Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.
Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.
Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Trauma apa?" Leon menatap Rafa seolah menuntut sebuah penjelasan.
Beberapa saat Rafa terdiam. Butuh menguatkan hati untuk bisa mengenang masa lalu yang demikian berat.
Masa lalu yang sebenarnya ingin ia lenyapkan dari ingatan.
"Butuh waktu bertahun-tahun bagiku untuk bisa lepas dari trauma. Dulu, jangankan bertemu, mendengar namanya saja aku ketakutan. Aku beruntung karena memiliki Ayahku, dia bahkan lebih menjagaku dibanding Ayah kandungku sendiri."
"Usiaku 18 tahun saat memberanikan diri menemuinya. Aku baru lulus sekolah. Ayahku bilang, bagaimana pun juga aku lahir dari darahnya. Seburuk apapun dia, aku harus tetap berbakti sebagai anaknya."
Tatapan Rafa menerawang jauh.
"Aku sempat ragu dan takut. Ayah menyarankan aku shalat istikharah untuk memantapkan hati. Paginya aku diam-diam pergi ke rumah tahanan. Pagi itu adalah pertama kali aku melihat Ayah lagi setelah 10 tahun."
"Dan kamu tahu Ayah sedang apa?" imbuh Rafa.
Leon terdiam.
Menyimak, tatapannya penuh keingintahuan yang menggebu.
"Untuk pertama kali dalam hidupku, aku melihatnya dari sisi yang berbeda. Dia tidak seperti Ayah yang ada di ingatanku. Dia sedang bersujud di dalam ruangan sempitnya, menangis di atas sajadah. Polisi bilang, setiap hari dia akan meminta waktu untuk ke mushola."
"Kamu menemuinya?"
"Tidak. Aku hanya melihatnya dari jauh karena masih merasa takut. Aku melihatnya makan menu seadanya lahap. Tapi, tiba-tiba tahanan lain merebut makanannya. Aku pikir dia akan membalas dan memukul orang itu."
"Ternyata aku salah. Dia tidak membalas sedikit pun. Hari itu aku bawa bekal nasi goreng, kutitip pada petugas untuk diberikan padanya."
Bola mata Rafa mengembun ketika kepingan masa lalu menyapa ingatan. Kenangan itu masih utuh tersimpan di hati. Meninggalkan bekas luka yang begitu sulit disembuhkan.
Kala itu ia kerumah tahanan dengan menumpang bus, tidak memanfaatkan fasilitas yang diberikan Joane padanya.
Di bus ia menangis memikirkan ayahnya makan menu seadanya.
Mulai hari itu Rafa belajar memasak untuk bisa setiap hari masak untuk ayahnya. Dia akan titip ke polisi.
"Aku sering merasa iri melihat kebersamaan anak lain dengan Ayahnya. Beberapa anak akan bangga setiap kali menceritakan seperti apa Ayahnya. Tapi aku ... aku bahkan tidak berharap Ayahku pulang."
"Setiap kali ada yang mengetuk pintu, aku akan ketakutan, membayangkan kalau itu Ayah. Dia akan memukuliku, memukuli Ibuku. Dan Ibu akan menyuruhku bersembunyi di sisi lemari, tapi beberapa menit kemudian, aku akan mendengar raungan Ibu, mendengar makian dan kemarahan Ayah."
Seperti ada perasaan menyesak dada, Leon kehilangan kata.
Setahunya, ayahnya adalah lelaki yang sangat baik. Ayahnya bahkan tidak pernah memintanya untuk membalas dendam.
Usianya 11 tahun saat pertama kali bertemu dengan ayahnya.
Kala itu ia terus mendesak ibunya dan menanyakan ke mana ayahnya pergi. Lalu, sang ibu mengajaknya ke rumah tahanan.
Beberapa kali ia sempat menanyakan kejahatan yang dilakukan ayahnya hingga dihukum dalam waktu yang lama.
Ketika sang ibu menceritakan kebenaran, ia malah menelan mentah-mentah hasutan dari pihak lain.
"Ayah dipenjara karena difitnah keluarga Hadiwijaya, bukan? Om Reza memberitahuku begitu. Dia tidak mungkin bohong," pekik Leon tidak terima.
"Kamu salah, Leon. Ayah berurusan dengan hukum karena terjerat kasus pencemaran nama baik, KDRT, dan yang paling parah pembunuhan berencana."
"Bohong! Ayah tidak seperti itu! Kamu sengaja mengatakan itu supaya aku berhenti balas dendam pada keluarga Hadiwijaya, kan? Kamu ada di pihak mereka!"
