NovelToon NovelToon
Me And Mr Mafia

Me And Mr Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Roman-Angst Mafia / Gangster
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: HaluSi

Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.

Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.

Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.

Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.

Langsung baca ya👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Yuan menyesali ucapannya yang menjelaskan secara detail tentang status kekasih. untuk apa dia mengatakan hal yang tidak seharusnya di katakan sebab Ellen tidak menanyakannya.

Johan hanya menatap kegelisahan Yuan tanpa berkomentar. Seorang penguasa yang terkenal kejam dan bengis malah bersikap payah di depan wanita incarannya. Ketegasan Yuan mendadak luntur meski berusaha di tutupi dengan kalimat bernada tinggi.

"Masih ada banyak waktu Kak, tenanglah." Pusing juga melihat Yuan mondar-mandir sehingga terpaksa Johan mengatakannya.

"Perasaan ini sangat menyusahkan!!" Umpat Yuan.

"Kak Yu yang membuatnya menjadi susah. Tidak ada salahnya jatuh cinta. Katakan secara gentle dan selesai."

"Kalau dia menolak ku!" Menunjuk dadanya.

"Kak Yu kan pawang pemaksaan. Lambat laun dia akan luluh. Kalau keberatan dengan dampak masa lalunya, tinggal beralih ke seorang gadis." Jawab Johan asal.

"Apa maksud mu!!!"

"Ya berpaling dari Ellen. Wanita yang pernah menikah cenderung lebih berhati-hati apalagi dampak masa lalunya sudah merusak mental. Kalau Kak Yu tidak mau repot, aku siap mengantikan hehe." Lagi lagi Yuan menempeleng kepala Johan tapi kali ini lebih bervolume." Aduh Kak, otakku bisa rusak kalau begini." Keluh Johan kembali duduk tegak setelah hampir terjungkal.

"Kau paham satu-satunya wanita yang membuatku gila adalah dia!! Bagaimana kau menyuruhku menggantikannya!!! Akupun ingin melupakan semuanya!!! Perasaan ini sangat memuakkan!!"

"Kalau kenyataannya seperti itu, perjuangkan. Lupakan soal keangkuhan, kekuasaan atau semua pertimbangan sebab cinta tak memiliki mata." Ujar Johan menyarankan.

"Belum apa-apa dia sudah menyamakan ku dengan lelaki itu!"

"Sikap Pak David memang dingin seperti mu. Mungkin Ellen merasa dejavu saat melihatmu." Yuan mendengus seraya melirik malas.

"Mana bisa aku bersikap sok manis!! Bisa-bisa aku di remehkan anak buahku seperti sikapmu padaku!" Menunjuk kasar Johan yang malah terkekeh-kekeh.

"Buktinya mereka menghormati ku." Jawab Johan. Dia sendiri yang meminta para anak buah menganggap nya partner kerja atau Kakak laki-laki. Permintaan tersebut menciptakan kekompakan untuk saling menjaga satu sama lain." Apa kamu keberatan atas sikapku? Katanya kita bersaudara? Bukankah wajar memberikan saran atau kamu ingin membangun jarak seperti bos dan anak buahnya." Yuan mengatur nafas untuk merendahkan kekesalan.

"Kau sendiri yang membuat jarak." Ucap Yuan.

"Hanya saat di depan mereka sebab kamu sangat pemarah dan sulit membaur." Johan tampak berdiri." Aku siapkan amunisi dulu." Setelah menepuk pundak Yuan, Johan berjalan keluar ruangan.

"Kenapa ku jelaskan, seharusnya biarkan saja dia menebak-nebak." Umpat Yuan pelan. Dia berjalan mendekati jendela untuk memperhatikan seperti kebiasaan barunya.

.

.

.

.

.

Singkat waktu. Pukul setengah enam, Ellen selesai bersiap. Mbok Lela melongok melihat penampilan Ellen yang berubah menjadi wanita elegan dan berkelas. Dulu saat Ellen di berikan tugas menggoda Sam, make up yang di pakai sudah sangat cantik. Tapi malam ini, penampilan Ellen jauh lebih cantik.

Pantesan bikin kisruh hati Tuan hehe. Batin Mbok Lela sambil memperhatikan Ellen yang tengah mengenakan sepatu hak tinggi.

