NovelToon NovelToon
Dunia Dzaka

Dunia Dzaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:757
Nilai: 5
Nama Author: Bulan_Eonnie

Aaron Dzaka Emir--si tampan yang hidup dalam dekapan luka, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua dan berjuang sendirian menghadapi kerasnya dunia.

Sebuah fakta menyakitkan yang Dzaka terima memberi luka terbesar sepanjang hidupnya. Hidup menjadi lebih berat untuk ia jalani. Bertahan hidup sebagai objek bagi 'orang itu' dan berusaha lebih keras dari siapapun, menjadi risiko dari jalan hidup yang Dzaka pilih.

Tak cukup sampai di situ, Dzaka harus kehilangan salah satu penopangnya dengan tragis. Juga sebuah tanggung jawab besar yang diamanatkan padanya.

Lantas bagaimana hidup Dzaka yang egois dan penuh luka itu berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan_Eonnie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DD 19 Sahabat

Lagi, Dzaka harus menyesuaikan cahaya yang memasuki penglihatannya. Denyutan nyeri di kepalanya membuat Dzaka meringis. Bahkan secara spontan, Dzaka menutup matanya kembali.

"Ka! Lo gak pa-pa? Mana yang sakit?" Serbuan pertanyaan itu membuat kepala Dzaka semakin sakit. Dia terus memejamkan matanya berharap rasa sakit itu mereda.

Pijitan di dahinya membuat Dzaka nyaman. Perlahan rasa sakit itu mereda sehingga Dzaka bisa membuka matanya kembali. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah khawatir dari Tanvir.

"Gimana, Ka? Udah mendingan, kan? Mana lagi yang sakit?" Dzaka dapat melihat Tanvir menatap tajam seseorang di seberang Dzaka.

"Kalau lo gak bisa diem mending keluar deh," kesal Tanvir yang dibalas decakan malas oleh Raffa.

"Gue cuma khawatir--"

"Kalau khawatir harusnya lo sadar kalau suara lo itu ganggu Dzaka!" tegas Tanvir membuat Raffa memajukan bibirnya beberapa senti seraya bersidekap dada. Bahkan cowok itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Dzaka mencoba mendudukkan diri, tapi baru saja tubuhnya separuh terangkat, tangan seseorang mencoba mendorongnya untuk kembali berbaring. "Lo baringan aja, Ka. Baru bangun itu jangan langsung duduk."

"Gue gak pa-pa, Vir. Badan gue pegel semua karena baringan terus," keluh Dzaka yang mendapat tatapan tajam dari Tanvir.

"Bener kata Tanvir, Ka. Jangan maksain diri buat duduk dulu. Lo baru bangun, mending baringan aja." Kali ini Raffa sependapat dengan Tanvir. Hal itu membuat Dzaka akhirnya menghela napas kecewa. Kalau sudah begini Dzaka tidak bisa beralasan lagi.

Sesendok bubur kentang disodorkan ke hadapan Dzaka. Dzaka langsung menoleh mendapati Tanvir yang menatapnya tajam memaksa Dzaka makan. Namun, Dzaka langsung mengalihkan pandangan seraya memikirkan alasan untuk menolak bubur itu. "I-itu, Vir. Perut g-gue kayaknya bermasalah deh. Rasanya gak nafsu banget. Serius."

"Jangan banyak alasan, Ka! Kalau mau cepat sembuh ya makan! Lo juga belum minum obat, kan?!" Tanvir tetap menyodorkan bubur itu pada Dzaka. Melihat buburnya saja sudah membuat Dzaka kehilangan nafsu makan, tapi jika Tanvir dalam mode pemaksa seperti ini satu pun alasan tak ada yang diterima.

Dzaka meneguk ludahnya dengan susah payah. Perlahan bibirnya terbuka dan memasukkan bubur itu ke dalam mulutnya. Baru saja Dzaka ingin menelannya, perut Dzaka bergejolak hingga bubur itu kembali tersembur ke luar.

Entah sejak kapan ada tisu yang menyambut mulut Dzaka, hingga muntahnya tak berhamburan ke mana-mana. Sebuah usapan lembut di punggungnya membuat Dzaka nyaman.

