ada apa sih kok gitu sama Kang Kosim? Kasihan dia dimaki-maki terus?"

Akhirnya Yani bangkit dari tepian ranjang lalu menghampiri ibunya dan menyuruhnya agar pergi. Kalau ada perlu mengapa tidak bicara baik-baik, bukannya marah-marah tak keruan begitu.

"Kamu lagi mau-maunya dinikahi anak orang miskin dan buruk rupa!"

Deg!

Jantung Kosim terasa sakit mendengar ucapan Amih Iah barusan. Kata-kata itu kerap ia dengar ketika mertua perempuannya memarahinya,

menyebut orangtuanya miskin, menyebut rupanya buruk.

Namun apa daya dia hanya bisa mengurut dada. Untuk yang satu ini Kosim tak bisa membela diri karena memang kenyataannya begitu. Ya, orangtuanya miskin, rupa dia pun amat jauh dengan rupa orang cakep atau ganteng, apalagi dipersamakan dengan aktor Korea, tak seujung kukunya.

Benar, Yani sang istri yang cantik, kulit kuning langsat, tubuh lumayan berisi, bahkan sedikit seksi dengan bokong sedikit jumbo, ditambah selalu mengenakan hijab, siapa pria yang tak tertarik kepada Yani anak orang kaya lagi.

Tapi kenapa juga Yani harus mau dinikahi pria macam Kosim yang jelas-jelas anak orang miskin dan rupanya buruk seperti dikatakan Amih Iah.

Sudah mah anak orang miskin, rupa buruk dengan kulit hitam meski tidak legam, rambut lurus, tubuh kurus kering meski tidak sampai kerontang.

"Jadi, semua yang dikatakan mertua perempuan gue itu benar adanya. Oleh karena itu tak perlu dibela atau membela diri dengan berkata yang bukan-bukan kalau tak ingin menambah masalah," benak Kosim.

Namun, ketika barusan, terdengar mertuanya menyebut dia kunyuk, ini jelas perlu dilawan, tak boleh dibiarkan, sebab dia tahu mertuanya tak punya penyakit katarak yang menyebabkannnya hilang indra netranya sehingga tak bisa membedakan mana manusia mana kunyuk.

"Hey, kalau orang lagi ngomong dengerin ya, lihat ya, jangan terus makan! Itu penghinaan!" koar Amih Iah kian menjadi-jadi karena Kosim belum memberikan reaksi apa pun.

Padahal niatnya marah-marah untuk mencari-cari kesalahan Kosim agar bisa dengan mudah menghasut suaminya sehingga Kosim dan Yani segera bercerai.

Namun alih-alih menuruti kemauan sang isti, Pak Haji Soleh kerap membela Kosim dengan atas nama utang budi kepada orangtuanya.

"Kan Amih yang nyuruh diam!" timpal Kosim sudah punya senjata untuk membalikkan ucapan ejekan mertua wanitanya.

"Apa maksudmu?" Amih Iah mendekati wajah Kosim laksana singa yang mau melahap kepala kambing muda.

"Tadi kan Amih bilang hey kunyuk! Ya udah aku diam karena yang ibu sapa kunyuk, sedangkan aku sumpah manusia. Kalau gak percaya boleh tes DNA tes DNO, tes apa pun!' celoteh Kosim yang sehari-harinya memang senang bersilat lidah menyudutkan orang yang suka menghinanya.

Kosim pikir, harta kekayaan boleh miskin, rupa boleh buruk, tapi otak harus tetap kaya, tubuh harus tetap bersih dengan bersuci untuk salat biar tetap berderajat takwa.

Bukankah menurut firman Tuhan manusia yang paling mulia di sisiNya hanyalah orang yang paling takwa, bukan orang yang paling kaya, orang yang paling beriman, bukan orang yang paling tampan, orang yang paling penyabar, bukan orang yang paling pintar.

Kosim bergumam demikian bukan untuk membela diri, tetapi itulah ketentuan Allah SWT yang Mahaadil dan Bijaksana.

Bayangkan, kalau Tuhan menetapkan bahwa orang yang paling mulia itu orang yang paling kaya, yang paling cakep, yang paling pintar, terus bagaimana dengan orang miskin, orang yang buruk rupa? Kalau itu terjadi, jelas Tuhan tidak adil. Dan itu mustahil.

"Bisa aja bersilat lidah! Dasar tak mengenyam bangku sekolah!" hina Amih Iah lagi.

Kosim tak menyanggah karena memang dia pun tak mengenyam pendidikan layaknya orang lain yang bisa tamat SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. Kosim hanya masuk SMP kelas 1, tidak sampai tamat karena kehabisan keuangan keburu ayahnya Pak Soma meninggal dunia.

