NovelToon NovelToon
One + One (One Night Stand)

One + One (One Night Stand)

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Single Mom / Anak Kembar / CEO Amnesia
Popularitas:254k
Nilai: 5
Nama Author: Dea Anggie

Audrey ditipu Adik kembarnya. Ia dijual pada seseorang untuk pelunas hutang. Tahu ia dikhianati sang Adik, Audrey pun berhasil melarikan diri. Sayang sekali, ditengah pelariannya ia justru bertemu pria tampan yang dalam keadaan setengah mabuk.

Hansen yang dijebak perempuan licik, meminta bantuan Audrey. Ia lantas menarik paksa Audrey ke kamarnya. Hal tak terduga terjadi, Audrey tak mampu menolak dorongan tenaga pria kekar yang ada dihadapannya. Pada akhirya, Hansen dan Audrey menghabiskan malam panas bersama-sama.

Saat bangun keesoakan harinya. Audrey tak menjumpai adanya Hansen. Hanya ada secarik kertas dan kartu nama yang ditinggalkan Hansen untuk Audrey. Hansen ingin Audrey menemuinya setelah membaca pesannya. Membaca pesan Hansen, Audrey hanya memasang wajah masam. Ia meremat kertas dalam genggaman dan ingat akan wajah sang Adik yang membuatnya harus kehilangan kesucian sebelum menikah.

Apa yang akan terjadi pada Audrey? akankah ia pergi mendatangi Hansen, atau menghindarinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dea Anggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

One + One (26)

Hansen mendengarkan Cello dan Cella bicara. Ia terkesan melihat cara bicara dan sikap si kembar yang berbeda dari anak-anak pada umumnya.

"Melihat anak-anaknya begitu cantik dan tampan, pasti orang tua mereka juga sosok yang cantik dan tampan." batin Hansen.

Audrey baru datang. Ia melihat sosok asing duduk di hadapan si kembar. Pada saat itu posisi berdidi Audrey ada di belakang Hansen.

"Anak-anak ... " panggil Audrey.

Deg ...

Hansen langsung terdiam saat mendengar suara yang sepertinya tidak asing ditelinganya.

"Mama, Mama. Ayo, duduk. Kami akan kenalkan Mama pada Paman tampan," kata Cello.

Audrey pun duduk di dengan hati-hati di samping Hansen. Ia pun memalingkan pandangam menatap orang yang dipanggil "Paman Tampan" oleh dua anaknya.

"Ha ... " kata-kata Audrey terhenti. Matanya membulat karena Audrey terkejut.

Hansen manatap Audrey dan tersenyum, "Hallo ... " sapa Hansen.

"Hansen!" batin Audrey.

"Kenapa dia diam saja? apa aku salah mengatakan sesuatu? atau dia kesal aku bicara dengan anak-anaknya?" batin Hansen.

Pandangan Hansen tertuju pada tahi lalat di dagu Audrey. Ia pun mengernyitkan dahi, merasa tidak asing dengan tahi lalat dan letaknya berada.

Audrey bingung, ia tidak tahu harus apa. Melihat Mamanya diam saja, Cello dan Cella pun saling bertatapan. Mereka mengira Audrey marah.

"Apa Mama marah?" tanya Cello.

"Mama, maaf. Kami hanya berkenalan dan bicara dengan Paman saja. Tidak melakukan hal lain yang berbahaya," jelas Cella.

Audrey mengubah ekspresinya, "Ah, iya, sayang. Mama tahu. Mama tidak marah," jawab Audrey menatap Cello dan Cella dan tersenyum cantik.

Audrey menatap Hansen, "Hallo ... " sapa Audrey.

"Ya, Nyonya. Saya Hansen, senang bertemu Anda." Kata Hansen.

"Audrey, senang bertemu Anda juga. Maaf, sepertinya kami harus segera kembali. Apa tidak apa-apa?" kata Audrey ingin segera menghindari Hansen.

