Bertahun-tahun Nayla Larasati menyimpan rasa pada Nathan Anderson Decland, teman masa kecil sekaligus kakak angkat Nayla.
Namun.. hingga Nayla menamatkan pendidikan sebagai dokter, Nay masih memendam perasaan itu sendiri pada Nathan yang sudah menyelesaikan pendidikan sebagai dokter spesialis jantung di London.
Saat kembali ke Indonesia, Nathan telah memilih gadis lain sebagai pendamping hidupnya.
Perasaan Nayla hancur, gadis itu memilih kembali ke kampung halamannya, mengabdikan diri sebagai dokter umum di kota terpencil.
Apakah Nayla mampu menghapus Nathan dalam hidupnya?
Sementara Nathan tidak mengetahui perasaan Nayla untuknya yang sangat mendalam.
Ikuti terus kelanjutan kisah Nayla-Nathan. Semoga kalian suka 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEPUTUSAN NAYLA
Belitung di sore hari..
Nayla Menatap lautan luas tak bertepi di depannya. Gadis itu duduk di batu besar yang berjarak beberapa meter dari depan rumahnya. Di sana menjadi tempat favorit Nayla dan teman-temannya saat masih kecil dulu. Termasuk saat bersama Nathan. Keduanya tidak akan pernah bosan duduk berlama-lama di batu besar itu.
Bahkan nama mereka berdua terukir di batu itu. Nayla masih bisa melihat pahatan yang di buat Nathan belasan tahun yang lalu.
'Nathan & Nayla Forever'
Jemari lentik Nayla mengusap pahatan itu. Senyum terlukis di sudut bibirnya seraya menghela nafasnya.
Kemarin Nayla pulang ke Belitung.
Sejak malam Nathan menciumnya, Nayla tidak bertemu laki-laki itu lagi. Nathan pun tidak menghubunginya. Nayla juga baru mengetahui dari Yoga bahwa Nathan akan mengikuti simposium di Korea.
Dua hari yang lalu, setelah mengutarakan keinginannya pulang ke Belitung dengan Yulia dan Yoga, Nayla tidak bertemu Nathan. Menurut Deri, jadwal Nathan hari itu sangat padat sehingga Nayla tidak bisa menemuinya.
"Nayla...Nay".
Panggilan Rangga membuyarkan lamunan gadis itu. Ia menoleh ke belakang, melihat kakaknya baru pulang bekerja di pusat pelelangan ikan miliknya.
Rangga berdiri di depan mobilnya sambil mengangkat plastik yang ada di tangannya agar Nayla lihat.
Nayla tersenyum padanya. Ia berdiri. Sebelum membalikkan badannya gadis itu mengusap wajahnya. Agar tidak ketahuan Rangga bahwa ia sehabis menangis mengenang masa lalunya.
Nayla menghampiri kakaknya dengan senyuman manis di wajahnya. "Kakak membeli martabak manis kesukaan ku?", ujarnya sambil mengambil plastik bening berisi kotak. Benar itu martabak kesukaannya yang terkenal sejak dulu.
Rangga memeluk pundak Nayla. "Apa yang kamu lakukan duduk sendirian di situ?"
"Aku sudah lama tidak melihat sunset", jawab Nay menolehkan wajahnya pada Rangga. Keduanya berjalan menuju rumah yang selalu Nayla rindukan. Kini rumah itu telah jauh berbeda. Rangga sudah merenovasi semuanya menjadi lebih bagus.
Rumah kenangan masa kecil Nayla kini terlihat megah. Berdiri di lahan luas dan di kelilingi pagar ukir yang berdiri menjulang.
"Kamu bisa melihat sunset dari kamar mu, kenapa masih duduk di batu itu?", tanya Rangga. Ketika keduanya sudah duduk di kursi meja makan.
Nayla menyusun martabak di atas piring lonjong. "Ada beberapa kenangan masa lalu yang tidak akan pernah bisa di lupakan kak. Dan aku sangat merindukannya", jawab Nayla tersenyum.