Amih Iah meninggalkan kamar Kosim, namun sebelumnya, ia menyuruh dengan kasar agar Kosim mengisi baik air di kamar mandi hingga penuh. Bak air yang harus diisi dengan air dari sumur. Itu atinya Kosim harus menimba air dari sumur yang begitu dalam.

"Nyi ini udah, tolong simpan ke dapur ya, langsung cuci biar Amih tidak marah-marah lagi," pinta Kosim kepada istrinya yang dari tadi mematung menyaksikan ibunya memarahi sang suami.

Yani cuma bisa diam. Dia begitu hormat kepada orangtuanya, apalagi kepada ibunya yang telah mengandungnya meski dia sangat

tidak senang terhadap sikap ibunya yang selalu memarahi sang suami.

Bagaimanapun Kosim keadaannya, dia adalah suaminya yang harus dihormati yang harus dihargai. Yani sadar terhadap ajaran agama bagaimana semestinya sikap seorang istri terhadap suaminya, bagaimanapun keadaan suaminya sepanjang sang suami berada di jalan yang benar.

Oleh karena itu Yani pun merasakan kepedihan hati suaminya ketika dimarahi dan dimaki-maki ibunya. Satu hal yang tak bisa dia lakukan, membela sang suami dengan terang-terangan kecuali hanya berkata alakadarnya agar sang suami tidak terlalu sakit hati, paling tidak kehadiran dirinya di samping suaminya punya arti.

"Iya Kang. Sabar ya atas semua sikap Amih. Kita berdoa semoga ke depan ada perubahan," lirih Yani di telinga Kosim yang kemudian menganggguk mengiyakan.

Benar apa yang dipikirkan Yani bahwa kehadirannya sangat berarti bagi Kosim. Kosim tak dapat membayangkan bagaimana dia akan sangat teraniaya jika Amih yang galak itu didukung oleh istrinya.

Selama ini yang mendukung sikap Amih hanyalah kakak Yani nomer dua, Deni, yang kini tengah kuliah di kota tapi lebih sering pulang ke rumah meminta uang dengan motornya.

Deni pula yang kerap membawa-bawa pria lain ke sini entah temannya di kampung sini atau dari kota yang menawarkan ibunya untuk menjadikan suami bagi Yani. Tapi alhamdulillah Yani tak tergoda.

Itu tak lain atas didikan Pak Soleh ayahnya. Memang Kosim tahu semula Yani menolak dijodohkan dengan dirinya meski juga dia tidak menyebut pria lain yang tengah mendekatinya.

Belakangan Kosim tahu dari Yani katanya Pak Soleh dan Yani bicara serius tentang mengapa Pak Soleh menjodohkan Kosim dengan Yani.

"Bapak berutang budi kepada Pak Soma. Tolong ikuti nasihat Bapak, bukannya Bapak tidak kasihan kepada kamu Yan, tapi Bapak sudah keluar kata-kata berupa janji ketika Bapak nyaris kehilangan nyawa dan ditolong oleh Pak Kosim......" kata Pak Soleh seperti ditirukan oleh Yani kepada Kosim.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Hadimulya Mulya

