Adrian adalah pemuda biasa yang berasal dari kampung. berkat kehebatan dan kejeniusannya, dia berhasil bangkit dan menjadi pemuda yang paling di takuti di dunia bawah tanah Eropa. bahkan negara-negara di benua Eropa maupun di luar Eropa, sangat menghargai Adrian berkat kejeniusan dan latar belakangnya sebagai raja bawah tanah Eropa.
Namun Adrian meninggalkan semua status dan gelarnya yang telah dibangunnya itu demi baktinya kepada bibinya. Namun, sebuah hal buruk terjadi pada kekasih dan keluarganya. dengan terpaksa, dia menggunakan kekuatan dan pengaruhnya lagi demi melindungi kekasih dan keluarga tercintanya.
Untuk kisah lengkapnya, silahkan lanjutkan membacanya di karya baru saya ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elang Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 : Kesepakatan
Tidak ada yang tau isi pembicaraan antara Amanda dengan ibunya. Begitu Amanda mengakhiri telepon dengan ibunya, dia langsung menatap Cecilia Lin dengan senyuman, “ bibi Lin, saya bersedia hidup serumah dengan Adrian!”.
“ Bagus!, saya puas mendengarnya!”, Cecilia Lin langsung tertawa puas. “Kalian pasti belum makan di ruangan pribadi kan?, ayo kita makan dulu, bibi sudah pesankan makan untuk kalian dari tadi”.
Amanda menganggukkan kepala dan tidak menolak.
Sedangkan Adrian hanya terdiam mematung di tempat, dia sedikit penasaran memikirkan Amanda yang mau menerima usulan Cecilia Lin tentang hidup serumah itu. Melihat ekspresi Amanda tadi, jelas-jelas bahwasannya dia ingin mengatakan yang sebenarnya. “Mengapa dia setuju sekarang?”, gumam Adrian dalam hati sambil memikirkan semua itu.
Amanda menatap tajam ke arah Adrian, tanpa berkata apa-apa lagi, dia langsung duduk mengikuti Cecilia Lin.
Tak lama kemudian semua orang pun telah duduk di meja makan yang sudah penuh dengan berbagai macam makanan. Adrian benar-benar sudah lapar, jadi dia tidak ragu lagi untuk memulai lebih dulu menyantap makanan yang tersaji di atas meja.
Sekitar 30 menit berlalu, ketiga orang itu pun sudah selesai makan. Cecilia Lin dan Amanda hanya makan sedikit. Berbeda terbalik dengan Adrian, Adrian makannya sangat lahap, bahkan sebagian hidangan yang tersaji di atas meja di habiskan olehnya. Lagi pula Adrian belum makan sejak siang tadi, dikarenakan kereta yang dia tumpangi tadi tidak menyediakan makan siang.
Cecilia Lin hanya dapat menundukkan kepala dan menghela napas dengan berat setelah melihat nafsu makan ponakannya itu. “Maafkan bibi Adrian!, selama ini kamu tinggal sendiri dan tidak ada yang memperhatikan kebutuhan makan kamu”, gumamnya dalam hati. Cecilia Lin berjanji pada dirinya saat itu juga, dia berjanji, mulai ini dia lah yang akan memperhatikan kebutuhan makan Adrian.
Di saat Amanda meminta izin untuk pergi ke toilet, Cecilia Lin tidak tahan lagi, dia langsung menepuk bahu Adrian dengan lembut dan berkata pelan, “Adrian, jika makan bersama gadis cantik itu, kamu harus dapat menjaga sikap dan cara makan. Jika cara makan kamu buru-buru seperti ini, bibi khawatir, tidak akan ada wanita yang mau menjadi pacar kamu.
Bibi, saya hidup apa adanya dan tidak hidup dalam kepura-puraan. Jika dia tidak suka dan menerima cara makan saya yang seperti ini apa boleh buat. Berarti dia itu tidak tulus dan tidak mau menerima kelebihan dan kekurangan saya.
...
...
Tentu saja, Adrian tahu betul dengan hubungannya dengan Amanda. Hubungan itu adalah kebohongan dan hanya sementara waktu. Setelah beberapa waktu mereka akan mengakhiri hubungan itu dan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. Apalagi rasa di antara mereka tidak terjalin.
Cecilia Lin tidak dapat menahan diri untuk memutar matanya dan hendak membantah, akan tetapi dia melihat sekilas bayangan Amanda yang keluar dari toilet dan hanya dapat menatap tajam ke arah Adrian.
Adrian tersenyum dan memasukkan sepotong iga ke dalam mulutnya.