"Oh, ya, silakan. Maaf sudah membuat Anda tidak nyaman." jawab Hansen tersenyu. Ia menatap si kembar, " Sampai jumpa lain waktu, Cello, Cella ... " kata Hansen melambaikan tangan.

"Dah, Paman tampan. Kalau boleh nanti aku main ke kamar Paman, ya. Tapi aku izin dulu pada Mama." kata Cella.

Audrey terkejut. Ia tidak sangka Cella memiliki niatan untuk menjalin kedekatan dengan Hansen.

"Darah ternyata tidak bisa bohong, ya." batin Audrey.

Mendengar keinginan Cella, Hansen pun tersenyum. Ia dengan senang hati menerima kedatangam Cello dan Cella, jika ingin mampir ke kamarnya.

"Dah, Paman." kata Cello melambai.

"Dah, anak-anak." kata Hansen.

Audrey menganggukkan kepala tanpa bicara. Ia hanya tersenyum tipis menutupi rasa gugupnya. Ia pun berdiri dari duduknya, diikuti Cello dan Cella. Audrey lantas pergi, menggandeng tangan Cello dan Cella. Mereka berjalan menuju pintu utama Caffe. Sementara Hansen hanya diam melihat kepergian tiga orang itu sampai mereka hilang dari pandangannya.

***

Hansen memikirkan Audrey. Ia merasa tidak asing dengan wajah dan suara Audrey. Bahkan ia tidak asing dengan tahi lalat di dagu Audrey. Ia pun mengingat-ingat, apakah sebelumny ia pernah bertemu Audrey?

"Di mana, ya?" gumam Hansen.

Hansen terus berpikir. Sampai ia ingat samar-samar nama, wajah dan suara wanita yang tadi berkenalan dengannya. Ia ingat, dulu ada seorang wanita yang datang ke rumah sakit dan mengaku sebagai kenalan Hansen. Wanita yang dicari-cari Hansen selama ini.

"Ah, iya. Wanita itu. Saat di rumah sakut, dia berkata namanya Audrey dan kenal denganku. Karena aku hilang ingatakan, aku tidak bisa ingat apa-apa tentangnya. Setelah itu dia langsung pergi tanpa bicara apa-apa lagi. Padahal aku yakin dia ingin mengatakan sesuatu. Kira-kira apa, ya ... yang ingin wanita itu katakan?" batin Hansen.

Hansen tersenyum, ia senang akhirnya bisa bertemu Audrey. Tapi ia juga tidak menyangka, jika Audrey sudah menikah dan memiliki anak.

Hansen berharap, ia memiliki kesempatan untuk bicara berdua. Ia ingin tahu, tujuan Audrey tujuh tahun lalu, saat ia mendatanginya di rumah sakit. Itulah yang membuat Hansen terus menerus kepikiran dan mencari-cari keberadaan Audrey.

***

Audrey selesai membacakan cerita dan melihat anak-anaknya sudah terlelap tidur. Ia pun pergi dari kamar dan mengambil air minum. Ia  melihat ke arah balkon, melihat pemandangan malam yang indah, Audrey pun tertarik untuk keluar.

Audrey berdiri menatap langit di balkon. Ia teringat akan Hansen. Ia tidak tahu, bagaimana bisa anak-anaknya bertemu Hansen. Setelah diingat-ingat, Cella mengatakan kalau Hansen tinggal di depan kamar Audrey. Itu semakin membuat Audrey gelisah.

"Bagaimana in? dia tidak mungkin sadar kalau Cello dan Cella itu anaknya, kan?" batin Audrey.

Audrey menyangkan, kenapa takdir begitu mempermainkannya. Berawal dari pertemuan misterius, percintaan semalam, lalu kehamilan yanh tidak diduga. Sampai hilangnya ingatan Hansen yang harus membuat Audrey terpaksa pergi untuk mengasingkan diri.