"Katanya nanti di jemput." Tutur Mbok Lela mencegah kepergian Ellen.

"Ada yang kurang Mbok."

"Biar Mbok sampaikan."

"Sekalian berangkat."

Ellen melangkah keluar. Sesaat perhatian beralih sebelum akhirnya para anak buah menundukkan kepalanya. Mereka tentu takut nyawanya melayang sia-sia.

Sambil masuk dari pintu samping, Ellen memanggil-manggil nama Yuan. Terdengar suara derap langkah kaki dari arah tangga. Ellen berjalan mendekat sementara Yuan malah menghentikan laju kakinya.

Dia cantik sekali. Puji Yuan dalam hati. Jantungnya mulai berdetak kencang namun berusaha di tutupi dengan berpura-pura membetulkan dasi.

"Tuan, ada yang kurang." Ujar Ellen berdiri di ujung bawah tangga.

"Apa?"

"Tas pesta dan perhiasan, ini terlalu kosong." Menunjukkan jari-jarinya lalu memegang leher depannya sejenak.

"Hum aku lupa. Tunggu." Yuan kembali menaiki anak tangga, lumayan untuk mengendalikan sikap konyol yang membuatnya tampak bodoh.

Ellen memutuskan duduk menunggu sambil terus menatap ke arah tangga. Sedikit mengesalkan sebab Yuan tidak juga muncul. Saat Ellen akan menyusul, terlihat Yuan baru saja datang dengan sebuah tas pesta.

"Ini punya almarhum Mama. Sedikit kuno tapi masih bagus. Eum aku lupa menyuruh Johan membelikan perhiasan juga tas." Yuan memberikan tas berwarna silver.

"Tidak apa-apa asalkan tas." Ellen menerima tas lalu memperhatikannya secara detail." Masih kelihatan bagus. Pasti jarang di pakai." Gumam Ellen.

"Hum, Mama tidak hobi berpergian."

"Ini hanya ada lima di dunia. Saya pernah membaca artikelnya. Mana perhiasannya?" Ellen sedikit mendongak sambil merentangkan jari-jarinya." Nanti setelah pesta saya kembalikan. Ini juga untuk nama baik Tuan." Ellen mengucapkan itu karena Yuan tampak terdiam sesaat seolah merasa khawatir pada sesuatu.

Yuan bingung, bukan khawatir. Apa Yuan harus memanfaatkan kesempatan untuk memasangkan cincin atau memberikannya pada Ellen agar di pakai sendiri.

"Ambil saja kalau kamu suka." Yuan berusaha bersikap tenang lalu memegang jemari kecil Ellen dan memasangkan sebuah cincin berlian. Ajaib, cincin milik Almarhum Ibunya sama seperti ukuran tangan Ellen sebab keduanya memang punya postur tubuh kecil.

"Wah, jangan berlebihan Tuan. Tetap saya kembalikan." Sambil menatap kilauan berlian.

"Gelangnya." Ellen bergegas mengulurkan tangannya lagi. Dia tidak menyadari betapa gugupnya wajah Yuan sekarang." Kalungnya pakai sendiri." Kenapa oksigen di sekitar mendadak berkurang. Aku kesulitan bernafas. Keluh Yuan dalam hati.

"Sekalian saja Tuan. Mempersingkat waktu." Ellen memutar tubuhnya seraya menyingkirkan rambut panjang yang menutupi punggung.

Yuan menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai memakaikan kalung. Tangannya tampak gemetar saat tak sengaja bersentuhan dengan kulit Ellen.

"Kak mobilnya..." Ucapan Johan terhenti saat melihat adegan yang seharusnya tak boleh di ganggu.

"Tunggu Jo. Aku hanya membantu nya memakaikan kalung." Gerakan tangan Yuan yang tadinya lambat berubah cepat karena kedatangan Johan membuatnya panik.

"Lanjutkan saja, ku tunggu di luar." Johan hendak pergi namun Yuan bergegas berjalan ke arahnya.

"Ayo." Pinta Yuan berjalan melewati Johan yang tampak tersenyum.