"Udah, Vir. Perutnya belum siap nerima bubur." Tanpa rasa jijik Raffa membereskan muntahan Dzaka. Tanvir sebenarnya tidak setuju Dzaka tidak makan apapun, tapi melihat hal barusan, hatinya juga tidak tega.

Ketika pintu ruang rawat dibuka, mereka menoleh bersamaan. Sosok yang muncul dari balik pintu menjadi canggung seketika. Bagaimanapun, ditatap seperti ini membuatnya salah tingkah.

"Duh, Ziya. Kamu kalau jalan jangan buru-buru--" Gadis yang baru sampai itu langsung terdiam melihat ketiga cowok yang juga menatap ke arahnya. Bahkan gadis itu langsung bersembunyi di balik tubuh temannya.

"Maaf ganggu waktu kalian. Z-Ziya cuma mau jenguk Bang Dzaka." Ziya akhirnya memberanikan diri melangkah masuk dan mendekati brankar Dzaka.

"Kenapa gak bilang-bilang kalau kamu mau ke sini, Zi?" tanya Tanvir seraya menatap adiknya dan juga gadis yang bersembunyi di balik tubuh adiknya itu.

Raffa turun dari brankarnya yang terletak di samping brankar Dzaka, lalu mendekati gadis di belakang Ziya. Senyuman jahil terbit di wajah tampannya. "Eh i-itu ada kecoak!"

Ucapan Raffa membuat gadis itu kaget dan langsung mengibaskan tangannya di bahu mencoba menjauhkan kecoak itu darinya. "HUAAA KECOAK! MAMI KECOA!"

Raffa dan yang lainnya mencoba menahan diri untuk tidak tertawa. Namun, melihat tingkah lucu gadis itu membuat Raffa menyemburkan tawanya. Hingga gadis itu menyadarinya dan terdiam.

"Rese banget sih jadi orang!" kesalnya menatap Raffa tajam, sedangkan yang ditatap masih menyemburkan tawanya. Dzaka hendak menepuk pundak Raffa, tapi tangannya seperti kehilangan tenaga. Akhirnya tepukan keras dari Tanvir lah yang menyadarkan Raffa.

"Udah, Fa. Kasian tuh anak orang baru ketemu udah lo usilin." Raffa akhirnya menoleh pada gadis itu dengan tatapan bersalah. Akhirnya Raffa berjalan mendekat dan meletakkan tangannya di atas puncak kepala gadis itu. "Maaf udah nge-usilin lo. Gue Lutfan Raffaza, panggil aja Raffa."

Gadis di hadapan Raffa kini terpaku di tempat. Degupan jantungnya mulai menggila. Pertemuan pertama yang tidak pernah disangka-sangka memberinya kesan yang berbeda. "A-aku Metta--Mettasha Noushafarina."

"Nama yang bagus," ujar Raffa seraya tersenyum sebelum beranjak mendekati brankarnya kembali. Dzaka dan Tanvir hanya mampu menggelengkan kepala melihat tingkah Raffa.

"Ehem. Ini buat Bang Dzaka." Ucapan Ziya mengalihkan atensi semua orang termasuk Dzaka yang menerima botol plastik berisi jus alpukat itu.

"Makasih, Zi." Dzaka langsung menyesap jus alpukat itu dengan nikmat, membuat Ziya tersenyum senang. Raffa kembali tersenyum memerhatikan pertunjukan itu.

"Lo beruntung, Vir. Calon ipar lo sahabat sendiri. Setidaknya kalian pasti akur," ujar Raffa membuat Dzaka terbatuk, sedangkan Ziya langsung memalingkan wajahnya yang memerah.

"Lebih baik sahabat sendiri, 'kan? Soalnya gue yakin Dzaka bisa bahagiain adek gue," balas Tanvir membuat Dzaka membulatkan mata. Pembahasan macam apa ini. Yang ada suasana canggung akan memenuhi ruangan selama beberapa saat ke depan.

"Eh seriusan ini? Masa Kafe Nirwana yang lagi viral itu tempat transaksi narkoba sih." Ucapan Metta membuat Ziya mendekati temannya itu, sedangkan tiga bersahabat itu terdiam.

"Liat dong!" Raffa menyambut sodoran ponsel dari Metta dan melihat artikel itu bersama Dzaka dan Tanvir. Semua tersangka berhasil diamankan dan dibawa ke kantor polisi. Kafe Nirwana juga akan ditutup sementara waktu untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut.