"Seperti saat kau dan Nathan sering duduk di situ dan mama kita akan membawakan makanan untuk kalian?", ucap Nathan melihat kedua mata adiknya sudah berkaca-kaca mendengar perkataannya.
Nayla duduk di kursi sambil memilih-milih potongan martabak yang paling ia sukai sejak dulu, yaitu bagian pinggirnya.
Rangga berdiri dan memeluk leher Nayla dari belakang. "Nayla...kakak sangat senang jika kamu kembali ke sini. Ayah dan mama pasti setuju dengan kakak. Pikirkanlah", ujar Rangga sambil mencium pucuk kepala adiknya dengan kasih sayang.
"Iya kak, aku akan memikirkannya".
"Masyarakat di kampung ini pasti sangat senang jika kamu ada Nay. Mereka tidak perlu jauh-jauh berobat. Aku sudah menyiapkan semuanya, membangun tempat praktek mu di samping rumah kita jika kamu mau kembali ke sini. Apa kamu sudah melihatnya?", ujar Rangga membujuk Nayla agar kembali ke kampung halaman mereka.
Nayla tampak memikirkan ide Rangga barusan. Memang benar di samping rumah mereka sudah ada bangunan yang masih kosong belum di pergunakan Rangga. Nayla baru tahu ternyata kakaknya sudah merencanakan semua untuknya.
"Apa kamu masih ingat yang di minta ayah dan mama dulu, jika kamu berhasil menjadi dokter kamu akan mengabdikan ilmu itu di sini. Tapi sekarang memang sudah berubah, kakak tidak akan memaksamu. Semua keputusan ada pada mu Nay. Tapi satu yang perlu kamu tahu kakak ingin kita dekat, mengganti waktu kebersamaan kita yang dulu sempat hilang. Perpisahan kita sejak kamu melanjutkan sekolah di Jakarta.
Mendengar penuturan Rangga, membuat perasaan Nayla menghangat, begitu juga dengan kedua netranya kini kembali berkaca-kaca.
*
Malam harinya..
Nayla berdiri di balkon kamarnya. Menatap langit malam penuh bintang. Tidak nampak lagi gurat kesedihan di wajahnya. Nayla malah terlihat begitu bahagia.
Rangga yang menjadikan kamar tersebut untuk dirinya. Kamar yang berhadapan dengan lautan luas. Kala pagi hari pemandangan dari kamar Nayla sangat indah.
Drt..
Drt..
Senyum di bibir Nayla seketika terlukis di wajah yang terlihat jauh lebih segar dari kemarin-kemarin.
"Nayla... Aku sangat bahagia karena di terima bekerja di rumah sakit di Tanjung Pandan, Belitung. Huhh kau tahu Nay, aku sangat senang. Besok aku akan mentraktir mu dan Sisil. Kalian tentukan mau makan di mana terserah, aku yang bayar", cicit Karina di ujung telponnya.
"Ya ampun Karin, kau membuat telinga ku sakit tahu", seru Nayla tertawa.
"Ya mau gimana Nay, aku sangat senang. Kamu harus maklum", balas Karina.
"Maaf aku tidak bisa pergi besok. Kamu ajak Sisil saja".
"Kenapa Nay?"
"Masalahnya aku sedang ada di Sijuk sejak kemarin. Kapan kau ke Tanjung Pandan kita bertemu di sini saja. Karena aku sudah memutuskan akan tinggal di kampung halaman ku", ujar Nayla.
"What? Benarkah itu? Lalu bagaimana dengan pekerjaan mu di klinik Nay? Kamu resign Nayla?", tanya Karina kaget.
"Iya. Aku sudah memutuskan akan mengabdikan ilmu yang aku dapatkan pada masyarakat sini. Seperti janjiku pada mendiang mama dan ayah ku", jawab Nayla bersungguh-sungguh.