"Terimakasih Tuan." Teriakkan Ellen menyadarkan Yuan jika bisa saja Johan berbuat macam-macam. Laju kaki Yuan yang tadinya cepat perlahan melambat lalu berhenti.

"Hum." Jawab Yuan pelan sambil memutar tubuhnya. Aku melakukan hal bodoh lagi. Johan pasti menertawakan ku.

"Bagaimana dengan persiapannya seperti rompi anti peluru?" Tanya Johan pada Ellen. Di dalam hati, dia memuji-muji kecantikan Ellen yang terlihat pantas berdampingan dengan seorang penguasa hebat seperti Yuan.

"Beres." Johan mempersilahkan Ellen berjalan lebih dulu.

"Nona pintar memoles wajah?" Sengaja Johan memuji agar Yuan terpancing cemburu.

"Panggil El saja. Dulu ikut kursus, untuk menyenangkan diri sendiri." Daripada melihat pemandangan memuakkan.

"Oh. Ternyata make up bisa merubah karakter seseorang." Celoteh Johan.

"Tidak juga. Seperti apapun covernya, yang di dalam tetap sama."

"Bukankah sebaiknya kau bicarakan sesuatu yang bermanfaat Jo." Tegur Yuan tentu merasa cemburu padahal keduanya hanya mengobrol. Ellen bahkan berjalan di samping nya.

"Eum ingat Nona." Ellen menghembuskan nafas lembut sebab Johan masih saja memanggilnya Nona." Kamu datang sebagai pasangan Tuan Yu bukan Pak Reyhan." Sambil membukakan pintu mobil.

"Iya ingat, cuma pura-pura kan. Biar lelaki itu tidak mengganggu Pak Reyhan. Selain mustahil terjadi, saya pun tidak berminat menjalaninya dengan serius. Di paksa juga saya tidak mau." Jawab Ellen seraya melirik Yuan yang memasang wajah masam. Pintu di tutup kasar braaaakkkkkk Terpaksa Yuan masuk ke sisi pintu lain di ikuti Johan. Seperti aku mengharapkan saja! Untuk apa di jelaskan secara detail.

Rupanya tidak hanya Johan, Ellen pun merasa kesal dengan perkataan Yuan yang seolah memfitnah nya.

"Haha Kak Yu cuma bercanda." Johan tersenyum aneh dan berusaha menjelaskan kesalahpahaman." Memangnya selera Nona seperti apa?" Johan tidak perduli pada wajah masam Yuan.

"Tidak ada dan tidak pernah ada." Jawab Ellen tegas. Yuan semakin malas mengungkapkan perasaan karena takut mendapatkan penolakan.

"Jangan putus asa Nona. Masih banyak lelaki baik di luar sana."

"Berpura-pura baik maksudnya?" Ledek Ellen.

"Benar-benar baik, seperti Kak Yu, dia tidak terbiasa berpura-pura." Akibat perkataan Johan, wajah Yuan kian tampak gugup.

"Haha konyol." Ellen malah tertawa kecil." Sudahlah to the poin saja. Di sini hanya ada kita bertiga. Aku tahu rahasia mu dengan Tuan Yu dan Pak Rey." Sambil melajukan mobilnya Johan mengerutkan keningnya.

"Rahasia apa?" Yuan tidak perduli jika Ellen membeberkan tebakan konyol nya.

"Kalian pacaran kan?" Johan terkekeh-kekeh sementara Yuan menghela nafas panjang.

"Nona dapat info darimana?"

"Tuan Yu marah saat aku menyebutkan nama kalian." Johan semakin terkekeh-kekeh." Jangan membodohi ku Jo. Tuan bahkan marah saat aku memanggilmu Kak padanya aku hanya ingin menghormati mu sebagai orang tua." Lanjut Ellen menjelaskan.

"Astaga, ya Tuhan perutku sakit." Keluh Johan." Umurku masih 27 belum tua dan belum menikah." Imbuhnya.

"Maksudku orang yang lebih tua." Jawab Ellen.

"Kami masih normal Nona. Tuan marah karena cemburu mendengar mu menyebut lelaki lain." Ellen membalas tatapan Johan dari spion untuk mencari jawaban.

🌹🌹🌹

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!