TITIK LELAHKU

"Assalamualaikum sayang."

"Mas pu-pulang ... Aku memelankan suaraku diakhir kalimat.

Aku melangkahkan kaki ini dengan langkah gontai kedalam rumah. Menatap setiap sudut rumah yang telah dua tahun aku tempati bersama Nadira.

Menaiki anak tangga menuju kamar, aku melemparkan tas kerjaku sembarang arah. Duduk disisi ranjang meraih foto kami berdua saat masih pacaran dahulu diatas nakas. posisi foto itu sudah ditelungkup mungkin nadira yang melakukan nya.

Sekecewa itukah nadira terhadapku tidak bisakah memberikan kesempatan untukku untuk menebus semuanya.

Airmataku menetes saat menatap wajah isteriku didalam foto.

Nadira mas sangat rindu, isakku.

Maafkan mas ... apa yang harus mas lakukan agar kamu mau kembali lagi bersama mas.

Mataku menangkap benda pipih tepat dibawa foto yang aku ambil tadi, penasaran aku mengambilnya.

Lama aku terpaku ... Akhirnya tubuhku merosot kelantai, tangisku pecah.

Isteriku hamil? ya ... Benda pipih itu adalah alat tes kehamilan. Aku melihat dua garis disana, kenapa aku baru tahu sekarang. Lelaki macam apa aku ini tidak peka terhadap isteri sendiri. Aku memukul kepalaku.

Penyesalanku datang bertubi-tubi apakah aku sanggup menjalani hidupku seorang diri tanpa Nadira disampingku.

Aaaahhhhhh ...

Praang ...

Aku berteriak dan membanting semua barang yang berada disekitarku.

Tuhan ... Sebesar itukah dosaku? Kenapa kau menghukumku dengan cara seperti ini.

Aku memang sangat menginginkan buah hati bersama orang yang aku cintai. Kami telah menantikan kehadiran nya selama dua tahun. Tapi kenapa kau menjauhkanku dari mereka.

Kenapa tuhan ... Aku menjambak-jambak rambutku. Aku benar-benar bisa gila sekarang, apalagi Nadira pergi bersama anakku yang tengah dikandungnya.

Aku menghubungi seseorang.

"halo dav, apa kabar?"

"Tidak baik! Bisakah kamu temani aku sekarang, aku ingin menenangkan fikiranku."

"ah ... Aku lupa, bukankah kamu sudah pindah dari kota ini."

"Bisa dav, kebetulan ada pekerjaan yang aku lakukan disini."

"Dan aku berada dicafe temaram sekarang."

"Baiklah aku segera kesana." lalu menutup sambungan telpon. Aku meletakkan kembali fotoku bersama nadira diatas nakas.

Ternyata reza tengah menungguku didepan cafe, mobilku berhenti tepat didepan nya.

"kita ke club saja!" ucapku saat reza masuk kedalam mobil.

Mobil melaju dengan kecepatan dedang menuju tempat tujuan kami."

"Kamu lagi ada masalah dav?" tanya reza saat kami telah sampai diclub malam.

"Isteriku pergi!" Aku meneguk minuman yang aku tuangkan kegelas. Sudah lama aku meninggalkan kebiasaan ini, selama menikahi Nadira aku tidak pernah menyentuh barang haram ini lagi. tapi untuk hari ini aku butuh ketenangan.

"Istrimu yang mana?" Aku memang sudah tahu tentang pernikahan kedua davin, tapi aku tidak bisa hadir saat itu.

"Istri keduaku! Aku benar-benar mencintainya, kamu taukan aku tidak pernah memcintai Vania."

"Dia meninggalkanku karena dia mengetahui jika aku telah menikah."

"Jika aku menjadi dia aku juga akan melakukan itu dav! Dia bukan selingkuhan, isterimu pasti berfikir selama ini telah menikah dengan pria lajang."

"Kenapa kamu bisa melakukan itu?"

"Aku tidak ingin kehilangan dia makanya aku menyembunyikan statusku."

"Kemana aku harus mencari nya za?"

"Aku yakin Kenand yang telah menyembunyikan nya."

"Darimana kamu tau? keningku mengkerut menatap Davin, kenapa tebakan dia benar jika Kenand yang membawa istrinya.

Aku pusing sendiri melihat dua sahabatku ini, hubungan mereka sangat rumit.

"Dia berusaha memisahkan kami, aku tau Kenand ingin membalas kematian dinda adiknya dengan menghancurkan rumah tanggaku dengan nadira.

Apa mungkin Kenand jatuh cinta dengan istriku? Dan dia membawa lari Nadira.

"Kamu tau za, Nadira wanita yang sangat cantik, jika kamu melihatnya aku yakin kamu juga akan terpesona.

"Bukan hanya tentang kecantikannya tapi dia memiliki hati yang baik dan tulus. Karena ketulusan nya dia sampai rela mengorbankan perasaannya sendiri demi kebahagiaan orang lain."

"tolong bantu aku za ... bantu aku menemukan Nadiraku."

"a-aku tidak tau bagaimana aku akan melanjutkan hidupku tanpa nadira." dia adalah rumah untukku."

"Kamu tidak boleh begitu, tanpa bukti jatuhnya kamu telah memfitnah kenand." aku menggelengkan kepalaku, sepertinya Davin terlalu banyak minum omongan nya semakin ngelantur.

Sebenarnya aku merasa kasihan terhadap Davin, aku tidak akan ikut campur urusan mereka. Jika aku beri tahu Nadira memang bersama Kenand sekarang itu akan membuat permusuhan mereka tidak akan pernah berakhir.

Cintanya begitu besar untuk istrinya. Maafkan aku Dav! Aku harap kamu bisa menyelesaikan masalahmu dengan pemikiran terbuka bukan dengan lari kemabuk-mabukan seperti ini.

TITIK LELAHKU

BY : MIKHAYLA92