Setelah semua sudah tertata rapi, tiba-tiba sosok yang ingin dikuburnya muncul lagi. Terlebih langsung muncul dihadapan anak-anaknya. Tidak heran, dua anaknya begitu mengelu-elukan "Paman Tampan" ternyata Paman tampan itu adalah Ayah kandung mereka yang ketampanannya tidak perlu diragukan lagi.

Audrey menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan napas perlahan. Ia merasa kalau malam itu ia tidak akan bisa tidur. Padahal ia tidak minum kopi samas sekali. Pesanan kopi yang tadi dipesannya di Caffe tidak tersentuh karena ia memikirkan hal lain.

"Apa aku ke Caffe lagi ya? atau ke supermarket membeli bir kaleng, atau minta dibawakan wine oleh pelayan?" gumam Audrey.

Audrey melebarkan mata, ia tahu ke mana seharusnya ia pergi. Ya, Audrey akan pergi minum ke bar yang ada di Hotel tempatnya menginap. Karena si kembar tidur, ia bisa minum beberapa gelas, lalu kembali.

Audrey pun bersiap. Ia tidak berdandan dan hanya mengenakan pakaian yang biasa saja dan mengenakan jaket. Ia tidak mau terlihat mencolok dan mengundang tatapan asing yang menusukmya. Selesai bersiap Audrey ke kamar dan memastikan apakah si kembar baik-baik saja atau tidak. Melihat semuanya aman dan baik-baik saja, Audrey pun keluar, menutup pintu dan pergi dari kamar tempatnya menginap.

***

Di bar. Audrey memesan wine. Ia duduk di meja di hadapan bartender yang sedang sibuk meneacik minuman untuk para pelanggan.

Suasana hati Audrey mulai tenang. Ia bisa berpikir jernih lagi. Ia menggoyang-goyangkan gelas berisikan wine dan meminumnya sedikit demi sedikit.

Seseorang duduk di sampingnya berjarak dua kursi. Awalnya Audrey tidak peduli, saat ia sedang minum dan menatap ke sebelahnya, Audrey pun terkejut. Ia tersedak wine dan batuk-batuk.

Melihat seserang disampingnya terbatuk, Hansen menoleh dan terkejut. Ia tidak sangka wanita yang duduk tak jauh darinya adalah Audrey.

"Anda baik-baik saja?" tanya salah satu bartender.

Hamsen mendekat dan memberikan sapu tangannya. Ia meminta disediakan air mineral dan mengaku mengenal Audrey. Agar pekerja bar tidak khawatir lagi.

1
Bunda Puput
Luar biasa
nur yana
penuh ketegaran dari tokoh2nya.
Ran Aulia
terimakasih author, ceritanya manis, tanpa konflik yg berat 😍😍😍😍👍👍👍👍
Nur Adam
smgt untuk krya mu thoor
Sundari Sekariputi
bgs ceritanya tor 👍👍👍
Wiwik Retno Eni
lanjut
Wiwik Retno Eni
semangat rere
Wiwik Retno Eni
la jut
Wiwik Retno Eni
seru lanjud aja
gading elano
😘😘😘😘😘
Rose Winn
knp adegan enak2nya di skip thoor g asyik dechhhh
Ema Sofia
extracpart dong, sampai anak ke2 lahir
Like
keren
Ning Ning
maap Thor aku mau komen tulisan nya bagus cuman berbalikbek plasch back nya tapi semangat
Nani Mardiani
Kopinya wat nemenin up ya, semangat dan selalu sehat thor.aamiin..
Sean Justin
ditunggu kelanjutannya thor.. semangat 💪
Dea Anggie: Hallo kakak.. makasih sdh mampir ya.. ditunggu aja kak, lanjutannya msh dlm review sistem.. 😊
total 1 replies
Dew Dew
good
꧁🇵 🇴 🇵 🇴  ꧂
💕
Endang Susilawati
di tunggu up selanjutnya author....salam sehat dan tetep semangat melanjutkan karya karyamu....❤️
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!