(Bukan) Suami Pengganti

(Bukan) Suami Pengganti

Kania ....

“Bye, Andi. Hati-hati di jalan ya,” pesan Nia pada salah satu muridnya. “Gio, latih lagi kuda-kudamu.” Bocah yang bernama Gio hanya memberikan jempol pada Nia lalu berlari mengejar Andi.

“Sabeum Nia, kami pulang,” ujar murid lainnya.

Kania Syifa melambaikan tangannya lalu menghela nafas lega sambil menatap kepergian murid-muridnya. Tugas pertamanya hari ini sudah selesai. Nia menjadi pelatih Taekwondo untuk anak-anak remaja bertempat di salah satu ruko dua lantai. Pekerjaan lainnya adalah sebagai florist di salah satu toko bunga di wilayah tempatnya tinggal.

Sejak tadi, ada seorang pria memperhatikan Nia sambil tersenyum dengan tangan berada di kantong celananya. Bersandar pada pintu mobil, benar-benar tidak melepaskan pandangan dari gadis yang berdiri di depan sebuah ruko. Pria itu adalah calon suami Nia, mereka akan menikah dalam hitungan hari.

Nia bukannya tidak tahu saat ini dia dalam perhatian seseorang, memilih bergegas kembali ke dalam ruko dan tidak lama kemudian keluar dengan menggendong ranselnya. Wanita itu menghampiri Bayu, calon suaminya.

“Ayo, Bang. Nanti aku telat, weekend begini biasanya banyak pesanan,” ajak Nia lalu membuka pintu mobil tepat di sebelah kemudi.

“Nggak ganti dulu?” tanya Bayu, karena saat ini Nia masih mengenakan seragam bela dirinya hanya mengganti atasan dengan kaos dan alas sandal jepit.

Bagi Bayu Nia tetap cantik dan menarik dengan gaya cuek dan sederhananya. Selama tidak mengumbar bagian tubuhnya, Bayu tidak masalah dengan penampilan Nia. Berbeda dengan penampilan Bayu saat ini, dengan setelan jas bahkan berdasi. Bayu yang bekerja bodyguard keluarga pengusaha Hadi Putra, bahkan dia juga mendapatkan kepercayaan menjadi asisten pribadi putra dari pengusaha tersebut.

“Ganti di sana aja, ayo Bang aku sudah lapar,” keluh Nia memakai seatbelt-nya.

Mobil pun melaju. Nia menggeser duduknya menghadap Bayu.

“Bang, kapan kamu cuti. Katanya nggak boleh loh mau nikah masih aja sibuk kesana kemari. Aku tidak masalah dengan pingit-pingitan yang penting Abang jaga kesehatan.”

Bayu tersenyum sambil fokus pada kemudinya.

“Iya sayang, secepatnya aku akan atur jadwal kerjaku. Saat ini benar-benar tidak kondusif kalau aku harus cuti lebih awal. Putra Pak Hadi pulang ke Jakarta hari ini dan ada RUPS di perusahannya, kamu tahu ‘kan akan seperti apa kondisinya?”

Nia menghela nafasnya, mendengar pernyataan Bayu. Sejak mengenal Bayu setahun yang lalu saat pria itu memesan banyak bunga untuk perayaan di kediaman atasan tempatnya bekerja saat ini, Bayu memang terlihat sangat bertanggung jawab dengan pekerjaannya bahkan mungkin lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengabdi pada keluarga Hadi Putra.

“Loh, kok nggak berhenti. Cafenya sudah terlewat,” ujar Nia.

“Aku buru-buru, nggak masalah ‘kan kita nggak jadi makan siang. Kita drive thru di depan ya.”

Lagi-lagi Nia harus rela ketika Bayu membatalkan janjinya. Sudah biasa dengan hal itu, tapi tidak mengurangi perasaan di antara keduanya. Selama Bayu sibuk bukan karena wanita lain melainkan sibuk bekerja, Nia tidak masalah. Menurutnya, akan ada masa di mana Bayu akan meluangkan banyak waktu untuknya.

Bayu menyebutkan pesanan untuk Nia. Setelah memutar dan mendapatkan pesanannya lalu memberikan pada Nia, pria itu kembali menggerakkan mobilnya menuju Adam Flower.

“Abang hati-hati ya,” ujar Nia sambil melepas seat belt.

Bayu tersenyum lalu mengusap kepala Nia. “I love you, Kania.”

“Love you more,” sahut Nia kemudian membuka pintu mobil.

Nia melambaikan tangan saat mobil Bayu perlahan meninggalkannya.

“Nia, cepat. Banyak pesanan buket,” ujar seorang pria dengan gaya agak melambai.

Nia melewati pria tersebut sambil mendengus kesal. “Aku makan dulu, mandi baru deh mulai kerja,” ujarnya sambil berlalu.

“Hehh, lain kali datang udah siap kerja ya. Jangan masih mentah begini, lagian itu laki kenapa nggak turun. Udah lama gue nggak ketemu calon laki lo,” tutur Adam sambil mengekor langkah Nia.

