(Bukan) Suami Pengganti

“Temukan aku dengan Yuda.” Damar memberikan perintah pada Lukas, sambil bersandar dan entah apa yang dipikirkannya.

“Aku akan atur, tapi … apa benar Kania adalah ….”

“Ya, dia putriku. Waktu itu keadaan sedang chaos, saat putriku dan putra Pram diamankan oleh asisten rumah tangga kami. Aku, Yuda, Pram, Javis dan Haidar, kami terbiasa melakukan bisnis dengan menghalalkan berbagai cara. Sampai akhirnya Yuda terbukti berkhianat, kami semua diburu polisi. Pram meninggal, kami semua harus melewati masa kelam tapi hidup Yuda baik-baik saja bahkan sampai saat ini.”

Penjelasan Damar membuat Lukas mengerti awal permasalahan antara Yuda dan atasannya.

“Lalu, bagaimana dengan Kania?”

“Aku ingin putriku tahu kalau aku adalah Ayahnya dan pastikan Yuda merasakan akibat dari semua perbuatannya. Kamu dekati putrinya, lakukan apa yang perlu dilakukan,” titah Damar. Pria itu diliputi emosi bahkan rahangnya mengeras dan tangannya mengepal karena bencinya pada Yuda.

...***...

Kondisi Kania sudah lebih baik, sikap Elvan tidak menyebalkan seperti sebelumnya membuat Kania tidak terlalu tertekan. Elvan sudah mengenakan piyama dan menuju ranjang, begitu pun Kania yang sudah duduk di tepi ranjang sejak Elvan masih berada di toilet.

“Kenapa belum tidur?”

“Ehm, aku sudah lebih baik jadi aku akan tidur di sofa lagi.”

Kania sudah berdiri membawa bantalnya.

“Tetap di sana,” titah Elvan membuat Kania terpaku. “Tidurlah di ranjang, walaupun kamu sudah sehat.”

“Tapi … kamu sendiri tidak biasa tidur di sofa. Biar aku saja ….”

“Tidak, kita akan tidur bersama di ranjang ini.”

“Hahh,” sahut Kania.

Tidak percaya dan cukup terkejut dengan perintah Elvan, meyakinkan kalau dia tidak salah dengar. Ketika awal-awal pernikahan, Elvan menekankan kalau dia tidak ingin seranjang dengan Kania bahkan sering berkata yang cukup menohok di hati.

“Tidurlah, kamu baru sembuh atau mau aku tiduri?”

Pertanyaan yang cukup ambigu bagi Kania. Dia bergegas kembali ke ranjang lalu merebahkan diri di balik selimut. Mengingat pergulatan yang pernah dilewati bersama Elvan, tiba dia merasa khawatir jika pria itu menginginkan lagi. Pernah mendengar jika laki-laki sulit meredam keinginan untuk bercint4, bahkan sanggup melakukan hal itu walaupun bukan atas dasar cinta tetapi karena kebutuhan.

Kania tidak ingin menjadi istri pelampiasan. Walaupun sudah memberikan tubuhnya pada Elvan tapi itu karena pengaruh obat bukan secara sadar apalagi karena perasaan. Wanita itu merubah posisinya menjadi memunggungi suaminya.

Elvan menoleh dan menatap punggung Kania. Tahu benar kalau wanita itu belum tidur, hendak mengajaknya bicara sekedar melakukan pillow talk agar hubungannya tidak kaku bahkan seperti musuh tapi ragu kalau Kania akan menyambut baik niatnya.

Esok hari.

Kania sudah bergabung di meja makan. Aktivitas pagi yang biasa mereka lakukan, selain sarapan biasanya Yuda akan membicarakan hal ringan pada anggota keluarganya.

“Karena kamu sudah sehat, Mamih sudah hubungi guru private jadi pembelajaran sudah bisa dimulai ya sayang,” seru Nella pada Kania. Wanita itu begitu bersemangat untuk membimbing dan membuat Kania layak diterima di keluarga tersebut sekaligus percaya diri menjadi istri Elvan Hadi Putra.

“Iya, tante,” jawab Kania.

“Kak Nia  masih panggil Mami, Tante?”

Kania menatap Nella dan Bintang bergantian.

“Iya, maaf saya belum terbiasa memanggil tante dengan sebutan Mami.”

“Tidak masalah sayang, senyamannya kamu saja,” ujar Nella.

“Pah, aku sudah bisa ke kampus. Urusan pemindahan berkas dan yang lainnya sudah beres, hari ini aku harus melapor ke bagian kemahasiswaan,” ujar Bintang pada Yuda.

“Belajarlah yang baik, bukan tempat yang menjadi tolak ukur tapi keinginan untuk menjadi lebih baik dan mau berusaha,” nasehat Yuda untuk putrinya.

“Tapi pengawalan jangan berlebihan Pah. Aku bisa jaga diri, masa di kampus ada yang ingin berbuat aneh apalagi jahat.”

“Jangan menganggap remeh musuh,” ungkap Elvan yang dijawab oleh Bintang dengan menjulurkan lidahnya.

“Elvan, kamu ikut Papa. Kita langsung ke tempat pertemuan, ada klien yang mengajukan komplain. Pelajari dan coba atasi,” titah Yuda.

Setelah Yuda dan Elvan meninggalkan rumah, Bintang pun pamit pada Nella. Hanya diikuti oleh seorang pengawal yang merangkap menjadi supir. Sudah berada di kampus dan menuju ruangan di mana dia harus melapor sebagai mahasiswa pindahan.

Cukup lama Bintang berada di kampus dan setelahnya dia meminta supir mengantarnya ke mall terdekat. Saat ini gadis itu, berjalan menyusuri pertokoan dan menuju outlet khusus minuman yang sedang viral.

Bugh.

“Maaf, saya … loh, kamu takdirku ‘kan?”

Bintang mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan pria yang menabraknya.

“Enak aja, siapa juga yang mau jadi takdirmu,” jawab Bintang.

“Wah, padahal ini benar-benar kebetulan dan kamu sendiri yang bilang kalau ini takdir jika kita dipertemukan lagi.”

Bintang tidak bisa mengelak, karena pernyataan itu dia yang buat dan sampaikan pada pria yang sekarang bicara dengannya.

“Aku akan tagih janjimu traktir kopi. Kebetulan aku sedang sibuk, jadi kita tunda dulu acara kopi cantiknya.”

Lukas mengeluarkan ponselnya dan menanyakan kontak Bintang, tentu saja gadis itu tidak ingin memberikannya.

“Aish, aku tidak akan macam-macam. Hanya butuh kontakmu.” Lukas meraih ponsel Bintang dan menghubungi ponselnya sendiri. “Aku akan hubungi kalau masalahku sudah beres,” ungkap Lukas lalu meninggalkan Bintang dengan segala kebingungannya.

Sudah menjauh dari Bintang, Lukas tersenyum. Bukan hal sulit mendapatkan informasi di mana gadis itu berada dan saat ini adalah salah satu taktiknya untuk semakin dekat dengan Bintang.