Hadimulya Mulya

kok sabar,kn dh rumah ttg harus mandiri lah

2024-02-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sedang Makan Dimarahi
2 Bab 2. Pertikahan "Bencana"
3 Bab 3. Menantu Rasa Pembantu
4 Bab 4. Mengintip dari Langit-langit Rumah
5 Bab 5. Dihina Si Tikus Besar
6 Bab 6. Tiga Tamparan Mendarat di Wajah Yani
7 Bab 7. Mengajak Pindah
8 Bab 8. Terpaksa Berbohong
9 Bab 9. Mabuk Berat
10 Bab 10. Kabur Lewat Dapur
11 Bab 11. Ditendang hingga Terjengkang
12 Bab 12. Malam Pertama yang Tertunda
13 Bab 13. Kompak Mandi Besar
14 Bab 14. Bersilat Lidah
15 Bab 15. Dicurigai
16 Bab 16. Menanti Doping Deritan Ranjang
17 Bab 17. Hasrat yang Hilang
18 Bab 18. Demi Kemanusiaan
19 Bab 19. Senjata Andalan Bi Icih
20 Bab 20. "Keluar Kau!!!!"
21 Bab 21. Dihina Habis-habisan
22 Bab 22. Kenangan Masa Kecil
23 Bab 23. Para-para Rumah pun Dinaiki
24 Bab 24. Masuk Rumah Tak Melepas Sandal
25 Bab 25. Melawan
26 Bab 26. Godaan Sang Pengojek
27 Bab 27. Tak Terpengaruh
28 Bab 28. Minta Diajari Bela Diri
29 Bab 29. Diketahui Mata-mata
30 Bab 30. Disambut Tangisan Histeris
31 Bab 31. Tiada Maaf Bagimu
32 Bab 32. Doa Dapat Momongan
33 Bab 33. Jojo Sedih Oyot Nekat
34 Bab 34. Asisten Kompor
35 Bab 35. Bisikan Jahat
36 Bab 36. Bangga Anak 'Ngegeng'
37 Bab 37. Misi Balas Dendam
38 Bab 38. Dibawa ke Dangau Sunyi
39 Bab 39. Tak Melawan
40 Bab 40. Masih Hidup
41 Bab 41. Oyot yang Selamat dan Rencana Johar Berbuat Jahat
42 Bab 42. Dihadang Sepulang Sekolah
43 Bab 43. Dihajar Dongkrak
44 Bab 44. Pemuda Idaman
45 Bab 45. Ingin Pergi Jauh
46 Bab 46. Cinta Buta
47 Bab 47. Jadi Permen Saja
48 Bab 48. Mundur dari Preman Maju Jadi Orang Beriman
49 Bab 49. Kerja Sama
50 Bab 50. Diperas
51 Bab 51. Dirayu
52 Bab 52. Diborgol
53 Bab 53. Kaget, Oyot Disel juga
54 Bab 54. Terkejut
55 Bab 55. Hamil
56 Bab 56. Menangis
57 Bab 57. Bagi-bagi Duit
58 Bab 58. "Gampang, tinggal menjerit"
59 Bab 59. Iblis Kurang Asem!
60 Bab 60. Keceplosan Bicara
61 Bab 61. Nungging
62 Bab 62. "Juhri, Cabut!"
63 Bab 63. Rumah dan Motor Baru
64 Bab 64. Minta Bantuan Dukun
65 Bab 65. Pulang
66 Bab 66. Mendadak Kangen
67 Bab 67. Tak Mau Dijemput
68 Bab 68. Dibuntuti
69 Bab 69. Tumbang
70 Bab 70. Berembuk
71 Bab 71. Didatangi Suami
72 Bab 72. "Jangan Bawa Anakku!"
73 Bab 73. Interogasi ala Pak Haji
74 Bab 74. "Ampun Pak Haji, Ampun"
75 Bab 75. Di Ujung Sujud Tahajud
76 Bab 76. Menemukan Sandal
77 Bab 77. Bermula dari Patah Hati
78 Bab 78. Godaan Sang Istri
79 Bab 79. Srikandi Pantang Menangis
80 Bab 80. Minta Perlindungan Dukun
81 Bab 81. Bisikan Gaib
82 Bab 82. "Toloooong...!"
83 Bab 83. Yani Sembuh Kosim Masih Misterius
84 Bab 84. Menangisi Baju Sang Suami
85 Bab 85. "Ya Allah Semoga Suamiku Selamat...."
86 Bab 86. Memilih Temani Sang Ayah
87 Bab 87. Terlacak
88 Bab 88. Bergerak Menuju Persembunyian
89 Bab 89. Sepuluh Tahun Kemudian
90 Bab 90. Tak Ingin Mengkhianati Cinta
91 Bab 91. Melihat Istri dengan Pria Lain
92 Bab 92. Antara Kabar Bahagia dan Kabar Duka
93 Bab 93. Ikatan Batin
94 Bab 94. "Papa Kejam!"
95 Bab 95. Jeritan Histeris
96 Bab 96. Terpaksa Dikerangkeng
97 Bab 97. "Sudah Dapat Calon Istrinya?"
98 Bab 98. "Panggil Saja Mama"
99 Bab 99. Bulan Madu Lagi
100 Bab 100 (Tamat) - Amih pun Minta Maaf