“Ini ngapain ngikutin aku terus, sana ke depan. Katanya banyak pesanan.”

Adam sudah duduk berhadapan dengan Nia di ruangan tempat para pekerja biasa makan dan minum di jam istirahat.

“Gue mau minta bekal maksi punya lo,” sahut Adam tanpa sungkan.

“Idih, punya toko bunga segede gini makan masih nebeng sama karyawannya,” ejek Nia.

Nia dan Adam memang dekat, bahkan sebelum Nia mendapatkan tempat tinggal karena penghasilan bekerja sebagai florist belum begitu besar dia pun diperbolehkan tinggal di toko tersebut. Hal inilah yang menjadi awal persahabatan mereka.

...***...

Bayu sudah berdiri di gate kedatangan luar negeri, bersama dua rekannya. Memperhatikan sekitar untuk memastikan keselamatan pria yang sedang mereka tunggu. Tubuhnya menegak ketika seorang pria dengan gaya cool berjalan ke arahnya.

“Siang Tuan, Elvan. Mari,” ujar Bayu.

Elvan melepaskan kaca mata hitamnya lalu berdecak melihat Bayu dan kedua orang yang terlihat bertugas mengamankan dirinya.

“Kalian terlalu berlebihan, ini pasti karena Papa ketakutan. Tenang saja tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi. Hari ini hanya RUPS bukan sedang perebutan kekuasaan antar geng,” tutur Elvan. “Bagaimana kalau kamu antar aku ke rumah sakit, aku sudah rindu dengan Alexa.”

“Maaf tuan, saya harus memastikan anda tiba di perusahaan tepat waktu dan aman.”

Elvan kembali berdecak, karena permintaannya ditolak oleh Bayu. Bayu mengarahkan Elvan untuk masuk ke dalam mobil.

“Ini mobilmu, aku ingin naik mobilku sendiri," keluh Elvan.

“Untuk hari ini tolong Anda patuh, mobil anda biar saya yang kemudian. Anda akan aman di sini bersama yang lain.”

Bayu menutup pintu mobilnya, sedangkan dia sendiri menuju mobil Elvan. Mereka sengaja bertukar kendaraan. Sesuai dengan arahan Tuan Yuda Hadi Putra, Ayah dari Elvan Hadi Putra.

Berhasil menjadi pengusaha sukses bukan persoalan mudah, bahkan ada jalan gelap yang harus Yuda lewati di masa lalu termasuk menjadi mafia. Bukan tidak mungkin masih ada pihak yang membencinya dan hal inilah yang membuatnya berhati-hati dan memastikan keamanan anggota keluarganya.

“Kita bergerak,” titah Bayu melalui earpiece. Mobil yang dia kendarai berada di depan mobilnya yang membawa Elvan.

Bayu terlihat gelisah, bahkan sejak meninggalkan bandara dia selalu mengingat Kania. Sambil mengemudi, dia membuka ponselnya. Menghubungi gadis yang tidak lama lagi akan dipersunting.

“Halo,” ujar Kania di ujung telepon. Bayu sengaja mengaktifkan loudspeaker. Mendengar suara Kania, agak menenangkannya.

“Kania,” ujar Bayu.

“Iya Bang, hm … aku lagi sibuk nih. Abang telpon ada apa?”

Bayu baru akan menjawab saat dia melihat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi mendahului di sisi kanannya.

“Melambat, ada bahaya,” titah Bayu melalui earpiece.

Panggilannya dengan Kania belum dia akhiri.

“Abangg … mau bicara apa? Kangen ya,” canda Kania sambil terkekeh.

Di sela kekhawatirannya dan berusaha menghindar dari mobil yang terus mengejar dan menghimpitnya, wajah Bayu mengulas senyum mendengar tawa Kania.

Brakkk.

Bayu menatap center mirror, ada mobil lain menabraknya dari belakang.

“Sial.”

Bayu berusaha mengendalikan mobil yang dikendarai karena tabrakan dari belakang, tapi kembali mendapat tabrakan dari samping menyebabkan mobilnya semakin terhimpit dengan dua mobil lain. Tidak jauh di depan, ada beton pembatas jalan dan mobil dalam kecepatan tinggi akhirnya menabrak.

“Kaniaaaaa,” teriak Bayu.

Mobil yang dikendarai lalu berguling pindah jalur dan bertabrakan dengan mobil dari arah berbeda.

Terpopuler

Comments

Mas Sigit

Mas Sigit

sy hadir kk di karya othor lg😉

2024-09-16

0

Public▪︎Agent

Public▪︎Agent

semoga si Bayu mati

2024-02-07

0

Lina Suwanti

Lina Suwanti

mampir lg kak di cerita karya kakak,,ini cerita cinta ke 2 yg saya baca sebelumnya saya sdh baca semua yg genre horor....

2024-01-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!