“Gak nyangka kalau kita salah satu dari orang yang udah nangkap mereka," lirih Tanvir.

Ponsel Metta sudah beralih ke tangan Tanvir yang tampak serius membaca artikel itu.

“Operasi penyergapan pertama yang penuh kejutan.” Dzaka menerawang mengingat penyergapan semalam. Semua berjalan menegangkan hingga Raffa hadir di sana mengambil peran dalam penangkapan tersangka terakhir dan tumbang di tempat.

“Tapi kacau karena seseorang," sinis Tanvir membuat Raffa hanya bisa nyengir. Toh bukan salahnya juga. Buktinya Raffa berhasil menangkap tersangka yang kabur.

"Uhuk ...." Dzaka tersedak karena tak sadar menyesap jus alpukat itu tanpa henti.

"Lo gak pa-pa, Ka?!" ujar Raffa dan Tanvir bersamaan dengan raut khawatir yang begitu kentara di wajah mereka.

Dzaka masih terbatuk-batuk, hingga dua gelas air putih disodorkan padanya. Dzaka menoleh kepada kedua sahabatnya.

"Minum ini aja, Ka!" ujar Raffa menyodorkan gelas di tangannya pada Dzaka.

"Ini aja, Ka!" Tanvir ikut menyodorkan gelas pada Dzaka. Kemudian keduanya saling menatap tajam.

"Lo apa-apaan sih! Gue duluan yang nyodorin air ke Dzaka!" kesal Raffa pada Tanvir.

"Gue duluan!" Tanvir tak mau kalah tetap menyodorkan gelas di tangannya semakin dekat ke wajah Dzaka.

"Gue duluan!"

"Gue yang duluan!" Tanvir dan Raffa terus menyodorkan gelas tanpa memerhatikan bahwa gelas itu sudah semakin dekat dengan wajah Dzaka.

"STOP!" teriak Ziya tepat sebelum gelas-gelas itu membentur wajah Dzaka yang cengo memerhatikan kedua sahabatnya.

Ziya meminum air di gelas Tanvir hingga tersisa separuh. Lalu ia mengisinya dengan air dari gelas Raffa. "Biar adil."

Dzaka akhirnya meminum air putih yang diberikan Ziya. Saat Dzaka hendak meletakkan gelas ke nakas, dua tangan kembali muncul di hadapannya.

"Biar gue aja, Ka. Lo gak boleh capek-capek!" Raffa memegang gelas itu dan berniat memindahkannya, tapi tangan Tanvir mencegatnya.

"Gue aja. Itu nakas lo. Nakasnya Dzaka di deket gue." Tanvir menarik gelas itu ke arahnya. Terjadilah tarik-menarik gelas kosong antara dua bersahabat itu.

"Sini!" Ziya langsung mengambil alih gelas itu dan meletakkannya di nakas. Dzaka menghela napas lega karena keributan di depannya berakhir.

"Kalian lebay banget sih! Kayak sama pacar aja," sindir Ziya membuat Raffa dan Tanvir menatap Dzaka bersamaan.

Dzaka yang ditatap mendapatkan firasat aneh. Benar saja. Tiba-tiba tubuhnya sudah diapit oleh Raffa dan Tanvir.

"Kita itu cuma peduli sama saudara sendiri," ujar Raffa seraya memeluk Dzaka dan Tanvir dari samping. Dzaka yang berada di tengah merasa sesak.

"Lepas, Fa! Sesak nih," lirih Dzaka yang terhimpit, tapi Raffa malah semakin mengeratkan dekapannya.

Seseorang muncul dari balik pintu dengan tiba-tiba. Mereka yang awalnya menyaksikan drama antara trio TDR, kini sama-sama mengalihkan pandangan.

"Waktunya les, Dzaka!" ujar sosok itu membuat Dzaka hanya mampu menghela napas berat.

"NO!" tegas Raffa dan Tanvir bersamaan membuat sosok itu menatap mereka tajam.

1
Jena
Bener-bener bikin ketagihan.
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak❤️ Nantikan terus updatenya ya kak😊
total 1 replies
bea ofialda
Buat yang suka petualangan, wajib banget nih baca cerita ini!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak sudah mampir❤️
total 1 replies
Mamimi Samejima
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir kakak❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!