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1. Sedang Makan Dimarahi
2
Bab 2. Pertikahan "Bencana"
3
Bab 3. Menantu Rasa Pembantu
4
Bab 4. Mengintip dari Langit-langit Rumah
5
Bab 5. Dihina Si Tikus Besar
6
Bab 6. Tiga Tamparan Mendarat di Wajah Yani
7
Bab 7. Mengajak Pindah
8
Bab 8. Terpaksa Berbohong
9
Bab 9. Mabuk Berat
10
Bab 10. Kabur Lewat Dapur
11
Bab 11. Ditendang hingga Terjengkang
12
Bab 12. Malam Pertama yang Tertunda
13
Bab 13. Kompak Mandi Besar
14
Bab 14. Bersilat Lidah
15
Bab 15. Dicurigai
16
Bab 16. Menanti Doping Deritan Ranjang
17
Bab 17. Hasrat yang Hilang
18
Bab 18. Demi Kemanusiaan
19
Bab 19. Senjata Andalan Bi Icih
20
Bab 20. "Keluar Kau!!!!"
21
Bab 21. Dihina Habis-habisan
22
Bab 22. Kenangan Masa Kecil
23
Bab 23. Para-para Rumah pun Dinaiki
24
Bab 24. Masuk Rumah Tak Melepas Sandal
25
Bab 25. Melawan
26
Bab 26. Godaan Sang Pengojek
27
Bab 27. Tak Terpengaruh
28
Bab 28. Minta Diajari Bela Diri
29
Bab 29. Diketahui Mata-mata
30
Bab 30. Disambut Tangisan Histeris
31
Bab 31. Tiada Maaf Bagimu
32
Bab 32. Doa Dapat Momongan
33
Bab 33. Jojo Sedih Oyot Nekat
34
Bab 34. Asisten Kompor
35
Bab 35. Bisikan Jahat
36
Bab 36. Bangga Anak 'Ngegeng'
37
Bab 37. Misi Balas Dendam
38
Bab 38. Dibawa ke Dangau Sunyi
39
Bab 39. Tak Melawan
40
Bab 40. Masih Hidup
41
Bab 41. Oyot yang Selamat dan Rencana Johar Berbuat Jahat
42
Bab 42. Dihadang Sepulang Sekolah
43
Bab 43. Dihajar Dongkrak
44
Bab 44. Pemuda Idaman
45
Bab 45. Ingin Pergi Jauh
46
Bab 46. Cinta Buta
47
Bab 47. Jadi Permen Saja
48
Bab 48. Mundur dari Preman Maju Jadi Orang Beriman
49
Bab 49. Kerja Sama
50
Bab 50. Diperas
51
Bab 51. Dirayu
52
Bab 52. Diborgol
53
Bab 53. Kaget, Oyot Disel juga
54
Bab 54. Terkejut
55
Bab 55. Hamil
56
Bab 56. Menangis
57
Bab 57. Bagi-bagi Duit
58
Bab 58. "Gampang, tinggal menjerit"
59
Bab 59. Iblis Kurang Asem!
60
Bab 60. Keceplosan Bicara
61
Bab 61. Nungging
62
Bab 62. "Juhri, Cabut!"
63
Bab 63. Rumah dan Motor Baru
64
Bab 64. Minta Bantuan Dukun
65
Bab 65. Pulang
66
Bab 66. Mendadak Kangen
67
Bab 67. Tak Mau Dijemput
68
Bab 68. Dibuntuti
69
Bab 69. Tumbang
70
Bab 70. Berembuk
71
Bab 71. Didatangi Suami
72
Bab 72. "Jangan Bawa Anakku!"
73
Bab 73. Interogasi ala Pak Haji
74
Bab 74. "Ampun Pak Haji, Ampun"
75
Bab 75. Di Ujung Sujud Tahajud
76
Bab 76. Menemukan Sandal
77
Bab 77. Bermula dari Patah Hati
78
Bab 78. Godaan Sang Istri
79
Bab 79. Srikandi Pantang Menangis
80
Bab 80. Minta Perlindungan Dukun
81
Bab 81. Bisikan Gaib
82
Bab 82. "Toloooong...!"
83
Bab 83. Yani Sembuh Kosim Masih Misterius
84
Bab 84. Menangisi Baju Sang Suami
85
Bab 85. "Ya Allah Semoga Suamiku Selamat...."
86
Bab 86. Memilih Temani Sang Ayah
87
Bab 87. Terlacak
88
Bab 88. Bergerak Menuju Persembunyian
89
Bab 89. Sepuluh Tahun Kemudian
90
Bab 90. Tak Ingin Mengkhianati Cinta
91
Bab 91. Melihat Istri dengan Pria Lain
92
Bab 92. Antara Kabar Bahagia dan Kabar Duka
93
Bab 93. Ikatan Batin
94
Bab 94. "Papa Kejam!"
95
Bab 95. Jeritan Histeris
96
Bab 96. Terpaksa Dikerangkeng
97
Bab 97. "Sudah Dapat Calon Istrinya?"
98
Bab 98. "Panggil Saja Mama"
99
Bab 99. Bulan Madu Lagi
100
Bab 100 (Tamat) - Amih pun Minta Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!