"Aku tidak akan memaksa kamu untuk percaya. Aku tahu ini menyakitkan. Tapi, inilah faktanya," ucap Rafa.
Leon meneliti wajah Rafa seolah mencari tanda kebohongan di sana, tetapi yang ia lihat hanya kejujuran yang apa adanya.
Dada lelaki itu semakin sesak ketika Rafa bercerita tentang dirinya yang pernah disekap ayahnya di sebuah gedung kosong, hingga membuatnya terluka.
Kejadian terakhir itulah yang akhirnya membuat ayahnya menyadari semua kesalahannya.
"Kenapa Ibu tidak pernah memberitahu ini?"
"Supaya kamu tidak ikut membencinya dan tetap memandangnya sebagai Ayah yang baik," ucap Rafa.
Namun, di luar dugaan, atas hasutan Reza, Leon malah diam-diam menyimpan racun di hatinya.
Reza sendiri memiliki dendam pribadi dengan keluarga Hadiwijaya setelah dipecat dari perusahaan.
Ia pernah memfitnah Airin dan menyebar video palsu, yang membuat Airin dan Gilang berpisah selama 5 tahun.
Reza bahkan pernah dipenjara selama dua tahun karena kejahatan itu.
"Apa Ayah benar-benar sejahat itu?" tanya Leon, matanya mulai memerah.
"Leon, tidak ada manusia yang benar-benar jahat di dunia. Semua ada pemicunya. Kadang, orang bisa jahat karena desakan keadaan, pengaruh lingkungan, atau tekanan hidup."
"Semua orang akan mendapatkan hidayahnya masing-masing. Sama seperti Ayah. Aku yakin di hatinya ada kebaikan hanya saja telat dia sadari. Ibumu, mungkin adalah satu-satunya wanita yang dia cintai. Tapi, dia dipaksa menikah dengan Ibuku. Mungkin, karena itu dia tidak menyukai aku dan Ibuku."
Terlebih, seluruh warisan peningggalan orang tua ayahnya jatuh kepada Rafa.
Akan tetapi, sejak mengetahui memiliki seorang adik, seluruh harta peninggalan orang tua ayahnya itu ia serahkan seluruhnya kepada ibunya Leon.
"Aku akan memenuhi semua permintaanmu asal jauhi istriku dan keluarganya. Jangan lagi usik mereka."
Leon menatapnya. "Kenapa kamu begitu memuja keluarga Hadiwijaya? Apa yang mereka lakukan sampai kamu dendam pun tidak bisa!"
"Kalau mau dendam, seharusnya bukan pada mereka, tapi padaku. Aku adalah pemicu sampai Ayah dipenjara."
Rafa menatap lelaki itu.
"Mia adalah segalanya bagiku. Satu-satunya wanita yang tahu siapa aku, tapi masih mau berteman denganku. Satu-satunya wanita yang tahu keburukan Ayahku, tapi tidak pernah memandangku sebagai anak dari orang yang jahat pada keluarganya."
Bola mata Leon mulai mengembun.
"Dan Om Vino ... Ayahku bahkan pernah hampir menyakiti istrinya, tapi mereka tetap menerimaku dengan tangan terbuka, tanpa melihat siapa diriku. Brayn menjadikanku temannya, menganggapku saudara. Padahal, dia tahu perbuatan buruk Ayahku. Aku bahkan merasa tidak layak berada dekat dengan keluarga mereka."
"Hari di mana aku terjebak bersama Mia, aku mengira semuanya akan berakhir. Tapi, keluarga Hadiwijaya justru membuka pintu untukku dan memperbaiki semuanya. Kamu pikir, setelah semua kebaikan itu, bisakah aku menyimpan dendam pada mereka?"
Leon terdiam.
Pikirannya menerawang jauh, menimbang semua ucapan Rafa.
"Kalau setelah ini kamu masih mau membalas mereka, silahkan lakukan. Tapi, aku akan selalu ada di bagian paling depan untuk menjaga mereka. Walaupun mungkin harus menghadapi adikku sendiri."
Rafa bangkit, meninggalkan Leon yang masih termenung sendiri.
Namun, baru akan keluar, ia harus dikejutkan dengan keberadaan Brayn tepat di balik pintu yang terbuka setengah.
Lelaki itu sempat menatap tajam ke arah Leon, tapi kemudian menghela napas panjang.
*************
*************
Dina sangat terkejut mia berkata istrinya dan mengandung anaknya, dina patah hati....
waktu interaksi dgn leon.