"Aku senang sekali mendengarnya Nayla. Akhirnya aku ada teman di sana nanti".
Keduanya berbincang cukup lama hingga langit semakin kelam. Kini Nayla sudah di atas pembaringan, melihat layar handphone nya. Tertuju pada nomor Nathan. Sesaat Nayla memejamkan matanya, sebelum jarinya menekan tombol blokir.
"Aku harus bisa melupakan mu kak Nathan. Aku harus menata hati ku kembali, sedangkan kakak akan segera memiliki keluarga baru", ujar Nayla sambil membuang nafasnya.
*
Pagi menjelang..
Nayla bangun pagi-pagi sekali, ia akan olahraga berlari pagi di bibir pantai. Udara di kampung nya masih begitu sejuk, sayang sekali jika tidak di manfaatkan untuk berolahraga.
Sementara di luar pagar Rangga dan Fajar sudah bersiap hendak ke pelelangan ikan. Melihat Nayla, Fajar segera menghampirinya.
Tanpa sungkan Nayla memeluk tubuh yang sudah paruh baya itu. Ia baru melihat orang kepercayaan Dewangga ayahnya setelah sekian lama tidak bertemu.
"Pak Dewa dan bu Lasmi sangat bangga melihat anak-anaknya sekarang sudah berhasil. Om pun bangga melihat Rangga sudah sukses seperti sekarang, Nayla juga sudah bisa mewujudkan cita-cita menjadi seorang dokter", Fajar memeluk Nayla.
"Sekarang kita akan bertemu setiap hari om, karena Nayla akan menetap di sini. Akan membuka praktik umum di sini", ucap Nayla yang mengejutkan Rangga dan Fajar.
"Nayla, kamu serius dengan keputusan mu?", seru Rangga terlihat begitu sumringah. Laki-laki itu segera memeluk adiknya itu.
"Alhamdulillah...kamu menuruti pesan mama dan ayah, Nay. Aku senang sekali", seru Rangga terlihat begitu bahagia.
"Om Fajar, segera datangkan desain interior untuk mempercantik tempat praktek sesuai keinginan Nayla. Nay bisa menentukan sendiri warna apa yang ia inginkan", ucap Rangga begitu antusias.
Spontan saja Nayla memeluk kakaknya tersebut. "Kak terimakasih untuk semua yang sudah kakak berikan untuk ku", ujar Nayla terharu.
Rangga mengusap punggung Nayla. "Kakak senang dengan keputusan mu Nay. Jika kamu membutuhkan apapun bilang sama kakak, karena semua yang kakak punya ini ada hak kamu juga. Dulu kakak memakai semua peninggalan ayah kita untuk bekerja hingga bisa seperti sekarang", ucap Rangga yang tidak akan pernah melupakan asal usulnya.
"Iya kak. Tapi aku harus mengurus semua perizinan praktek. Nanti aku akan bicara pada tante Yulia tentang keputusan ini".
"Lakukanlah, mereka sudah sangat baik pada keluarga kita Nay. Kakak tidak akan melupakan orang-orang yang sudah membantu keluarga kita", ujar Rangga sebelum pergi dengan mobilnya bersama Fajar.
Nayla membalikkan badannya, menatap penuh keyakinan bangunan di samping rumah. "Aku akan membuka lembaran baru dalam hidup ku. Aku yakin dengan keputusan ini", ucapnya dengan penuh semangat.
...***...
To be continue
Nantikan novel baru Emily ya 🙏
Btw horeyyyy bakal ada novel baru ini. Sepertinya bagus kayak novel lama author Emily, yg selalu nagih buat baca. /Ok//Good/
Sukses selalu Emily, semoga cepat luncur novel baru /Pray//Rose//Heart/
jangan ada pelakor lho thor, paling benci kl ada pelakor segala,
segera buka kelakuan Keira thor, biar tau semua, dan Keira biar mati kutu 🙏👍👍👍