Setelah Amanda kembali dari toilet, mereka melanjutkan perbincangan hingga pukul 9 malam dan mengakhiri makan malam itu. Adrian langsung menuju parkiran menunggu Cecilia Lin yang sedang mengeluarkan mobil, tapi penantian Adrian hanyalah sia-sia. Cecilia Lin memilih meninggalkan Adrian bersama Amanda. Tujuannya hanyalah semata-mata untuk menumbuhkan rasa di antara Adrian dengan Amanda.
Tak lama kemudian, suara klakson terdengar memecah keheningan parkiran.
Adrian melihat sebuah BMW Seri 7 berwarna pink yang di kendarai gadis cantik mendekat perlahan. Wajahnya cantik bak bidadari, dengan alis yang berbentuk seperti pohon willow, mata seperti kacang almond, hidung seperti batu giok, bibir berwarna ceri, pipi kemerahan, rambut panjang terurai, bahu bulat setengah tertutup, dan lebih ke bawahnya sepasang payudara yang membanggakan.
Gadis cantik mengendarai BMW seri 7 dengan warna pink itu memberi kesan mewah, seksi dan romantis. Amanda adalah wanita dewasa dengan temperamen unik yang sangat cocok dengan BMW itu.
Sebuah kalimat langsung keluar dari mulut Adrian, “gadis cantik dengan mobil mewah”.
“Masuk ke mobil!”, Amanda langsung memerintah Adrian dengan sedikit ketus. Saat ini suara Amanda jauh lebih dingin dibanding ketika berada di dalam restoran.
Adrian membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang.
Dalam perjalanan, tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Wajah Amanda terlihat dingin dan tampaknya tidak berniat untuk berkomunikasi dengan Adrian.
Adrian, juga tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada Amanda, dia hanya merasa, bahwasannya dia baru saja menginjakkan kakinya di kota ini. Tanpa diduga, dia melakukan kencan buta dan tanpa dia duga lagi, dia akan tinggal bersama dengan seseorang yang baru dikenalnya hari ini.
Adrian mendesah pelan dan mengernyitkan hidungnya sedikit. Tiba-tiba, dia merasakan aroma wangi yang samar masuk ke hidung. “Wangi”. Dia mengernyitkan hidungnya lagi. Wanginya ringan, seperti campuran bunga lili dan mawar, tahan lama tapi tidak terlalu kuat, dan menyegarkan.
Meskipun gerakan Adrian halus, Amanda tetap saja menyadarinya. Untuk sesaat, rona merah tipis langsung muncul di wajah cantik Amanda yang menyebar ke belakang telinga dan lehernya. Dikarenakan kulit Amanda yang begitu putih dan lembut, rona merah itu terlihat sangat kentara.
Adrian adalah tipe pemuda yang cerdas, dia dapat mengidentifikasi aroma wangi itu tidak berasal dari parfum, melainkan aroma tubuh manusia.
Ketika berada di dalam restoran yang luas, aroma itu tidak terlalu kentara. Tapi ketika berada di dalam mobil, aroma wangi itu sangat kentara.
Amanda yang tidak ingin konsentrasinya terpecah di saat mengemudi, dia diam saja. Tapi, dia tidak tahan lagi dan kesal melihat pemuda yang duduk di sampingnya itu semakin mengendus, seolah-olah sangat rakus.
“Apakah kamu sudah cukup menciumnya?”, Amanda benar-benar tidak bisa menahannya lagi.
“Pemuda ini semakin banyak menuntut!”, gumam Amanda dalam hatinya dengan kesal.
“Lumayan!”, Adrian tertawa sambil menatap wajah Amanda yang mulai memerah lagi, “baunya sangat harum!”. Adrian tidak tahan lagi melihat wajah Amanda yang semakin memerah dan terlihat lucu itu, dia langsung tertawa dengan lepas.
Amanda tidak dapat menahan diri untuk tidak menggigit kecil bibirnya yang mungil dengan pelan dan menarik napas dalam-dalam, lalu berkata perlahan, “Adrian, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?”.
“Kesepakatan?”, Adrian sedikit terkejut di sela-sela tawanya, dia tersenyum dan langsung meminta penjelasan dari kesepakatan yang dimaksud oleh Amanda.
Amanda ragu-ragu sejenak dan memutuskan bicara dengan pelan, “saya setuju untuk tinggal bersamamu, dan dan saya juga setuju untuk membantu kamu menghadapi bibi Cecilia Lim, tetapi kamu juga harus membantu saya menghadapi ibuku!"